Desa Munduk yang terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, memiliki jejak sejarah panjang sejak era kolonial Belanda. Terkenal dengan keindahan alam dan udara pegunungannya yang sejuk, desa ini tidak hanya memikat wisatawan, tetapi juga menyimpan kisah penting dalam sejarah perkembangan wilayah Bali Utara.
Asal-usul Desa Munduk bermula dari sebuah banjar kecil bernama Banjar Munduk, yang dulunya merupakan bagian dari Desa Gobleg. Setelah Belanda berhasil menguasai wilayah Bali Utara pada tahun 1890-an, mereka menjadikan kawasan perbukitan Munduk sebagai lokasi strategis untuk membangun stasiun peristirahatan dan pusat perkebunan.
Pada tahun 1892, melalui otoritas Punggawa Distrik Banjar, Pemerintah Belanda secara resmi memisahkan Banjar Munduk dari Desa Gobleg dan menetapkannya sebagai Desa Munduk.
Pemerintahan desa pertama dipimpin oleh Mekel Ragi, yang tercatat sebagai Perbekel pertama Desa Munduk. Namun karena kondisi kesehatan yang menurun, jabatan tersebut kemudian dilanjutkan oleh Mekel Ketut Djada hanya setahun setelah pengangkatan awal.
Sejak masa kolonial, Belanda mengembangkan Munduk sebagai daerah perkebunan kakao, kopi, vanili, dan cengkeh. Iklim yang sejuk serta topografi perbukitan menjadikan desa ini ideal untuk pertanian dan tempat peristirahatan. Bahkan hingga kini, jejak arsitektur kolonial Belanda masih dapat ditemukan di beberapa sudut desa, menjadi saksi bisu masa lampau.
Kini, Munduk dikenal luas sebagai destinasi trekking yang mempesona di Bali. Lanskapnya yang dipenuhi hamparan sawah, kebun cengkeh, dan jalur-jalur setapak di punggung bukit menawarkan pengalaman menjelajah alam yang luar biasa. Lokasinya yang strategis dekat dengan Danau Bratan, Buyan, dan Tamblingan, menjadikan Munduk sebagai titik awal ideal untuk menjelajahi danau-danau alami Bali yang terkenal.
Lebih dari sekadar keindahan alam, Desa Munduk juga masih mempertahankan nilai-nilai budaya lokal. Pengunjung dapat menyaksikan berbagai upacara adat yang rutin dilaksanakan, memberikan nuansa Bali yang otentik dan menyentuh.
Dengan perpaduan sejarah, alam, dan budaya yang kaya, Desa Munduk bukan hanya sekadar tempat wisata, melainkan juga cermin perjalanan panjang Bali Utara dalam menghadapi perubahan zaman dari masa kolonial hingga kini. (TB)