Sejarah Pura Agung Kentel Gumi di Klungkung, Bermula dari Mpu Kuturan Menancapkan Tiang Penyeimbang Bali

Author:
Share
Website Kemendikbud

Pura Agung Kentel Gumi, terletak di Desa Tusan, Banjarangkan, Klungkung, merupakan salah satu Pura Kahyangan Jagat yang penting di Bali. Pura ini berfungsi sebagai tempat memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Reka Bhuwana, pencipta alam semesta. Sebagai salah satu dari Triguna Pura atau Kahyangan Tiga Bali, Pura Agung Kentel Gumi memiliki peran signifikan dalam spiritualitas Hindu di Bali.

Menurut lontar “Raja Purana Batur”, Pura Agung Kentel Gumi berfungsi sebagai Pura Puseh, tempat untuk memohon kedegdegan dan kerahayuan jagat. Bersama dengan Pura Batur yang merupakan Pura Desa tempat memohon kesuburan dan Pura Agung Besakih sebagai Pura Dalem tempat memohon kesucian sekala-niskala, Pura Agung Kentel Gumi menjadi bagian penting dari struktur spiritual Bali.

Sejarah Pura Agung Kentel Gumi berkaitan erat dengan tokoh Mpu Kuturan. Konon, Mpu Kuturan menancapkan sebuah tiang sebagai pacek atau pasak yang menjadikan tempat ini sebagai pusat stabilitas bagi masyarakat Bali yang sebelumnya sering dilanda kerusuhan. Nama “Kentel Gumi” sendiri berasal dari kata “kentel” yang berarti padat atau akrab, dan “gumi” yang berarti bumi atau dunia, menggambarkan terwujudnya persatuan dan kedamaian di bumi Bali. Mpu Kuturan berhasil menata kembali kehidupan masyarakat Bali setelah kehancuran akibat kekuasaan Raja Maya Denawa pada abad ke-10.

Pura Agung Kentel Gumi memiliki tiga kelompok utama: Pura Agung Kentel Gumi dengan 19 bangunan suci, Pura Maspahit dengan lima bangunan suci, dan Pura Masceti dengan tujuh bangunan suci. Kompleks pura ini juga mencakup Perantenan Suci, Bale Paebatan, dan Pura Bale Agung. Bangunan meru di pura ini berfungsi sebagai perlambang Gunung Mahameru, tempat stana dewa-dewi dan leluhur berdasarkan berbagai lontar seperti “Jaya Purana” dan “Widhi Sastra”.

Tidak diketahui secara pasti kapan Pura Agung Kentel Gumi pertama kali dibangun, namun berdasarkan “Babad Bendesa Mas”, pura ini mengalami pemugaran oleh Mpu Kuturan pada masa pemerintahan Raja Sri Kresna Kepakisan pada abad ke-14. Pada masa ini, perhatian difokuskan pada pembangunan dan pengembangan Pura Agung Kentel Gumi, menciptakan stabilitas bagi raja, rakyat, dan alam.

Pura Agung Kentel Gumi tidak hanya menjadi tempat pemujaan Tuhan dengan segala manifestasinya, tetapi juga tempat menghormati Mpu Kuturan. Palinggih Manjangan Saluang dibangun sebagai penghormatan spiritual terhadap Mpu Kuturan, dan berbagai palinggih lainnya seperti palinggih Catur Muka dan Sanggar Agung Rong Telu berfungsi sebagai tempat pemujaan Tuhan dalam manifestasi Parama Siwa, Sadha Siwa, dan Siwa.

Dengan sejarah dan makna simboliknya yang mendalam, Pura Agung Kentel Gumi terus menjadi pusat spiritual penting bagi umat Hindu di Bali, tempat memohon kerahayuan jagat dan menjaga keseimbangan alam serta kehidupan masyarakat. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!