Pura Puser Saab merupakan salah satu Pura Sad Kahyangan Jagat di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, yang memiliki peran penting dalam keseimbangan spiritual di pulau ini. Terletak di Banjar Dehan, Desa Batumadeg, sekitar 14 km dari pusat kota kecamatan, pura ini menyimpan sejarah panjang dan misteri yang belum sepenuhnya terungkap.
Meski kurang populer dibandingkan Pura Penataran Ped atau Pura Puncak Mundi, Pura Puser Saab tetap menjadi destinasi spiritual yang menarik. Berdasarkan catatan sejarah, Pura Puser Saab dibangun pada masa pemerintahan Prabu Renggan, yang juga mendirikan Pura Puncak Mundi.
Awalnya, sang raja mendirikan padma yoni yang menghadap ke timur sebagai pusat pemujaan. Setelah pembangunan pelinggih di antara Pura Puser Saab dan Pura Puncak Mundi selesai, ia melanjutkan pembangunan beberapa pelinggih lainnya, termasuk Linggih Bhatara Arca yang memiliki arsitektur menyerupai kuil di Nepal.
Selain itu, Prabu Renggan juga membangun beberapa pura lain di sekitar Nusa Penida, seperti Pura Batu Medau di Desa Suana, Pura Penida di Desa Sakti, serta Pura Dukuh Jumpungan di Desa Batukandik. Dengan demikian, Pura Puser Saab menjadi bagian penting dalam jaringan pura-pura suci yang menjaga keseimbangan spiritual di wilayah ini.
Salah satu aspek paling menarik dari Pura Puser Saab adalah arsitektur dan susunan pelinggihnya. Pura ini terdiri dari tiga pelaban utama:
1. Pura Batu Paras di sebelah timur, berfungsi sebagai tempat penglukatan atau penyucian diri.
2. Pura Ratu Gede Dalem Selimpet di sebelah selatan, yang memiliki tradisi unik dalam prosesi pujawali, yaitu penggunaan banten berisi daging babi mentah.
3. Pura Puser Saab sebagai pusatnya, yang ditandai dengan keberadaan batu pancer besar di area utama mandala.
Keunikan lain dari pura ini adalah jumlah arca yang terdapat di dalamnya. Arca-arca ini sering kali mengalami perubahan jumlah yang tidak dapat dijelaskan secara logis. Pada saat pembuatan karawista, jumlah arca sudah dihitung sesuai dengan prelingganya, tetapi setelah pemasangan, jumlahnya justru berkurang. Selain itu, setelah melewati sasih kawulu, jumlah arca sering kali bertambah kembali, dan fenomena ini terus berulang.
Misteri lainnya adalah ketahanan pura terhadap gempa bumi. Konon, area utama mandala pura tidak pernah merasakan getaran gempa yang terjadi di sekitarnya, sebuah fenomena yang semakin mengukuhkan status spiritual Pura Puser Saab di mata masyarakat.
Sebagai pura utama, Pura Puser Saab menjadi lokasi utama dalam berbagai ritual dan upacara adat di Nusa Penida. Setiap kali upacara yadnya akan digelar di pulau ini, masyarakat selalu melakukan nunas tirta di Pura Puser Saab untuk memohon kelancaran prosesi upacara.
Piodalan di pura ini jatuh pada hari Rabu Umanis, Wuku Medangsia, dan diikuti oleh sekitar 290 kepala keluarga dari tiga desa utama: Desa Batumadeg, Desa Batukandik, dan Desa Klumpu. Rangkaian upacara dimulai dengan melaspas pelinggih yang baru saja direnovasi, seperti meru tumpang sia dan bale ringgitan.
Selain itu, pada saat musim kemarau panjang, warga setempat sering kali datang ke pura ini untuk melaksanakan upacara tirta amerta, memohon hujan agar kebutuhan air mereka tercukupi.
Pura Puser Saab bukan hanya menjadi tempat pemujaan, tetapi juga saksi bisu sejarah panjang Nusa Penida. Keunikan arsitekturnya, misteri jumlah arca yang berubah-ubah, serta aktivitas keagamaan yang rutin dilakukan menjadikannya salah satu pura yang memiliki daya tarik tersendiri.
Meski masih kalah populer dibandingkan pura lainnya di Nusa Penida, keberadaan Pura Puser Saab tetap menjadi pusat spiritual yang dihormati dan dikunjungi oleh umat Hindu, terutama dalam menjaga keseimbangan energi di pulau ini. (TB)