Sejarah Desa Tegalmengkeb Tabanan, Berawal dari Tempat Persembunyian Pasek Buduk

Author:
Share

Di pesisir barat daya Bali, tepatnya di Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan, terbentang sebuah desa yang menyimpan jejak sejarah panjang. Desa Tegalmengkeb, dengan luas wilayah sekitar 549 hektar, terhampar di antara sawah-sawah hijau yang membentang luas dan garis pantai yang sejajar dengan Pura Tanah Lot. 
Sekitar tiga perempat wilayahnya masih berupa lahan pertanian yang menjadi sumber utama mata pencaharian masyarakat. Namun, di balik lanskapnya yang tenang, desa ini menyimpan kisah perlawanan dan keteguhan hati yang diwariskan dari generasi ke generasi.  
Nama Tegalmengkeb berasal dari bahasa Bali. Tegal berarti ladang, sementara Mengkeb berarti tersembunyi. Nama ini bukan sekadar sebutan biasa, tetapi mencerminkan sejarah kelam tentang pelarian dan perjuangan. 
Dikisahkan bahwa desa ini dulunya menjadi tempat persembunyian keturunan Pasek Badak, seorang tokoh dari Kabupaten Badung yang menolak tunduk kepada kekuasaan Kerajaan Mengwi.  
Saat itu, Kerajaan Mengwi sedang memperluas wilayahnya dan menguasai banyak daerah di Bali. Namun, tidak semua rakyat menerima kekuasaan tersebut begitu saja. 
Pasek Buduk dan pengikutnya mencari tempat yang aman, jauh dari jangkauan kerajaan. Mereka terus bergerak ke barat hingga akhirnya menemukan sebidang tanah luas yang tersembunyi dari pandangan. Di sanalah mereka menetap dan membangun kehidupan baru, menamai tempat itu Tegalmengkeb, ladang yang tersembunyi dari dunia luar.  
Sehingga sejarah Tegalmengkeb tidak terlepas dari konflik antara Pasek Buduk dan Raja Mengwi. Pasek Toh Jiwa, seorang pemimpin dari kelompok Pasek Buduk, pernah bermukim di daerah Tangguntiti. 
Namun, akibat ketegangan dengan pihak kerajaan, mereka terpaksa meninggalkan tempat itu. Dalam perjalanan mencari tempat perlindungan, mereka melewati berbagai daerah hingga akhirnya tiba di sebuah kawasan yang tersembunyi di balik ladang luas. Tempat itu memberikan rasa aman karena sulit dijangkau oleh tentara kerajaan.  
Bagi mereka, Tegalmengkeb bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga simbol kebebasan. Di sanalah mereka membangun komunitas baru, jauh dari bayang-bayang kekuasaan Mengwi.  
Seiring berjalannya waktu, Desa Tegalmengkeb berkembang menjadi pemukiman yang lebih tertata. Ketika sistem pemerintahan modern mulai diterapkan, desa ini dibagi menjadi sembilan banjar dinas untuk mempermudah administrasi, yaitu:  
1. Kelecung Kelod  
2. Kelecung Kaja  
3. Alas  
4. Munduk Ulan  
5. Branjingan  
6. Bongan  
7. Tegalmengkeb Kaja  
8. Tegalmengkeb Tengah  
9. Tegalmengkeb Kelod  
Setiap banjar memiliki karakteristik dan sejarahnya sendiri. Ada yang dinamai berdasarkan kondisi geografisnya, seperti Banjar Dinas Alas, yang wilayahnya dipenuhi pepohonan dan tampak seperti hutan. Ada pula yang berasal dari kisah masa lalu, seperti Banjar Dinas Branjingan, yang namanya merujuk pada praktik penyerahan hasil panen kepada kerajaan akibat kesulitan ekonomi.  
Tak hanya banjar-banjar dinas, beberapa lokasi di desa ini juga memiliki nama yang mencerminkan sejarah dan kondisi alamnya. Pangkung Akah, misalnya, dinamai karena banyak akar yang menggantung di sepanjang sungainya. 
Kalimoko berasal dari jenis kayu yang tumbuh subur di sekitar sungai. Sementara itu, Munduk Ulan berarti “tempat tinggi yang suci”, menunjukkan pentingnya daerah itu dalam aspek spiritual.  
Ada juga Pangkung Nyukeh, yang berarti lembah yang sulit dilalui, dan Pangkung Enjung, yang merujuk pada tempat memancing di tepi laut yang menjorok ke dalam. Bahkan Yeh Matan Muara, tempat bertemunya Sungai Matan dengan Laut Selatan, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas desa ini.  
Kini, Tegalmengkeb bukan lagi desa pelarian seperti dahulu. Namun, semangat perlawanan dan keteguhan hati tetap melekat dalam kehidupan masyarakatnya. Ladang-ladang tersembunyi yang dulu menjadi tempat perlindungan, kini menjadi sumber kehidupan bagi para petani. Tradisi dan sejarah yang diwariskan turun-temurun tetap dijaga dengan baik, menjadi pengingat bahwa desa ini pernah menjadi saksi dari sebuah perjalanan panjang dalam mempertahankan kebebasan.  
Dari sebuah tempat yang dulu hanya dikenal sebagai ladang tersembunyi, Tegalmengkeb kini berdiri sebagai desa yang penuh makna. Sejarahnya bukan hanya tentang pelarian, tetapi juga tentang keteguhan, keberanian, dan semangat untuk terus bertahan. (TB)
       

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!