Siapakah Sosok Ida Ratu Niang Sakti yang Dipuja di Bali? Mempunyai Prajurit Gaib. Berikut Kisahnya

Author:
Share
Ist

Ida
Ratu Niang Sakti atau Bhatari Lingsir atau Ida Ratu Niang Lingsir merupakan salah
satu dewi yang dipuja oleh umat Hindu di Bali. Salah satu pemujaan beliau
berlokasi di Pura Griya Tanah Kilap, Denpasar, Bali. Beliau juga dipuja pada
beberapa tempat ibadah lain seperti Kongco Pura Taman Gandasari dan Griya
Kongco Dwipayana. Beliau juga dikenal sebagai dewi pemurah kepada umatnya.

Konon
keberadaan Ida Ratu Niang Sakti ini berkaitan erat dengan perjalanan Dang Hyang
Nirarta ke Bali. Lalu bagaimanakah asal mula beliau?

Disarikan
dari artikel berjudul Fenomena Pemujaan Ratu Niang di Kota Denpasar yang
disusun oleh I Made Surawati dan I Nyoman Putra Adnyana yang dimuat DHARMASMRTI
Volume XVI Nomor 01 April 2017, sampai saat ini sangat sulit ditemukan
sumber-sumber terkait beliau dalam bentuk artefak.

Namun
menurut penuturan panglingsir pura Tanah Kilap, Denpasar Wayan Cepog Suradnya, pemujaan
Ratu Niang ada hubungannya dengan kisah perjalanan Danghyang Nirartha di Bali.

Dikisahkan
perjalanan Danghyang Nirartha dari Jawa Timur ke Bali. Setelah beristirahat
sejenak di Pura Ancak beliau melanjutkan perjalanan ke arah timur. Dalam
perjalanan tiba-tiba beliau bertemu dengan seekor naga yang menegangkan mulutnya
bagaikan sebuah goa. Masuklah beliau ke dalam mulut naga tersebut.

Di
dalamnya ditemukan telaga dengan bunga tunjung sedang mekar, ada yang putih,
merah dan hitam. Lalu dipetiknya bungan-bunga tersebut. Ketika beliau keluar
dari mulut naga tersebut, sirnalah naga tersebut dan wajah Danghyang Nirartha berubah-ubah
menyeramkan, terkadang merah, hitam, dan putih silih berganti.

Hal
ini membuat para istri dan anaknya menjadi ketakutan. Ida Ayu Swabawa sirna
sebagai dewa wong Sumedang dan disembah sebagai Dewi Pasar.

Ibunda
beliau Sri Patni Kaniten sirna di Pulaki menjadi Batari Dalem Pulaki. Demikian juga
putrinya yang bernama Ida Rai Istri, ketika mengikuti perjalanan Danghyang
Nirartha, lalu sirna di alas sepi bernama Suwung, disembah di pura Tanah Kilap,
Desa Suwung Badung, bergelar batari Lingsir bergelar Ratu Niang Sakti.

Sementara
itu, dilansir dari blog Sejarah Hari Raya dan Upacara Yadnya di Bali
menyebutkan, ceritanya berawal dari salah satu anak Danghyang Nirartha bernama
Ida Rai Istri yang kisahnya pada zaman dahulu menghilang di sebuah hutan bakau
yang sepi bernama Suwung. Ida Rai Istri diberi gelar Batari Lingsir atau
Batari Ratu Niang Sakti dan berstana di Pura Tanah Kilap atau Candi Narmada,
Desa Suwung. Keberadaan hutan bakau di Desa Suwung Kauh pun sampai kini masih banyak
menyimpan misteri. 

Masyarakat
di sana percaya jika ada prajurit gaib yang menjadi pengawal dari Ratu Niang
Sakti yang menguasai kawasan bakau. Keberadaan prajurit makhluk halus di hutan
bakau Desa Suwung Kauh inilah berhubungan dengan kisah Asal Mula Ida Ratu Niang
Sakti.

Dikisahkan
Batari Ratu Niang Sakti mempunyai prajurit-prajurit yang merupakan kaum Wong
Samar (manusia gaib). Dimana, mereka bertugas menjaga hutan bakau tempat
Ida Ratu Niang Sakti berstana.  Masyarakat Desa Suwung meyakini keberadaan
prajurit Batari Ratu Niang Sakti sebagai penjaga hutan bakau. Sehingga mereka
pantang untuk melakukan perbuatan tercela yang akan membuat hutan bakau menjadi
rusak.

Sementara
itu, panglingsir pura Tanah Kilap, Denpasar Wayan Cepog Suradnya menambahkan,
pura tempat pemujaan Ratu Niang Sakti yakni Pura Geria Anyar Tanah Kilap didirikan
sekitar tahun 1962 atau sekitar tiga bulan setelah pasamuan agung Parisada
Hindu Dharma Bali di Campuhan Ubud.

Diceritakan
pada waktu itu Dinas PU Kabupaten Badung berencana membangun jembatan di
sebelah barat lokasi pura untuk menghubungkan jalan-jalan. Dalam pengerjaannya,
jembatan tersebut selalu gagal. Ada saja hambatan yang dihadapi.

Suatu
ketika, terjadi suatu fenomena gaib. Ida Bhatara mengejawantahkan diri sebagai
sosok wanita tua (anak lingsir meraga istri) di hadapan Kabag Bendungan Dinas
PU saat itu.

Sosok
anak lingsir maraga istri tersebut kemudian berkata, jika tidak dibuatkan “rumah”
kapan pun jembatan yang dibangun tidak akan berhasil. Sosok wanita tersebut
disebut kini sering muncul di sekitar pura.

Singkat
cerita akhirnya dibangunlah palinggih yang pada awalnya hanya terdiri dari
Padmasari dan pemayasan di atas tanah yang awalnya hanya setengah are. Sekarang
luas pura sudah 17,8 are.

Setelah
didirikan palinggih tersebut, jembatan yang dibangun Dinas PU itu bisa
dikerjakan secara lancar. Seiring perjalanan waktu, Pura Geria Anyar Tanah
Kilap mengalami renovasi tahun 1992.

Awalnya
hanya padmasari kemudian dilengkapi sejumlah palingggih lainnya. Di pura
tersebut selain terdapat palinggih gedong stana Ida Bhatara Ratu Niang Sakti,
juga palinggih sthana Danghyang Nirartha, palinggih Ida Bhatara Gde Macaling
atau Ida Bhatara Ratu Gde Sakti Dalem Peed, palinggih Ida Bhatara Segara,
Melanting dan sebagainya. Sebagai pangemong pura adalah Banjar Gelogor Carik. (TB)

       

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!