Sejarah Pura Luhur Batukaru Tabanan, Dipelopori Mpu Kuturan Abad Kesebelas

Author:
Share
wikipedia.id

Pura Luhur Batukaru, sebuah kompleks pura yang berada di Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali, memiliki sejarah yang kaya dan perjalanan panjang sejak pertama kali dibangun pada abad ke-11 Masehi.

Pura ini didedikasikan untuk memuja Tuhan sebagai Dewa Mahadewa, khususnya sebagai Ratu Hyang Tumuwuh, yang dianggap sebagai pemelihara tumbuh-tumbuhan dan penggunaan air yang benar untuk pertanian.

Sejarah

Menurut Lontar Kusuma Dewa, Pura Luhur Batukaru didirikan sekitar abad ke-11 Masehi, sejajar dengan pendirian pura-pura besar lainnya di Bali seperti Pura Besakih dan Pura Lempuyang Luhur. Pembentukan pura ini dipelopori oleh Mpu Kuturan, seorang tokoh yang juga dikenal sebagai penggagas dari Sad Kahyangan.

Pada tahun 1605 Masehi, tercatat dalam kitab Babad Buleleng bahwa Raja Buleleng, Ki Gusti Ngurah Panji Sakti, merusak Pura Luhur Batukaru dalam usahanya untuk memperluas wilayah ke Tabanan. Namun, serangan tersebut berakhir tragis ketika ribuan tawon menyerang dan mengusir Raja beserta pasukannya, sehingga pura mengalami kerusakan parah dan hanya tinggal puing-puing.

Perbaikan pertama kali dilakukan pada tahun 1959, mengembalikan Pura Luhur Batukaru ke bentuknya yang sekarang. Pemerintah daerah kemudian memberikan perhatian lebih lanjut, dengan bantuan dan pemugaran secara bertahap, sehingga kondisi pura semakin baik hingga saat ini.

Tata Letak Pura

Pura Luhur Batukaru terletak di lereng selatan Gunung Batukaru, di bagian barat Pulau Bali. Kompleks pura ini terdiri dari bangunan utama yang berbentuk candi, berbeda dengan Meru yang umumnya ditemui di pura-pura lain di Bali. Arsitektur candi ini jelas dipengaruhi oleh gaya arsitektur Jawa Timur dan India, menunjukkan pengaruh budaya Hindu yang kuat dalam pembangunan pura ini.

Di sebelah timur kompleks utama, terdapat sumber mata air yang terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama (jeroan) digunakan khusus untuk ritual memohon air suci (tirtha) dalam upacara, sementara bagian kedua difungsikan untuk mandi dan cuci muka sebagai persiapan spiritual sebelum melakukan persembahyangan.

Pujawali dan Upacara

Pura Luhur Batukaru mengadakan upacara piodalan setiap 210 hari sekali, jatuh pada hari Kamis pada Wuku Dungulan menurut kalender Bali, tepat sehari setelah hari raya Galungan. Upacara ini menjadi momen penting bagi umat Hindu Bali untuk merayakan dan mempersembahkan penghormatan kepada Tuhan sesuai dengan tradisi dan tata cara yang telah ditetapkan.

Dengan sejarahnya yang panjang dan keindahan arsitekturnya yang unik, Pura Luhur Batukaru tetap menjadi salah satu situs suci yang paling penting dan dikagumi di Pulau Bali, menarik kunjungan dari wisatawan lokal maupun mancanegara yang tertarik akan kekayaan budaya dan spiritual Bali. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!