![]() |
Foto Instagram Putu Subada Kusuma |
Desa Pererenan, yang terletak di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, memiliki sejarah yang kaya dan erat kaitannya dengan perkembangan Kerajaan Tibu Beneng. Asal-usul desa ini dimulai dari kisah keluarga kerajaan dan perubahan wilayah yang kemudian membentuknya menjadi sebuah desa yang dikenal hingga saat ini.
Sejarah awal Desa Pererenan dimulai dengan kisah I Gusti Gede Meliling, yang tercatat dalam babad Bali. Pada masa pemerintahan Ida Cokorda Mengwi (Cokorda Munggu), sebuah peristiwa penting terjadi setelah Raja Mengwi ini berburu dan bertemu dengan Ni Jero Meliling, seorang wanita yang kelak menjadi ibu dari seorang putra, I Gusti Gede Meliling. Putra ini kelak menjadi leluhur bagi keluarga besar Jero Gede Pererenan.
Setelah diakui oleh Raja Mengwi, I Gusti Gede Meliling diberikan amanat untuk mengelola wilayah yang meliputi Padang Luwih, Tibu Beneng, hingga ke wilayah Desa Pererenan saat ini.
Ketika I Gusti Gede Meliling wafat, putranya, I Gusti Gede Mangku, mengambil alih kekuasaan dan memindahkan pusat pemerintahan ke Desa Tibu Beneng. Pada masa pemerintahan I Gusti Gede Mangku, Kerajaan Tibu Beneng berkembang pesat dan mencapai kejayaan.
Namun, seiring berjalannya waktu, Kerajaan Badung yang dipimpin oleh Ida Bhatara Sakti Pemecutan melakukan ekspansi wilayah, termasuk serangan ke Tibu Beneng sekitar tahun 1800 Masehi. Raja Tibu Beneng, I Gusti Gede Mangku, gugur dalam pertempuran ini, dan peristiwa ini memicu serangkaian perubahan besar.
Pahlawan kerajaan, I Gede Suda, berusaha menyelamatkan keluarga kerajaan dan membawa barang berharga seperti keris “I Don Buluh” ke tempat yang lebih aman. Setelah pertempuran tersebut, keturunan Raja Tibu Beneng memutuskan untuk menetap di wilayah Munduk Sempol, yang kemudian menjadi bagian dari Desa Pererenan.
Mereka mendirikan berbagai tempat ibadah dan bangunan penting, seperti Pura Dalem Padonan, yang hingga kini menjadi bagian integral dari sejarah desa ini.
Dalam perjalanan waktu, Desa Pererenan mengalami perkembangan administratif yang signifikan. Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Desa Pererenan sempat digabungkan dengan Desa Buduk. Namun, pada tahun 2000, wilayah ini dimekarkan menjadi tiga desa terpisah, yaitu Desa Buduk, Desa Tumbak Bayuh, dan Desa Pererenan. Pemekaran ini menandai perubahan besar bagi desa yang kini dikenal sebagai pusat pariwisata dan budaya di Bali.
Desa Pererenan kini tidak hanya dikenal karena sejarah panjangnya yang berkaitan dengan Kerajaan Tibu Beneng, tetapi juga sebagai destinasi yang terus berkembang. Berbatasan dengan Desa Tumbakbayuh di utara, Desa Canggu di timur, serta Pantai Pererenan di selatan, desa ini terus berkembang menjadi salah satu wilayah yang sangat penting di Bali, baik dari segi sejarah, budaya, maupun pariwisata. (TB)