![]() |
Istimewa |
Desa Jehem, yang terletak di Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, memiliki sejarah desa panjang yang menarik dan sarat nilai tradisi. Berdasarkan penuturan para tetua di Bangli, nama “Jehem” memiliki kaitan erat dengan kisah leluhur dan hubungan antar desa.
Dahulu, wilayah ini dikenal dengan nama “Sidemdem.” Kisah bermula dari Batara Hyang Tanda atau Batara Sakti Pamayun Kehen, yang memiliki seorang putri bernama Hyang Deha. Hyang Deha menikah dengan putra Batara dari Trunyan, sebuah desa kuno di tepi Danau Batur.
Pernikahan tersebut diselenggarakan dengan upacara adat yang disebut jauman. Dalam tradisi ini, perlengkapan dan simbol upacara dari Sidemdem bagian selatan turut menjadi bagian penting. Seiring waktu, wilayah Sidemdem selatan ini mulai dikenal sebagai Jehem, sebuah nama yang diyakini berasal dari istilah jauman.
Jejak sejarah ini masih bisa ditemukan hingga kini. Di bagian selatan Banjar Jehem, terdapat dua petak sawah milik Laba Pura Trunyan, yang menjadi bukti nyata hubungan historis antara Desa Jehem dan Desa Trunyan.
Tradisi unik lainnya adalah ritual pengatapan meru di Pura Trunyan. Sebelum proses ini dilakukan, Batara dari Trunyan akan diusung ke Pura Kehen di Bangli oleh masyarakat setempat, sebagai bagian dari penghormatan leluhur.
Selain sejarahnya yang kaya, Desa Jehem juga dikenal sebagai pusat kerajinan sanggah atau tempat suci keluarga dalam tradisi Hindu Bali. Kerajinan ini tidak hanya menjadi identitas budaya, tetapi juga mencerminkan keahlian masyarakat Jehem yang diwariskan dari generasi ke generasi. (TB)