Si Cilik Narend dengan Wayangnya

Author:
Share


Suara gender mengalun pelan. Satu persatu wayang yang akan ia
gunakan dalam pentas ditancapkan pada pohon pisang, sambil sesekali kaki
mungilnya yang mengapit pemukul keropak yang menyerupai bidak catur
dipukulkannya ke keropak (tempat wayang) sehingga menimbulkan bunyi tok…
tok… tok. Setelah beberapa tokoh wayang itu ditancapkan pada batang pisang,
ia mengambil kayonan lalu memainkan layaknya dalang profesional.
Dibantu oleh dua seniornya, pertunjukan wayang yang sesungguhnya pun dimulai.
Narendra atau yang biasa dipanggil Narend saat ini masih berusia
enam tahun. Namun, diusianya yang masih kecil dan tergolong masih anak-anak
ini, ia memiliki bakat yang luar biasa dalam hal seni pedalangan. Di saat
anak-anak seusianya masih canggung dan kadang sangat ketergantungan dengan
orang tuanya, Narend malah tak merasa canggung sedikitpun saat memainkan tokoh
pewayangan.
Walaupun saat menancapkan wayang di pohon pisang ia merasa
kesusahan karena harus dilakukannya hingga dua atau tigakali, namun ia tetap
tak merasa canggung. Bahkan beberapa penonton sampai dibuat tertawa melihat
tingkah Narend ketika harus beberapa kali menancapkan wayang di batang pisang.
Dan ketika ia menancapkan wayang tersebut selalu dibarengi dengan suara “tok”
dari keropak yang dipukul dengan kakinya.
“Dah… Dah… Dah… Ada apa ne rame-rame? (Dah…. Dah…
Dah… ada apa ini ramai-ramai?)” katanya memerankan tokoh Tualen yang dipegang
di tangan kanannya.
“Nanang ketinggalan kereta, dini ada lomba ogoh-ogoh mini
(Nanang ketinggalan kereta, di sini ada lomba ogoh-ogoh mini),” saut Merdah
yang ia pegang di tangan kirinya. Aksinya tersebutpun mendapatkan tepuk tangan
yang sangat meriah.
Tidak itu saja, ia yang tinggal di Banjar Beraban, Desa Dauh
Puri Kauh, Denpasar, Bali ini juga mengajak penonton untuk berinteraksi dengan
berteriak, “penonton!” yang disambut “hai” oleh semua penonton. Narend pun
mengeluarkan jurus andalannya yang membuat semua penonton tertawa sekaligus
disambut dengan tepuk tangan meriah. Pantun. Ya, Narend berpantun, “burung
celepuk makan kedondong, tepuk tangan dong.”
Tiga tahun yang lalu, atau lebih tepatnya saat masih berumur dua
tahun, ia telah menyukai wayang. Berawal dari menonton wayang Cenk Blonk di
televisi, hingga akhirnya ia bisa mendalang. “Sejak umur dua tahun ia suka
menonton wayang. Biasanya nonton di TV. Lalu kita belikan CD wayang. Kadang
kalau main Youtube ia juga nontonnya Cenk Blonk da nada juga dalang-dalang yang
lain,” kata sang ibu, Dhanny Melisa yang menyaksikan anaknya saat
pentas.

Putra dari pasangan Agust Krishna dan Dhanny
Melisa ini awalnya belajar ngewayang secara otodidak, dengan menonton
wayang Cenk Blonk maupun wayang lain di televisi, youtube maupun CD yang
dibelikan orang tuanya. Setahun belakangan ini, Narend pun mulai ikut kursus
ngewayang di daerah Tegal.
Menurut keterangan sang ibu, anaknya sudah pernah ngewayang
beberapa kali. Ia pernah tampil di acara Malu Dong yang dilaksanakan di
Lapangan Puputan, pentas di Smile Bali Smile beberapa waktu yang lalu, dan juga
acara di beberapa sekolah. Bahkan ia juga pernah diundang oleh Global TV dalam
acara Little Big Shots Indonesia yang dibawakan oleh Tora Sudiro pada 13
Oktober 2017. “Sempat ada acara Malu Dong di lapangan puputan pernah ikut satu
kali, terus pernah diundang di TV juga di Global TV pas acaranya Tora Sudiro,
habis itu ngisi acara Smile Bali Smile. Di sekolah juga, paling acara
kecil-kecil aja yang penting memupuk mentalnya aja,” kata Dhanny.
Saat ini, Narend masih duduk di bangku TK Besar di Little
Champions, dan April 2019 ini ia akan berusia tujuh tahun. Sementara
keceriannya sehari-hari atau saat mendalang bisa ditemui di akun instagramnya
@narendbali. (BT)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!