Pura Lempuyang Luhur, sebuah tempat suci di Bali yang tidak hanya menjadi destinasi wisata populer tetapi juga menjadi pusat keagamaan bagi umat Hindu, menarik perhatian dengan keindahan alamnya yang memukau.
Terletak di wilayah timur Pulau Dewata, tepatnya di Kabupaten Karangasem, pura ini memancarkan pesona magisnya dengan latar belakang panorama Gunung Agung yang menakjubkan. Namun, di balik kemegahannya, tersembunyi sebuah sejarah yang kaya dan menarik.
Keunikan dan Pesona Pura Lempuyang Luhur
Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur tidak hanya memikat hati para wisatawan dengan kemegahannya, tetapi juga dengan keunikan alamnya yang masih terjaga. Kawasan hutan yang melingkupi pura ini menjadi paru-paru Pulau Dewata, memberikan udara segar dan suasana yang damai bagi para pengunjung.
Bagi pecinta trekking, perjalanan menuju puncak Pura Luhur ini memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Terdapat beberapa jalur pendakian yang menantang, namun bagi yang mencari kenyamanan, jalur utama dengan tangga berundak sudah tersedia. Jalur ini juga digunakan oleh umat Hindu sebagai tempat untuk bersembahyang, menambah kesakralan tempat ini.
Perjalanan Menuju Puncak
Perjalanan menuju puncak Gunung Lempuyang, di mana Pura utama Sad Kahyangan Lempuyang Luhur berdiri megah, membutuhkan ketahanan fisik dan kesabaran. Dengan lebih dari 1.700 anak tangga yang harus ditempuh, perjalanan ini menghadirkan pemandangan alam yang memukau serta udara yang sejuk dari hutan yang masih alami.
Wisatawan akan disuguhi dengan keindahan alam Kabupaten Karangasem yang menawan, sambil terhibur oleh kicauan burung dan suara-suara hewan liar di sepanjang perjalanan.
Kepercayaan dan Tradisi
Bagi umat Hindu maupun wisatawan yang ingin bersembahyang di Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur, persiapan yang matang diperlukan. Selain ketahanan fisik, hati yang suci dan tulus menjadi syarat utama.
Ada pula pantangan-pantangan yang harus diindahkan, seperti larangan berkata kasar, serta larangan bagi wanita haid, menyusui, dan anak-anak yang belum tumbuh gigi susu. Membawa atau mengonsumsi daging babi juga tidak diperbolehkan saat akan ke pura ini.
Sejarah Pura
Tidak ada catatan pasti mengenai tahun berdirinya Pura Lempuyang Luhur. Namun, sejumlah legenda dan teori mencoba menjelaskan asal-usul pura ini. Salah satu legenda yang populer adalah kisah kedatangan Bhatara Tiga, yang dipercayai sebagai manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, penguasa arah timur.
Dalam Lontar Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul, dikisahkan bahwa Sang Hyang Parameswara berkeinginan untuk memindahkan puncak alam semesta, yang awalnya terletak di India (Jambhudwipa), ke Tanah Jawa. Proses pemindahan ini menyebabkan pecahan Gunung Mahameru tersebar, membentuk jajaran pegunungan di Pulau Jawa, termasuk Gunung Semeru di Jawa Timur.
Setelah mencapai Bali, Bhatara Tiga membagi pulau tersebut menjadi tiga bagian besar, termasuk pembentukan Gunung Agung sebagai puncak tertinggi. Bagian-bagian kecilnya membentuk lereng pegunungan di Bali, di antaranya adalah Tapsahi, Pengelengen, Siladnyana, Beratan, Batukaru, Nagaloka, Pulaki, Puncak Sangkur, Bukit Rangda, Trate Bang, Padang Dawa, Andhakasa, Uluwatu, Sraya, dan Gunung Lempuyang. Dipercayai bahwa gunung-gunung ini menjadi tempat tinggal para dewa penjaga Pulau Bali.
Menurut Lontar Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul, Sang Hyang Parameswara menugaskan putranya, Sang Hyang Agnijayasakti, untuk menjaga kesejahteraan Pulau Bali dan menempati Gunung Lempuyang bersama dewa-dewa lainnya. Selain itu, terdapat teori lain yang berkaitan dengan Pura Lempuyang Luhur.
Selain legenda, terdapat pula teori lain terkait asal-usul Pura Lempuyang Luhur. Dalam Prasasti Sading C yang bertarikh 1072 Saka (1150 Masehi), disebutkan bahwa Gunung Lempuyang juga dikenal sebagai Gunung Adri Karang. Raja Jayasakti (1133-1150), yang bersemedi di Gunung Adri Karang, diyakini telah membangun pura di sana untuk memenuhi perintah Sang Hyang Guru dalam menciptakan keamanan dan kesejahteraan di Bali.
Ada juga teori lain yang mengaitkan pendirian Pura Sad Kahyangan dengan Mpu Kuturan, seorang pendeta Hindu yang mendampingi Raja Udayana dalam memerintah Bali.
Kesimpulan
Pura Lempuyang Luhur tidak hanya menjadi simbol keindahan alam Bali, tetapi juga menyimpan sejarah dan legenda yang kaya. Dengan pesonanya yang memukau dan suasana yang sakral, pura ini terus menarik minat wisatawan dan umat Hindu dari seluruh penjuru dunia. Sebagai tempat yang sarat akan nilai-nilai spiritual dan kepercayaan, Pura Lempuyang Luhur tetap mempertahankan keaslian dan keagungan warisan budaya Bali.