![]() |
Website Desa Ketewel |
Desa Ketewel adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali. Sampai saat ini, keberadaan Desa Ketewel belum diketahui kapan berdiri. Catatan sejarah dari Raja Purana Pura Payogan Agung Ketewel menyebutkan bahwa desa ini berdiri pada kurun waktu pemerintahan Kerajaan Gelgel. Berikut sejarah singkatnya dilansir dari website Desa Ketewel.
Asal Usul Berdirinya Desa Ketewel
Dalam kitab Raja Purana Payogan Agung Ketewel, disebutkan sejarah dari Desa Ketewel ini dimulai dengan kedatangan seorang tokoh bernama Mangku Sang Kulputih. Mangku Sang Kulputih adalah seorang keturunan Pasek Prawangsa dari lembah Tulis di Majapahit yang kemudian datang ke Bali. Beliau dikenal sebagai pamong di Pasar Agung Besakih, seorang yang sangat bijaksana dan mendalami filsafat ketuhanan (Widhi Tatwa).
Mangku Sang Kulputih memiliki dua putra, yaitu I Wayan Pasek dan I Made Pasek. Kedua putranya ini juga dikenal bijaksana dalam ilmu pengetahuan Ketuhanan dan masing-masing sudah berkeluarga serta memiliki keturunan.
Setelah mengabdikan dirinya di Pasar Agung Besakih untuk waktu yang cukup lama, Mangku Sang Kulputih akhirnya berpulang ke Sorga (meninggal dengan jalan moksa). Sepeninggalnya, putra beliau, I Made Pasek, memutuskan untuk meninggalkan Pasar Agung Besakih bersama istri dan anak-anaknya. Mereka kemudian mengembara keluar masuk hutan.
Perjalanan I Made Pasek dan Pertemuan dengan Burung Perkutut Putih
Dalam perjalanan pengembaranya, I Made Pasek diikuti oleh seekor burung perkutut putih. Suatu ketika, saat merasa lelah, burung perkutut putih tersebut memberikan tiga butir biji kuning untuk dimakan. Setelah memakan biji-biji tersebut, I Made Pasek kembali merasa segar dan melanjutkan perjalanannya.
Bertahun-tahun mengembara, akhirnya I Made Pasek tiba di sebuah hutan bernama alas jerem. Di sana, karena kelelahan, ia tertidur di tepi hutan. Dalam tidurnya, ia mendengar suara gaib dari angkasa yang mengatakan:
“Hai engkau manusia keturunan Pasek Prawangsa, aku adalah Hyang Pasupati. Hentikanlah perjalananmu, aku memberikan tugas suci kepadamu untuk menjadi pemongmong di kahyangan-Ku yaitu di Pura Agung di hutan Jerem ini. Aku memberikan anugerah kepadamu, yaitu menjadi wangsa Dukuh Murti. Mulai saat ini, engkau tidak boleh lagi mengingat wangsa Pasekmu sebagai asal kawitanmu.”
Kehidupan Dukuh Murti dan Dukuh Centing
Setelah menerima tugas suci tersebut, I Made Pasek menjadi Dukuh Murti dan memulai pengabdiannya di Pura Payogan Agung di alas jerem. Beliau sangat setia terhadap tugasnya dan taat dalam menjalankan tapa brata serta mengabdikan diri sepenuhnya kepada Hyang Widhi.
Putra Dukuh Murti, yang bernama Dukuh Centing, tinggal di sebuah tempat bernama Mercika Wana. Sehari-harinya, Dukuh Centing melaksanakan yoga semadi dan hidup sebagai seorang Brahmacari (tidak menikah).
Pada suatu hari baik, yaitu Soma Wage Dukut (Senin Wage Dukut), Purnamaning Kasa, Dukuh Murti berpulang ke alam baka dengan jalan moksa, tanpa meninggalkan jasad. Beliau meninggalkan setetes darah untuk meyakinkan putranya, Dukuh Centing, bahwa beliau telah meninggalkan dunia ini.
Perjalanan Dukuh Centing dan Asal Usul Nama Desa Ketewel
Setelah mengetahui bahwa ayahnya telah meninggal, Dukuh Centing memutuskan untuk kembali ke alas jerem. Sesampainya di sana, ia menemukan suasana sunyi senyap di Pura Payogan Agung dan pondoknya. Ia juga menemukan setetes darah yang menguatkan keyakinannya bahwa ayahnya telah meninggal dunia. Dukuh Centing lalu mengupacarakan darah tersebut dan menanam abunya di pekarangan pondoknya.
Tidak lama kemudian, Dukuh Centing kembali ke alas jerem dan mendapati dua batang pohon nangka yang tumbuh besar dengan cepat. Dalam kebingungan dan rasa takutnya, ia mendengar suara gaib dari angkasa yang berkata:
“Hai kamu Dukuh Centing, janganlah engkau takut. Ini ada tumbuh dua batang pohon nangka yang membuktikan bahwa orang tuamu, Dukuh Murti, telah menjelma kembali ke dunia ini. Pada saatnya nanti, apabila pohon ini telah dewasa, maka dari kedua pohon ini akan lahir dua orang, seorang laki-laki dan seorang perempuan. Oleh Dalem Gelgel, yang laki-laki diberikan nama Gede Mawa dan yang perempuan bernama Ni Mawit Sari. Gede Mawa nantinya bergelar I Gede Ketewel karena beliau lahir dari pohon nangka. Aku memperkenankan kepada seluruh keturunannya menggunakan wangsa Ketewel di manapun ia berada di Pulau Bali ini. Alas jerem ini akan menjadi sebuah desa yang bernama Desa Ketewel.”
Demikianlah sejarah berdirinya Desa Ketewel yang berasal dari perjalanan spiritual dan pengabdian keturunan Pasek Prawangsa, hingga akhirnya menjadi sebuah desa yang bernama Desa Ketewel di Kecamatan Sukawati, Gianyar. (TB)