Sejarah Desa Sawan Buleleng, Berawal dari Penemuan Banyak Kerangka Manusia Oleh Panji Sakti

Author:
Share
Menurut berbagai sumber, dahulu wilayah yang kini dikenal sebagai Desa Sawan pernah dihuni oleh penduduk yang menyebut tempat tinggal mereka sebagai daerah Pekarangan. Namun, pada suatu masa, penduduk setempat merasa tidak nyaman tinggal di sana akibat wabah penyakit yang menyebabkan gatal-gatal.  
Dalam upaya mencari solusi, seorang tokoh bernama Jero Dukuh mengadakan pertemuan dengan Jero Dukuh Putra Gunung Raung. Dalam diskusi tersebut, Desa Sawan dianggap sebagai titik pertemuan antara Desa Bebetin dan Desa Menyali, sehingga desa ini diberi nama Desa Sari Serodan.  
Kemudian, I Gusti Ngurah Panji Sakti datang ke desa ini dan bertemu dengan Jero Dukuh di Pura Gubung Raung atau Pura Batu Bolong. Setelah melakukan survei di sekitar desa, ia menemukan banyak kerangka manusia di beberapa lokasi, seperti area Pura Desa, Banjar Muniara, dan daerah Pekarangan sekitar Pura Batu Bolong. Berdasarkan temuan tersebut, ia merasa nama Sari Serodan kurang tepat, sehingga diganti menjadi Desa Sawan, yang berasal dari kata “sawa” yang berarti kerangka manusia.    
Pura Batu Bolong di Desa Sawan menyimpan peninggalan purbakala berupa batu-batu besar. Dari celah batu-batu ini mengalir air yang diyakini berasal dari batu berlubang di bawahnya. 
Masyarakat setempat mempercayai bahwa tempat ini memiliki kekuatan spiritual, khususnya sebagai tempat memohon kesembuhan bagi mereka yang sakit. Air dari batu tersebut sering digunakan dalam pembuatan ramuan tradisional untuk penyembuhan.    
Desa Sawan terletak di Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, dengan luas wilayah sekitar 2.978,4 hektare. Berikut adalah batas-batas wilayahnya:  
– Utara: Desa Menyali  
– Selatan: Desa Bebetin  
– Barat: Sungai Sutaji  
– Timur: Sungai Bila  
Desa ini terdiri atas tiga banjar dinas, yaitu Banjar Dinas Brahmana, Banjar Dinas Kanginan, dan Banjar Dinas Kawanan. Ketiga banjar ini masih mempertahankan hubungan erat dan mengutamakan musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan.  
Dengan ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan laut, Desa Sawan memiliki curah hujan tahunan antara 2.000 hingga 3.000 mm dengan suhu rata-rata 28°C. Dari segi aksesibilitas, desa ini berjarak sekitar 9 km dari pusat Kecamatan Sawan, 17 km dari pusat Kota Administratif, serta 90 km dari ibu kota Provinsi Bali, Denpasar.    
Desa Sawan memiliki kombinasi lahan sawah dan lahan kering dengan rincian sebagai berikut:  
– Lahan persawahan: ± 5,55 hektare  
– Lahan kering: ± 13,8 hektare (terdiri dari pekarangan 2,6 ha, perladangan 5,6 ha, dan tegalan 5,6 ha)  
Selain itu, wilayah desa ini digunakan untuk berbagai keperluan, di antaranya:  
– Jalan: ± 3 km  
– Sawah dan ladang: ± 225,14 hektare  
– Pembangunan umum: ± 60,42 hektare  
– Pertokoan/perdagangan: ± 8,05 hektare  
– Perkantoran: ± 0,25 hektare  
– Pasar desa: ± 0,14 hektare    
Desa Sawan tidak hanya memiliki sejarah yang menarik, tetapi juga menyimpan warisan budaya yang kuat, seperti Pura Batu Bolong yang masih dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Dengan letak geografis yang strategis serta kondisi alam yang mendukung, desa ini tetap menjaga tradisi leluhur sambil terus berkembang dalam aspek sosial dan ekonomi. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!