Upacara Nyenuk Memulai Rangkaian Penyineban Karya Pura Agung Jagatnatha dengan Ogoh-Ogoh dan Tradisi Megayot

Author:
Share

Upacara Nyenuk menjadi acara pembuka dalam rangkaian puncak Penyineban Karya Padudusan Agung dan Ngenteg Linggih di Pura Agung Jagatnatha Denpasar, yang berlangsung pada Sabtu, 23 November 2024. Prosesi budaya ini dimulai sejak pagi hari dengan persiapan yang melibatkan parade Ogoh-Ogoh Panca Dewata dan tradisi Megayot, yaitu mengarak anak-anak yang memasuki usia remaja.

Upacara ini dipenuhi dengan alunan musik tradisional seperti Baleganjur, Gong Beri, dan Semara Pegulingan, yang meramaikan perjalanan menuju Pura Desa dan Puseh Desa Adat Denpasar. Prosesi ini dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Ngurah Telaga dari Griya Telaga Tegal Denpasar.

Sekretaris Daerah Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana, bersama Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede, serta jajaran Kepala OPD Pemkot Denpasar, turut hadir dalam upacara tersebut. Mereka menyampaikan harapan agar rangkaian Karya ini membawa kedamaian dan energi positif bagi masyarakat.

“Dengan harapan, rangkaian upacara ini akan memberikan energi kerahayuan jagat dari Ida Shang Hyang Widhi Wasa,” ujar Sekda Kota Denpasar, Alit Wiradana.

Upacara ini juga dimaksudkan sebagai bentuk sradha bhakti umat dalam memohon tuntunan spiritual, keselamatan, dan keberhasilan dalam menjalankan yadnya, dengan mengedepankan nilai-nilai Tri Hita Karana yang mencakup keharmonisan antara manusia dan Tuhan (parahyangan), sesama manusia (pawongan), serta lingkungan (palemahan).

“Simbolisme upacara ini menguatkan hubungan antara alam sekala (fisik) dan niskala (spiritual) dalam tradisi keagamaan Bali,” tambah Alit Wiradana.

Kepala Bagian Kesra Setda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Surya Antara, menjelaskan bahwa upacara ini melibatkan berbagai pihak, termasuk OPD Pemkot Denpasar, kecamatan, desa/kelurahan, dan beberapa banjar. Pasikian Yowana Bali Kota Denpasar juga turut memeriahkan acara dengan parade ngelawar, yang menggambarkan semangat gotong royong dan kebersamaan.

“Dengan melibatkan tradisi, seni, dan spiritualitas, upacara ini bukan hanya menjadi momentum sakral, tetapi juga sarana untuk melestarikan warisan budaya Bali,” kata Alit Surya Antara. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!