Sejarah Desa Kusamba, Pernah Jadi Ibu Kota Kerajaan Klungkung

Author:
Share

Kusamba merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Sebagai salah satu dari dua belas desa di Kecamatan Dawan, Desa Kusamba memiliki nilai historis yang erat kaitannya dengan Kerajaan Klungkung. 

Jaraknya hanya sekitar 7 kilometer dari pusat Kota Klungkung dan 3 kilometer dari Kota Kecamatan Dawan, menjadikannya strategis dalam sejarah perkembangan wilayah ini.

Menurut tokoh-tokoh masyarakat setempat, nama Kusamba berasal dari kata “Kusa” yang berarti ilalang dan “Amba” yang bermakna luas. Dahulu, wilayah ini merupakan hamparan padang ilalang yang sangat luas. Seiring waktu, nama “Kusa Amba” berubah menjadi “Kusanegara,” yang kemudian dikenal sebagai benteng pertahanan Kerajaan Klungkung di bagian timur. 

Setelah kekalahan Kerajaan Klungkung oleh Belanda, nama Kusanegara akhirnya diganti menjadi Desa Kusamba. Pada masa pemerintahan Ida I Dewa Agung Putra Kusamba, Desa Kusamba sempat menjadi ibu kota kedua Kerajaan Klungkung. 

Di desa ini, Ida I Dewa Agung membangun sebuah istana bernama Kusanegara yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Selain istana, Kusamba juga dijadikan pelabuhan dan benteng pertahanan kerajaan.

Kala itu, masyarakat Desa Kusamba dikenal sebagai pengrajin keris dan senjata tajam lainnya, terutama yang berasal dari Banjar Pande. Tradisi ini masih bertahan hingga kini. Selain itu, sebagian besar penduduk Desa Kusamba juga dikenal sebagai nelayan dan penghasil garam tradisional.

Sejarah Desa Kusamba juga mencatat peristiwa heroik, yaitu Perang Kusamba. Dalam pertempuran ini, masyarakat Klungkung berhasil mengalahkan pasukan Belanda dan membunuh Jenderal AV Michiels, seorang pemimpin ekspedisi Belanda ke Bali. Peristiwa ini menjadi salah satu momen penting dalam perjuangan rakyat Bali melawan penjajahan.

Meski tidak diketahui secara pasti kapan Desa Kusamba mulai dihuni, keberadaannya sering disebutkan dalam berbagai lontar tradisional. Dalam lontar Dwijendra Tattwa, misalnya, diceritakan bahwa Danghyang Nirartha pernah melewati pantai Kusamba dalam perjalanan menuju Pura Goa Lawah. 

Selain itu, dalam lontar Babad Jimbaran, disebutkan adanya pengungsi dari Kusamba yang dipimpin oleh Dalem Petak Jingga. Keturunan kelompok ini masih ada hingga saat ini dan mereka memuja Pura Dukuh sebagai warisan leluhur.

Hingga kini, Desa Kusamba tetap mempertahankan keunikan tradisinya, mulai dari kerajinan senjata hingga pembuatan garam. Sejarah panjang desa ini menunjukkan betapa pentingnya Kusamba dalam perkembangan budaya dan pertahanan Bali pada masa lampau. Kusamba tidak hanya menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Bali, tetapi juga simbol keindahan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!