Sejarah Desa Punggul Badung, Berkaitan dengan Keturunan I Gusti Ngurah Dawuh Sakti

Author:
Share

Desa Punggul, yang terletak di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, menyimpan sejarah panjang yang mengakar kuat dalam kisah kepahlawanan dan pengabdian leluhur.

Kisah berdirinya desa ini tidak hanya sarat nilai historis, tetapi juga penuh makna spiritual yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakatnya.

Sekitar abad ke-17, Abiansemal berada di bawah kekuasaan seorang tokoh yang disegani, yakni I Gusti Ngurah Dawuh Sakti.

Beliau merupakan keturunan Sri Kresna Kepakisan dari Dauh Bale Agung dan menjadi tokoh sentral dalam pemerintahan kala itu.

Dalam masa pemerintahannya, Abiansemal mengalami masa tenteram dan damai, berkat kepemimpinan yang bijaksana dan dukungan dari masyarakat yang setia.

Sebagai bentuk penghormatan, beberapa banjar bahkan mempersembahkan istri-istri mereka kepada pemimpin sebagai simbol bhakti.

BACA JUGA  Sejarah dan Keunikan Pura Tirta Empul, Tempat Suci dan Wisata Spiritual di Bali, Berkaitan dengan Mayadenawa

Dalam upaya menjalin hubungan antar wilayah, I Gusti Ngurah Dawuh Sakti bekerja sama dengan I Gusti Ngurah Agung dari Singasari (sekarang Blahkiuh).

Namun, peperangan besar melanda ketika Singasari terlibat konflik dengan Payangan.

I Gusti Ngurah Dawuh Sakti turut membantu, dan meski berhasil kembali dengan selamat, keikutsertaannya menimbulkan kecemburuan dari pihak Kerajaan Mengwi.

Puncak ketegangan terjadi saat berlangsungnya upacara piodalan di Pura Desa Abiansemal.

Perselisihan kecil memicu perang besar antara pasukan Mengwi dan Abiansemal.

Perang berdarah ini memakan banyak korban, bahkan darah rakyat menggenang di sebuah tempat yang kini dikenal sebagai Setra Kembengan.

Demi melindungi rakyatnya, I Gusti Ngurah Dawuh Sakti rela mengorbankan diri dan gugur sebagai seorang kesatria.

BACA JUGA  ST Canti Graha Sesetan Juara I Ogoh-Ogoh di Kasanga Festival 2025, Angkat Bibianu

Putra-putranya, termasuk I Gusti Ngurah Made Dawuh dan I Gusti Nyoman Dawuh, kemudian meninggalkan Abiansemal dan menitipkan tanggung jawab menjaga Pura Batur kepada I Gusti Tan Kaur.

Mereka merantau ke wilayah Padang Tegal di Ubud, dan dengan restu Raja Sukawati, membangun Puri Taman Padang Tegal.

Namun, keharmonisan itu tak berlangsung lama karena muncul konflik internal yang berujung penyerangan terhadap I Gusti Ngurah Made Dawuh.

Dalam keadaan terluka parah, beliau bersama saudaranya melarikan diri ke arah barat.

Dalam pelariannya, mereka menemukan sejumlah tempat baru.

Salah satunya dibangun menjadi Puri Taman yang kini menjadi cikal bakal Desa Taman.

Sementara I Gusti Ngurah Made Dawuh melanjutkan perjalanan hingga menemukan tempat untuk menyimpan pusaka.

Tempat tersebut dinamakan Bengawang karena sering terdengar suara mistis pada malam hari, dan pura yang dibangun di sana disebut Pura Pajenengan.

BACA JUGA  Sejarah Desa Sakti di Nusa Penida Bali, Berawal dari Seorang Ida Peranda yang Mengalami Sakit

Akhirnya, beliau melanjutkan perjalanan dan menemukan lokasi yang strategis di utara Abiansemal.

Tempat ini disetujui oleh Raja Mengwi untuk menjadi pemukiman baru.

Namun, wilayah yang diberikan tidak diambil sepenuhnya, melainkan dipotong atau “dipunggel” demi menghormati Raja.

Dari sinilah muncul nama Punggul, berasal dari kata “punggel” yang kemudian berubah pelafalannya.

Versi lain menyebutkan nama tersebut berasal dari gabungan kata “Pe–Unggul”, merujuk pada keunggulan leluhur dalam memimpin.

Demikianlah kisah lahirnya Desa Punggul, yang bukan hanya tentang tempat tinggal, melainkan simbol keberanian, pengabdian, dan keharmonisan antara manusia dan kekuatan ilahi. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!