Desa Sebudi, yang terletak di Kecamatan Selat, Karangasem, Bali, merupakan sebuah kawasan yang memiliki nilai sejarah dan spiritual tinggi. Berada tepat di lereng Gunung Agung, desa ini tak hanya kaya akan pemandangan alam, namun juga menyimpan kisah masa lalu yang erat kaitannya dengan perkembangan agama Hindu di Bali.
Nama “Sebudi” diyakini berasal dari bentuk lama “Sokabudi”, yang mengalami perubahan seiring waktu karena adaptasi bahasa. Fenomena ini juga terjadi pada sejumlah nama daerah lainnya seperti Sebetan yang berubah menjadi Sibetan, Manteb menjadi Muntab, hingga Sorga yang menjadi Sogra.
Menilik kembali catatan sejarah, nama Sebudi pernah tercantum dalam sebuah brosur yang diedarkan saat pelaksanaan Karya Manca Walikrama di Pura Besakih pada April 1960. Hal ini menandakan bahwa keberadaan desa ini telah diakui sebagai bagian penting dari kawasan suci Gunung Agung sejak lama.
Dalam kisah masyarakat lokal yang diwariskan secara turun-temurun, disebutkan bahwa Resi Markandya – tokoh suci yang berperan besar dalam penyebaran agama Hindu dari Jawa ke Bali sekitar abad ke-11 – pernah menjelajahi kawasan hutan di sekitar Gunung Agung.
Di lokasi ini, beliau membangun tempat pemujaan dan membentuk perkampungan spiritual, yang kini menjadi bagian dari Desa Sebudi.
Salah satu tempat suci yang terkenal adalah Pura Pasar Agung Giri Tohlangkir. Pura ini dipercaya sebagai lokasi pertapaan, yoga, dan semedi para pertapa suci.
Pura Pasar Agung juga memiliki keterkaitan spiritual yang erat dengan Pura Penataran Agung Besakih, sebagai tempat berlangsungnya “pemasaran” atau pertemuan para dewa (Ida Batara).
Dari segi geografis, Desa Sebudi berada di dataran tinggi yang merupakan bekas jalur aliran lahar Gunung Agung. Keindahan dan kekuatan alamnya semakin diperkuat dengan hadirnya tiga sungai besar yang mengalir dari puncak gunung, menjadikan desa ini tidak hanya kaya secara spiritual tetapi juga secara ekologis. (TB)