![]() |
pixabay.com |
Dalam budaya Bali, penentuan posisi dan dimensi pintu pekarangan merupakan hal yang sangat penting. Selain sebagai titik masuk, pintu ini juga diyakini sebagai penangkap energi positif, terutama dalam menarik rejeki atau keberuntungan bagi penghuninya.
Aturan ini sudah diatur dalam sebuah naskah yang bernama Asta Kosala Kosali yang digunakan dalam pedoman melakukan pembangunan. Salah satu aturan yang harus diikuti adalah menghindari membuat lebih dari satu pintu masuk utama, kecuali dalam situasi tertentu yang membenarkannya.
Lebar pintu masuk utama dan pintu-pintu lainnya tidak boleh sama, dan tinggi lantai pintu utama harus dibuat lebih tinggi daripada pintu masuk mobil menuju garasi. Kesetaraan dalam dimensi ini dianggap dapat mengakibatkan masalah bagi penghuninya, seperti pemborosan atau masalah kesehatan.
Pengaturan Lingkungan Seputar Pintu Pekarangan
Menurut prinsip Asta Kosala Kosali, yang merupakan konsep tata ruang tradisional Bali, segala sesuatu harus sejalan dengan konsep keseimbangan kosmologis dan nilai-nilai hierarkis. Pengaturan pintu pekarangan tidak hanya tentang dimensi fisik, tetapi juga mempertimbangkan orientasi kosmologis.
Misalnya, di sebelah kiri (timur jika rumah menghadap selatan), direkomendasikan untuk mengatur jambangan air yang dihuni oleh ikan. Hal ini diyakini dapat menambah harmoni dan keseimbangan dalam lingkungan pekarangan.
Fungsi Pengetahuan Tradisional Asta Kosala Kosali
Asta Kosala Kosali tidak hanya sekadar pedoman, tetapi merupakan ilmu pengetahuan tradisional yang membimbing masyarakat Bali, terutama para undagi (arsitek tradisional Bali). Hal ini mencakup berbagai aspek mulai dari filosofi kehidupan hingga teknis pembangunan. Konsep ini juga mencakup praktik keagamaan seperti upakara dan hari baik yang diyakini dapat mempengaruhi keseimbangan kehidupan penghuni dengan lingkungan sekitar mereka.
Kesimpulan
Pembuatan pintu pekarangan di Bali bukan sekadar tugas teknis, tetapi sebuah ritual yang sarat dengan makna spiritual dan filosofi. Dengan mengikuti aturan-aturan yang telah diwariskan turun-temurun melalui Asta Kosala Kosali, masyarakat Bali meyakini bahwa mereka tidak hanya menciptakan bangunan fisik, tetapi juga membangun hubungan harmonis dengan alam semesta dan Tuhan.
Dalam konteks ini, setiap langkah dalam proses pembuatan pintu pekarangan tidak hanya memperhatikan estetika, tetapi juga menghormati nilai-nilai kepercayaan dan tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu. (TB)