Sumber: id.wikipedia.org |
Cristiano
Ronaldo merupakan lelaki kelahiran 5 Februari 1985 yang merupakan seorang
pemain sepak bola profesional asal Portugal. Ia bermain sebagai penyerang untuk
klub Liga Utama Inggris, Manchester United dan juga kapten untuk tim
nasional Portugal. Ia dianggap sebagai pemain terbaik di dunia dan telah
memenangkan lima penghargaan Ballon d’Or dan empat Sepatu Emas Eropa.
Selain
itu, ia baru saja mencetak gol ke-800 dan ke-801 sepanjang kariernya pada laga
Liga Inggris melawan Arsenal, Jumat 3 Desember 2021 dini hari. Sepanjang sejarah
sepak bola dunia, tak ada pemain yang bisa mencatatkan jumlah gol sebanyak sang
megabintang asal Portugal tersebut.
Namun,
dibalik kesuksesan Robaldo tersebut, ada kisah sedih yang terselip di dalamnya.
Berikut adalah kisah sedih dari kehidupan ronaldo yang dirangkum dari berbagai
sumber.
1.
Lahir dari Keluarga Miskin
Cristiano
Ronaldo dos Santos Aveiro lahir di São Pedro, Funchal, ibu kota
pulau Madeira, Portugal, dan dibesarkan di Santo António. Ia adalah
anak keempat atau anak bungsu dari Maria Dolores dos Santos Viveiros da Aveiro,
seorang juru masak, dan José Dinis Aveiro, seorang petugas dinas pertamanan
kota dan kit man paruh waktu. Ronaldo dibesarkan di rumah Katolik yang
miskin dan berbagi kamar dengan semua saudara kandungnya.
2.
Ingin Diaborsi Ibunya
Ibunya
mengungkapkan bahwa, ketika ia sedang mengandung Ronaldo, ia ingin menggugurkan
kandungannya itu. Hal ini dikarenakan masalah kemiskinan yang menimpanya.
Selain itu, hal ini ingin dilakukannya karena keluarga itu sudah memiliki
terlalu banyak anak. Akan tetapi dokter menolak untuk melakukan prosedur
tersebut.
Ibunya,
Maria Dolores dos Santos Aveiro, mengatkan hal itu dalam film dokumenter
Ronaldo. Dalam film itu dia menjelaskan, “saya berniat mengaborsi Ronaldo.
Namun, Tuhan tidak menginginkan hal itu terjadi dan saya diberkati karenanya”
3. Pernah
Dikeluarkan dari Sekolah
Pada
usia 14, Ronaldo percaya ia memiliki kemampuan untuk bermain semiprofesional
dan bersepakat dengan ibunya untuk menghentikan pendidikannya agar fokus
sepenuhnya pada sepak bola. Meskipun populer di kalangan siswa lain di
sekolahnya, Ronaldo dikeluarkan dari sekolah setelah melemparkan kursi ke arah
gurunya.
Menurut
Ronaldo, gurunya tersebut “tidak menghormati” dirinya. Dimana gurunya
mengolok-olok keluarga Ronaldo yang miskin. Ibu Ronaldo memutuskan untuk tidak
mengirim anaknya kembali ke sekolah dan mendorongnya untuk terus bermain
sepakbola.
4.
Ayahnya Seorang Kit Man
Cristiano
Ronaldo berasal dari keluarga amat sederhana. Ibunya adalah seorang juru
masak, sementara sang ayah bekerja sebagai tukang kebun. Saat Ronaldo
berusia tujuh tahun, ia mulai bermain untuk tim muda Andorinha.
Ketika
itu, ayahnya bekerja sebagai kit man para pemain di klub tersebut.
Dimana, kit man adalah orang yang betugas membersihkan dan mengorganisir
perlengkapan pemain. Serta menyediakan kebutuhan pemain baik saat pertandingan
maupun latihan. Rekan satu tim CR7 kala itu kerap mengolok-oloknya karena fakta
tersebut. Namun hal itu justru memotivasi Ronaldo untuk berlatih lebih keras
lagi.
5.
Ayahnya Pecandu Alkohol
Ayah
Ronaldo adalah seorang pecandu alkohol. Ketika Ronaldo baru berusia 20 tahun,
ayahnya meninggal dunia akibat kecanduan alkohol. Ia mengatakan jika ayahnya
minum sepanjang waktu. Dirinya pun mengaku tak tahu kenapa hal itu bisa
terjadi.
Dirinya
pun sangat sedih atas kematian ayahnya, sekaligus kecewa karena ayahnya belum
sempat melihat kesuksesannya. Hal inilah yang mendorongnya untuk tidak pernah
meminum alkohol.
6.
Memiliki Masalah Jantung
Saat
umur 15 tahun, Ronaldo didiagnosis memiliki takikardia, sebuah kondisi
yang menyebabkan jantungnya berdetak sangat cepat meski ia tidak sedang
berlarian di lapangan. Hal itu bisa memaksanya untuk berhenti bermain sepak
bola.
Ronaldo
pun menjalani operasi jantung di mana laser digunakan untuk membakar beberapa jalur
jantungnya menjadi satu, agar mengubah detak jantungnya ketika
dalam keadaan istirahat. Ia pulang dari rumah sakit beberapa jam setelah
operasi tersebut. Meskipun demikian, ia tidak menyerah dan lanjut berlatih
sepak bola beberapa hari kemudian. (TB)