Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-46 akan menjadi panggung bagi kebangkitan seni tradisional, terutama bagi pecinta tari Janger. Sekaa Janger Waringin Emas dari Banjar Pesalakan, Desa Pejeng Kangin, Kecamatan Tampak Siring, Gianyar, siap mempersembahkan Tari Janger Klasik Melampahan. Pertunjukan ini akan digelar di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, pada Kamis, 4 Juli 2024.
I A A Yuliaswathi Manuaba, SH, selaku pembina, menyatakan kesiapan penuh kelompoknya dalam menampilkan tari Janger, yang dikenal sebagai tari pergaulan di Bali. Didampingi oleh Gede Putra Arya Bagus Gunawan, mereka memastikan bahwa penampilan kali ini akan tetap mempertahankan pakem Janger yang ditarikan secara berkelompok dan berpasangan, penuh dengan kegembiraan. “Kami menampilkan Janger tradisi sebagai bukti bahwa generasi muda Bali tetap menjaga kelestarian janger,” ujarnya.
Revitalisasi Gending Janger
Dalam ajang PKB ini, Sekaa Janger Waringin Emas akan membawakan Janger Melampahan dengan gending-gending yang lebih religius, mencerminkan cinta tanah air, kemanusiaan, dan cinta alam semesta. Gending-gending tersebut mengajak penonton untuk menjalani kehidupan yang harmonis dalam konsep Tri Hita Karana: berbakti kepada Tuhan, menjaga hubungan baik dengan sesama, dan menjaga keharmonisan dengan alam.
“Kami menampilkan Janger tradisi sebagai bukti generasi muda Bali tetap menjaga kelestarian janger,” ujar Yuliaswathi. Ia juga menekankan pentingnya merevitalisasi gending-gending Janger yang telah lama ditinggalkan, agar tetap relevan dan mendidik generasi muda.
Penggambaran Nilai-Nilai Luhur
Tari Janger yang ditampilkan oleh 14 pasang muda-mudi dari Sekaa Teruna Dharma Bakti Banjar Pesalakan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai pendidikan spiritual, sosial, kebersamaan, toleransi, cinta kasih, tanggung jawab, sopan santun, dan kebangsaan.
Dengan demikian, sajian Janger ini tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga menyampaikan pesan moral yang mendalam.
Kisah “Tri Lingga Murti”
Pertunjukan ini mengambil lakon “Tri Lingga Murti”, yang mengisahkan Senopati Kuturan yang diutus oleh Sri Makuta Wangsa Wardana untuk menyelesaikan sengketa sembilan sekte yang berkonflik di Bali.
Pementasan ini dimulai dengan Pengaksama Janger, yaitu perkenalan diri dan ucapan selamat datang kepada penonton.
Kemudian dilanjutkan dengan Pepeson Janger Gending Medabdaban, yang menampilkan tarian dan gending oleh penari Janger. Lalu ada Pepeson Kecak, di mana penari Kecak (laki-laki) menari dengan gerakan sederhana yang mencerminkan kebersamaan pemuda pedesaan.
Pertunjukan ini akan diiringi oleh gong barungan Semar Pegulingan yang melibatkan 30 penabuh.
Melalui penampilan ini, Sekaa Janger Waringin Emas tidak hanya mempertahankan tradisi tari Janger, tetapi juga menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan cinta budaya di kalangan generasi muda Bali. Pertunjukan ini diharapkan dapat mempersatukan dan menginspirasi para penonton untuk terus mencintai dan melestarikan warisan leluhur mereka. (TB)