![]() |
Ist |
Putri
Indonesia 2022 akhirnya terpilih. Ia adalah finalis dari Bali yang bernama
Laksmi Shari De Neefe Suardana. Ia terpilih sebagai Puteri Indonesia 2022 dalam
acara yang digelar di Plenary Hall, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta
dan disiarkan langsung oleh stasiun televisi nasional SCTV.
Puteri
Indonesia 2020 Ayu Maulida Putri atau Ayuma menyerahkan mahkota yang sudah
disandangnya selama dua tahun terakhir kepada Laksmi yang terlihat terharu dan
tentunya bahagia bisa terpilih sebagai pemenang.
Dilansir
dari Liputan6.com, Acara yang dipandu oleh Choky Sitohang dan Paticia Gouw itu
sebelumnya mengumumkan 11 peserta masuk daftar 11 besar finalis Puteri
Indonesia 2022. Mereka adalah finalis dari Jawa Barat, Jawa Timur, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Bali, DKI Jakarta 5, Sulawesi Selatan 2, Nusa
Tenggara Barat atau NTB 2, Banten 1, Sulawesi Tenggara dan DKI Jakarta 3.
Setelah
11 besar, jumlah finalis diseleksi lagi oleh para juri dan menghasilkan 6 besar
Puteri Indonesia 2022. Mereka yang terpilih adalah finalis dari Jawa Barat
(Melanie Theresia Berentz), Jawa Timur (Adinda Cresheilla), Bali (Laksmi Shari
De Neefe Suardana), DKI Jakarta 5 (Cindy May Mc Guire), Banten 1 (Chrissy
Fransisca), dan Sulawesi Tenggara (Arinza Rezkyana Arfa).
Dari
6 besar maka dipilih 3 besar yang nantinya akan terpilih menjadi Puteri
Indonesia 2022. Sebelum dipilih mereka semua diberi pertanyaan oleh para juri.
Mereka yang terpilih masuk 3 besar adalah finalis dari Bali, Jawa Timur dan DKI
Jakarta 5.
Ketiganya
akan bersaing memperebutkan gelar sebagai Puteri Indonesia 2022. Dan akhirnya,
terpilih sebagai Puteri Indonesia 2022 dan akan mewakili Indonesia di
ajang Miss Universe 2022. Finalis Jawa Timur terpilih sebagai
Runner Up Kedua dan finalis DKI Jakarta 5 menjadi Runner Up Pertama.
Siapakah
sosok dari Laksmi Shari De Neefe ini?
Laksmi
Shari De Neefe, merupakan perempuan keturunan Bali yang berhasil menjadi
pemenang Putri Indonesia 2022. Ia lahir di Ubud, Gianyar, Bali pada 29 Januari
1996. Saat terpilih sebagai Putri Bali 2022 ini usianya masih 26 tahun.
Laksmi
Shari De Neefe Suardana merupakan wanita blasteran berdarah
Indonesia-Australia. Ia merupakan anak dari pasangan Ketut Suardana dan Janet
De Neefe, perempuan berdarah Australia. Ia merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara.
Dikutip
dari yayasansaraswati.org, Ketut Suardana dan Janet De-Nefee merupakan
pendiri Yayasan Muda Swari Saraswati, yayasan yang didirikan pada 2004 dan
bertujuan melakukan pemulihan akibat tragedi bom Bali 2022. Salah satu
program utama dari yayasan ini yakni gelar Ubud Writers & Readers Festival
yang kini cukup populer, yaitu festival sastra literasi terbesar di Asia
Tenggara.
Namanya diambil dari Dewi Laksmi, yang dikenal memiliki kekuatan untuk mengubah
mimpi menjadi kenyataan. Laksmi merupakan cucu pengusaha taipan Australia, John
De Neefe.
Dibesarkan di Ubud membuat Laksmi menyukai keindahan, desain, dan alam. Ia
senang berjalan-jalan menyusuri desa, hobi membaca, memasak, tenis, berkuda,
berkebun, dan mendaki.
Dilansir dari puteri-indonesia.com, Laksmi Shari De Neefe Suardana, biasa
dipanggil Laksmi, memegang gelar akademik Bachelor of Fashion Business dan
bekerja sebagai Marketing Manager Casa Luna Bali Group. Laksmi adalah anak
ketiga dari empat bersaudara. Namanya diambil dari Dewi Laksmi, yang dikenal
memiliki kekuatan untuk mengubah mimpi menjadi kenyataan.
Laksmi
dibesarkan di Ubud, sebuah desa kecil di tengah pulau Bali. Ia sangat menyukai
segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, desain, dan alam. Ia juga
senang melakukan hal-hal yang sangat sederhana seperti jalan-jalan menelusuri
desa dan memiliki hobi membaca, memasak, tenis, berkuda, berkebun, dan mendaki.
Laksmi
meraih prestasi akademik Polimoda Bachelor of Fashion Business cum laude 2020,
dan juga aktif dalam berbagai aktivitas seperti menjadi Host IG Live Book Club
untuk Ubud Writers & Readers Festival sejak 2020, Klub Buku Narasi
Bookshelf Tour 2021, moderator untuk peluncuran buku di Ubud Writers &
Readers Festival 2021, dan sebagai Puteri Indonesia Bali 2022.
Laksmi
juga menjadi sukarelawan mengajar bahasa Inggris untuk Hope for Bali, Yayasan
Begawan dan mengunjungi Lembaga Pembinaan Khusus Anak IIB di Karangasem, Bali.
Dari pengalamannya tersebut, ia menjumpai langsung bahwa literasi, minat baca
anak-anak di Bali dan bahkan Indonesia masih perlu untuk ditingkatkan kembali.
Berdasarkan
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Badan Pusat Statistik (BPS) pada
tahun 2020, persentase serta jumlah penduduk buta aksara di Indonesia mencapai
1,71 persen atau 2.961.060 orang dari total jumlah penduduk.
Untuk memperbaiki
angka tersebut, Laksmi tidak dapat melakukannya sendiri, melalui Puteri
Indonesia 2022, ia akan berjuang bersama dengan dukungan masyarakat di seluruh
Indonesia dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya sastra dan literasi.
Laksmi percaya bahwa kita perlu terus mendorong sastra dan literasi ini demi
membawa kemajuan bangsa yang lebih unggul. “Tityang nunas dukungan para
semeton sareng sami (saya memohon dukungan dan doa restu warga Bali
semuanya),” kata Laksmi.
Sebelum
mengikuti Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) 2022, Laksmi Shari De Neefe Suardana
sempat mengungkap misi yang ia bawa. Laksmi Shari De Neefe Suardana
menyatakan ingin memperjuangkan edukasi bagi anak, pemberdayaan perempuan dan
keluarga berencana.
Inilah visi misi utamanya mengikuti ajang PPI. “Bagi saya edukasi adalah nomor
satu, karena itu saya berusaha membuat kampanye di media sosial bernama Break
Event. Misi Break Event adalah, Breaking in a Quality True Education and Empowerman
Especialy for Girls,” kata Laksmi, Selasa 18 Januari 2022, dikutip dari TribunBali.
Menurut dia, karena hanya dengan edukasi bisa memberikan pemberdayaan, dan
menurut riset yang pernah dilakukan, edukasi untuk perempuan dan keluarga
berencana adalah solusi utama untuk melawan perubahan iklim di dunia. Menurut
Laksmi, isu utama yang diangkat dalam
Pemilihan Putri Indonesia 2022 adalah masalah edukasi.
Pandemi Covid-19 sangat
merugikan anak sekolah dari sisi edukasi mereka. “Saya sempat bicara dengan
pendiri Bali Children Foundation, Margaret Barry, tentang ancaman
penurunan literasi, terutama di desa terpencil seperti Desa Songan di Bangli.
Selain itu saya mengadvokasikan sastra Indonesia dan budaya, tentunya melalui
kerja sama dengan Ubud Writers and Readers Festival,” tambahnya. (TB)