Bali Kembali Berduka, Masyarakat Bali Kehilangan Patih Anom dalam Drama Gong, Anak Agung Gede Rai Kalam

Author:
Share
AA Rai Kalam. Ist

Bali
kehilangan sosok seniman drama gong. Ia adalah Anak Agung Gede Rai Kalam yang
berpulang pada usia 84 tahun. Rai kalam meninggal pada Selasa, 20 Desember 2021
di kediamannya di Puri Satria Kawan, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan,
Klungkung, Bali. Ia meninggal sekitar pukul 10.00 Wita.

Diketahui,
Kalam menderita diabetes dan beberapa kali sempat dirawat di rumah sakit. Ia
dikenal sebagai pemeran patih anom dalam drama gong. Dan sejak sakit, ia
kebanyakan menghabiskan waktunya di tempat tidur. Hal tersebut diakui oleh
putrinya Anak Agung Istri Oka Yuniari.

Menurut
penuturan sang anak, sehari sebelum meninggal, sang ayah masih bisa diajak
bicara. Bahkan meminta agar kukunya dipotong dan rambutnya dicukur. Hal
tersebut pun dipenuhi oleh salah seorang cucunya.

Diketahui,
Anak Agung Gede Rai Kalam meninggalkan 5 orang anak, yang semuanya adalah
perempuan. Bagi anak-anaknya, almarhum adalah sosok yang bijaksana.

Dikutip
Sejarah Bari yang dilansir dari blog.isi-dps.ac.id, A.A Gede Rai Kalam
merupakan pemeran Patih Anom dalam Drama Gong yang populer tahun 1970-an. Ia
adalah seorang seniman Drama Gong yang berasal dari Puri Satria Kawan Klungkung
dan lahir tanggal 24 september 1939.

Sejak
kecil beliau bersekolah di SD 2 Pekandelan Klungkung dan tamat tahun 1953,
kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Klungkung dan tamat SMP tahun 1956. Rai
Kalam kemudian melanjutkan ke SGA dan tamat pada tahun 1959.

Sejak
kecil A.A Rai Kalam bercita-cita menjadi seorang guru. Karena kegigihannya,
semua itu dapat tercapai dan terbukti beliau diangkat menjadi guru di SD Wanasari
pada 1 Maret 1960 dan pensiun tanggal 1 Oktober 1999.

Kalam
menikah dengan Dewa Ayu Mayun sekitar tahun 1962 dan memiliki 5 orang putri
namun sayangnya tidak ada satupun anak beliau yang mengukuti jejak ayahnya
menjadi seorang seniman drama gong.

A.A
Rai Kalam sangat dikenal di masyarakat karena kepandaiannya dalam memainkan
peran patih anom dan sekaligus menjadi sutradara dibalik cerita Drama Gong. Sejatinya
dirinya tidak memiliki kemampuan atau bakat menari, namun karena adanya
kebutuhan lingkungan pada saat persaingan antara partai politik PNI dan PKI
timbullah rasa ingin berkarya dalam bidang seni budaya.

Ia
pun mengawali karirnya sebagai pemain drama gong di Puri Satria Kawan. Ketika
itu, ia langsung menjadi pembina sekaligus menjadi pemeran. Tanggal 1 Januari
1967, drama gong di Puri Satria Kawan dipentaskan pertama kali di bencingah
puri, dan dari sanalah beliau mulai dikenal oleh masyarakat.

Kemudian
ditahun 1970, LISTIBIA Provinsi Bali, Majelis Pembina dan Pertimbangan Kebudayaan
mengadakan festival drama gong se-Bali, dan diikuti oleh 8 kabupaten. Untuk Klungkung
diwakili oleh kru drama yang dibentuk oleh A.A Rai Kalam yang bernama Tilottama
Semara Bumi. Mereka pentas Agustus 1970 di Gedung Lila Bhuwana Denpasar.

Sejak
saat itu, AA Rai Kalam, mulai dikenal oleh penonton dan sesama pemain drama
Gong. Pada tahun itu oleh seniman drama gong dari kabupaten Gianyar, AA Rai
Kalam, diminta untuk bergabung membentuk Kru Drama Gong gabungan yang terdiri
dari pemain-pemain asal Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Klungkung.

Kru
drama tersebut bernama drama Gong Bintang Bali Timur. Dari sanalah nama AA Rai
Kalam makin dikenal. Ia bermain bersama Sukerti, Lodra, Wayan Puja, Mongkeg,
Yudana, Dadap, Kiul, dan Gangsar.

Ia
pentas terakhir kali sekitar tahun 2016 lalu di panggung terbuka Ardha Candra
Art Centre, Denpasar saat event Pesta Kesenian Bali (PKB). Beberapa penghargaan
yang diperolehnya yakni Aji Sewaka Nugraha dari Pemkab Klungkung, penghargaan
pementasan seniman tua dari Gubernur Dewa Beratha tahun 1999, penghargaan
sebagai Pembina Dharma Wacana dari Dinas Kebudayaan Bali tahun 2009, 
penghargaan Dharma Kusuma tahun 2007 bidang seni drama gong dan yang lainnya. (TB)

       

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!