Sejarah Desa Tinggarsari Buleleng, Bermula dari Kendengan yang Warganya Diserang dengan Menyamar

Author:
Share

Desa Tinggarsari merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Desa ini menyimpan kisah sejarah yang erat kaitannya dengan legenda kerajaan kecil di masa lalu dan peristiwa kelam yang membawa perubahan besar bagi penduduknya.

Menurut penuturan para tetua desa, sejarah Desa Tinggarsari bermula dari sebuah pemukiman bernama Kendengan, yang kala itu merupakan pusat kehidupan masyarakat dengan aktivitas yang berkembang pesat.

Kendengan dikenal sebagai daerah yang ramai dan makmur sehingga menarik perhatian banyak pendatang, termasuk para pedagang pengembara yang disebut pengalu.

Para penduduk Kendengan yang terkenal ramah mengizinkan para pengalu untuk bermalam di rumah mereka. Namun, niat baik ini berujung tragedi.

Pada malam hari, para pengalu justru menyerang dan membunuh penduduk setempat. Peperangan pun pecah, tetapi karena jumlah mereka kalah banyak, penduduk Kendengan terpaksa melarikan diri ke berbagai arah demi menyelamatkan diri.

BACA JUGA  Sejarah Desa Ban Karangasem, dari Hutan Belantara Menuju Komunitas yang Tangguh di Lereng Gunung Agung

Penduduk yang selamat akhirnya kembali ke Kendengan setelah mendengar bahwa daerah tersebut sudah aman. Namun, mereka mendapati pemukiman mereka hancur, penuh bekas darah, dan mayat-mayat bergelimpangan.

Demi menghindari kejadian serupa, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan mencari tempat tinggal baru.

Dalam perjalanan tersebut, mereka melewati berbagai daerah yang kini dikenal dengan nama-nama tertentu, seperti Buluh—yang dinamai karena banyaknya bambu runcing bekas pertempuran—dan Belah Manukan, tempat mereka sempat menetap sebelum kembali menghadapi bencana longsor.

Longsor besar ini menimbun sebagian penduduk, dan hanya beberapa yang berhasil selamat dengan menaiki pohon. Penduduk yang selamat kemudian mendirikan pemukiman baru di wilayah yang kini disebut Banjar Tinggarsari.

Nama Tinggarsari akhirnya diambil sebagai nama desa, meskipun masyarakat tetap mempertahankan identitas sebagai keturunan dari desa terdahulu, Belah Manukan. Desa ini terus berkembang hingga menjadi salah satu desa yang dikenal maju di wilayah Busungbiu.

BACA JUGA  Sosok Anak Agung Gede Rai Kalam, Maestro Drama Gong Bali yang Selalu Dikenang, Pemeran Patih Anom

Menurut cerita turun-temurun, tragedi di Kendengan terjadi akibat serangan pasukan Patih Gajah Mada yang menyamar sebagai pedagang pengembara.

Pasukan ini datang dari Desa Kedis sebagai bagian dari strategi Gajah Mada untuk mencegah kerajaan kecil di Kendengan tumbuh menjadi kekuatan besar. Hal ini dikarenakan penduduk Kendengan diyakini merupakan keturunan kerajaan dari Klungkung.

Setelah melewati berbagai perubahan zaman, desa ini kemudian diakui secara resmi oleh pemerintah dan ditetapkan sebagai Desa Tinggarsari pada tahun 1970. Sejak itu, desa ini terus berkembang, baik dari segi ekonomi maupun jumlah penduduk.

Desa Tinggarsari memiliki luas wilayah sekitar 653 hektar dan berada di ketinggian antara 500 hingga 700 meter di atas permukaan laut.

BACA JUGA  Sosok Kadek Indra Yoni, Perempuan Tangguh Bali di Balik Suksesnya Yoni Skincare

Suhu udara rata-rata berkisar antara 25 hingga 30 derajat Celsius, dengan curah hujan yang cukup tinggi. Hal ini menjadikan Desa Tinggarsari sebagai wilayah dengan potensi agraris yang cukup besar.

Desa ini berbatasan dengan wilayah-wilayah berikut:

  • Sebelah Timur: Desa Kedis
  • Sebelah Barat: Desa Subuk
  • Sebelah Selatan: Desa Pujungan, Kabupaten Tabanan
  • Sebelah Utara: Sungai Saba

Meskipun wilayah administratif Desa Tinggarsari tidak terlalu luas jika dibandingkan dengan desa-desa lain di Kecamatan Busungbiu, desa ini tetap menunjukkan perkembangan yang signifikan.

Potensi agrarisnya semakin berkembang seiring beralihnya mata pencaharian penduduk dari ladang ke perkebunan cengkeh, kopi, pisang, dan tanaman lainnya yang lebih bernilai ekonomis. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!