Desa Siakin merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
Desa ini memiliki sejarah yang menarik dan erat kaitannya dengan cerita rakyat serta perjalanan panjang pembentukan wilayah dan struktur pemerintahan desa.
Pada awalnya, wilayah yang kini dikenal sebagai Desa Siakin dihuni oleh para pendatang.
Nama awal desa ini adalah Gunung Ampiran, sebuah nama yang muncul setelah terjadi bencana tanah longsor di wilayah tersebut.
Menurut cerita yang berkembang secara turun-temurun, tanah longsor itu diyakini sebagai akibat dari pertapaan seekor naga. Peristiwa mistis tersebut menjadi bagian penting dalam narasi asal-usul desa.
Seiring waktu, Desa Gunung Ampiran mulai didatangi oleh para pendatang dari luar daerah, terutama mereka yang memiliki tujuan berdagang.
Di antara para pedagang tersebut, ada seorang tokoh asal Tiongkok bernama Siangkin.
Kehadiran Siangkin membawa pengaruh besar di tengah masyarakat karena keberhasilannya dalam berdagang.
Nama Siangkin pun semakin dikenal dan dihormati oleh warga. Lama kelamaan, nama beliau berubah penyebutannya menjadi Tuan Siakin, dan dari sinilah nama Desa Siakin mulai digunakan, menggantikan nama sebelumnya yaitu Gunung Ampiran.
Dalam perkembangan administratif dan adat, Desa Siakin pernah tergabung dengan Desa Pinggan, baik secara adat maupun dinas, membentuk satu wilayah perbekelan bernama Desa Pinggan.
Namun, sekitar tahun 1965, terjadi pemekaran secara dinas yang mengukuhkan Desa Siakin sebagai wilayah pemerintahan desa yang berdiri sendiri.
Setelah pemekaran tersebut, Desa Siakin terbagi menjadi dua Banjar yaitu Banjar Siakin dan Banjar Batih, serta dua Desa Adat, yakni Adat Siakin dan Adat Batih.
Pembagian ini mempertegas struktur sosial dan adat yang ada di desa tersebut hingga saat ini.
Meskipun dalam data awal batas-batas wilayah belum disebutkan secara lengkap, posisi geografis Desa Siakin berada dalam cakupan Kecamatan Kintamani yang terkenal dengan dataran tinggi serta lanskap alam yang indah.
Sejarah Desa Siakin menggambarkan sebuah transformasi wilayah yang tidak hanya dipengaruhi oleh dinamika sosial dan ekonomi, tetapi juga oleh kekuatan budaya, cerita rakyat, dan migrasi masyarakat yang membentuk identitas desa hingga menjadi seperti sekarang. (TB)