![]() |
Niluh Djelantik. net. |
Melalui
akun media sosialnya, Niluh Djelantik selalu lantang menyuarakan ketidakadilan.
Pemilik nama asli Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik ini juga sering mengkritik
kebijakan yang dianggapnya kurang berpihak dan salah satunya ia sering
mengkritik kebijakan dan pernyataan Gubernur Bali, Wayan Koster. Belakangan ia
juga semakin terkenal dengan kata-kata yang selalu digunakan untuk mengakhiri
statusnya yakni Ketjup Sayang, Mbok Niluh.
Siapakah
sebenarnya sosok dari Niluh Djelantik ini? Berikur Telusur Bali merangkumnya
dari beberapa sumber.
Ni
Luh Putu Ary Pertami Djelantik merupakan perempuan kelahiran Kintamani, 15 Juni
1975. Ia dikenal sebagai desainer berupa desain sepatu dengan merek dagang
bernama Niluh Djelantik. Desain sepatunya sudah dipatenkan tahun 2008 lalu dan
banyak digunakan oleh artis dunia seperti Uma Thurman, Gisele Bundchen, Tara
Reid, Julia Roberts, Robyn Gibson, hingga Paris Hilton.
Ketika masih kecil, ia tinggal berdua dengan ibunya yang
bernama Ni Nyoman Palmi dan hidup sederhana. Ibunya, bekerja sebagai pedagang
pakaian di Kintamani, Bangli, Bali. Setelah orang tuanya bercerai ia dan ibunya
lalu pindah ke Denpasar. Di Denpasar, ibunya berdagang di Pasar Kumbasar,
Denpasar.
Namun,
saat menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), ia tinggal bersama
ayahnya, I Putu Djelantik, di Singaraja. Dan ia sangat menyukai olahraga
karate. Ia pernah meraih perunggu pada ajang Jembrana Cup pada 1992.
Pada
tahun 1994, ia merantau ke Jakarta dan melanjutkan pendidikan di Jurusan
Keuangan, Universitas Gunadarma. Saat kuliah, Niluh nyambi bekerja di
perusahaan teknologi informasi.
Setelah
sempat mengalami kejadian perampokan oleh Geng Kapak Merah, Niluh memutuskan
pulang kampung pada 2002. Ia kemudian bekerja di perusahaan busana milik Paul
Ropp dengan posisi direktur pemasaran.
Karena
sakit, tahun 2003 ia memutuskan berhenti kerja. Sejak saat itu tercetuslah
keinginan untuk membuat bisnisnya sendiri. Ia memproduksi sepatu dengan merek
Nilou pada 2004. Sepatu ini terkenal hingga Prancis. Permintaan ke Eropa pada
2004 bisa mencapai empat ribu pasang. Bisnisnya berkembang pesat.
Akan
tetapi, Nilou akhirnya dimiliki oleh mitranya dan enam bulan kemudian bisnis
ini kolaps. Pada 2008, ia akhirnya memberanikan diri membuat produk sepatu
dengan merek Niluh Djelantik. Ia sempat memohon restu ayahnya untuk memakai
nama Djelantik. Merek inilah yang melambungkan namanya.
Untuk
mempertahankan mutu dan kualitas, sepatu karya Niluh dibuat dengan
tangan tanpa bantuan mesin. Ia juga sering bekerja sama dengan beberapa
desainer top dunia untuk memasok alas kaki dengan nama sang desainer. Beberapa
desainer yang pernah bekerja sama dengannya antaran lain Charlie Joe, Nicholas
Vinetti dan Tristan Blair.
Kecintaan
terhadap sepatu membawa nama Ni Luh Djelantik meraih penghargaan sebagai Best
Fashion Brand & Designer The Yak Awards 2010. The Yak Awards sendiri
merupakan penghargaan yang digelar Yak Magazine untuk para pelaku industri
kreatif. Selain itu, ia juga pernah menerima penghargaan dari Forbes Indonesia
pada 2017 lalu.
Tak
hanya memenangi penghargaan, label Niluh Djelantik juga telah menembus Globus
Switzerland, salah satu retailer terkemuka di dunia pada 2011. Pencapaian
tersebut berlanjut pada tahun 2012, di mana dia kemudian berkesempatan menjalin
kerja sama dengan retailer dari Rusia.
Sukses
menjadi desainer sepatu, Niluh Djelantik mulai merambah dunia politik. Awalnya
ia bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Ia bahkan sempat
diberitakan bakal menjadi calon legislatif dari partai tersebut.
Akan
tetapi kemudian ia pindah haluan dan bergabung dengan Partai Nasional Demokrat
(Nasdem). Ia resmi maju ke pentas politik dengan menjadi calon legislatif
partai di bawah komando Surya Paloh. Namun ia tak berhasil melenggang ke
Senayan. Tekadnya makin tebal masuk ke dunia politik karena sosok Joko Widodo
dan Basuki Tjahaja Purnama. (TB)