Kerajaan Gandhara Milik Sangkuni Berada di Wilayah Afganistan?

Author:
Share
net

Dalam
epos Mahabharata, sosok Sangkuni dianggap menjadi penyebab terjadinya perang
Bharatayudha. Dimana ia menghasut Kurawa untuk membenci para Pandawa. Sangkuni
sebenarnya merupakan seorang pendatang yang datang ke Hastinapura mengikuti
adiknya, Gandari yang dinikahi oleh Drestarastra, ayah para Kurawa. Hal itu
berawal dari rasa sakit hatinya, karena adiknya menikah dengan orang buta. Dia
pun bersumpah akan membuat kekacauan di istana Hastinapura hingga terjadilah
perang besar yakni Bharatayudha.

Sangkuni
diketahui berasal dari kerajaan Gandhara. Dimanakah letak kerajaan ini? Apakah
benar di Afganistan?

Gandhara merupakan
kerajaan kuno di wilayah India Barat, tepatnya di lembah sungai Swat dan Kabul serta Dataran
Tinggi Pothohar. Kini daerah ini masuk ke dalam dua wilayah yakni wilayah Pakistan utara
dan Afganistan timur. Kerajaan Gandhara Barat berada di wilayah provinsi Kandahar di Afganistan.
Gandhara Timur berada di wilayah Pakistan. Puskalawati, Takshasila (Taxila)
dan Purushapura (Peshawar) merupakan kota di Kerajaan Gandhara.
Takshasila didirikan oleh adik Rama Ragawa yakni Barata.
Kemudian keturunan Barata memimpin kerajaan tersebut. Selama zaman Mahabharata,
Gandhara dipimpin oleh Subala ayah Sangkuni, Sangkuni, dan
putera Sangkuni. 

Kota
utamanya adalah Purushapura (kini Peshawar), secara harfiah
bermakna “kota para manusia”, dan Takshashila (kini Taxila).
Dalam Mahabharata, kerajaan ini turut berpartisipasi dalam perang di
Kurukshetra dan memihak Duryodana. Arjuna mengalahkan putera Sangkuni
selama misi berkampanye untuk upacara Aswamedha Raja Yudistira.

Kerajaan
Gandhara berlangsung sejak Periode Weda sekitar tahun 1500-500 SM
hingga abad ke-11 M. Kerajaan ini menjadi pusat seni rupa Buddha, yang
mencapai puncaknya pada kurun abad pertama masehi sampai abad ke-5 M pada masa
pemerintahan raja-raja Kushan.

Kekaisaran
Kushan awalnya terbentuk di Bactria. Kekaisaran ini membentang
dari Afganistan ke Pakistan hingga lembah sungai
Gangga di India Utara. Kekaisaran ini didirikan Kujula Kadphises untuk
menyatukan suku-suku Yuezhi menjadi konfederasi. Mereka memiliki
hubungan diplomatik dengan Kekaisaran Romawi, Persia dan Cina,
dan untuk beberapa abad mereka menjadi pusat perdagangan antara Barat dan
Timur.

Sejarawan Al-Biruni menyebut
kerajaan ini dalam nama Persianya “Shahi” untuk menyebutkan wangsa
penguasa dari Kabul Shahi yang menguasai wilayah ini sebelum
penaklukan Muslim pada abad ke-10 dan ke-11 M. Setelah ditaklukan oleh Mahmud
dari Ghazni pada 1021 M, nama Gandhara lenyap. Pada masa pemerintahan
Muslim, kawasan ini diperintah dari Lahore atau Kabul. Pada
masa Mughal kawasan ini termasuk dalam provinsi Kabul.

Kerajaan
Gandhara muncul dalam kisah epik Mahabharata dan juga Ramayana.
Raja Gandhara, Sangkuni atau Saubala merupakan seorang tokoh antagonis dalam wiracarita Mahabharata.
Ia merupakan paman para Korawa dari pihak ibu. Sangkuni terkenal
sebagai tokoh licik yang selalu menghasut para Korawa agar memusuhi Pandawa.
Ia berhasil merebut Kerajaan Indraprastha dari tangan para Pandawa
melalui sebuah permainan dadu. Menurut Mahabharata, Sangkuni merupakan
personifikasi dari Dwaparayuga, yaitu masa kekacauan di muka Bumi,
pendahulu zaman kegelapan atau Kaliyuga.

Adik
perempuannya yang bernama Gandari dilamar untuk dijadikan sebagai
istri Dretarastra, seorang pangeran tunanetra dari Hastinapura.
Sangkuni marah atas keputusan ayahnya yang menerima lamaran tersebut.
Menurutnya, Gandari seharusnya menjadi istri Pandu, adik Dretarastra.
Karena telanjur terjadi, ia pun mengikuti Gandari yang selanjutnya menetap di
istana Hastinapura.

Gandari
memutuskan untuk selalu menutup kedua matanya menggunakan selembar kain karena
ia sangat setia kepada suaminya yang buta. Gandari berputra seratus orang yang dikenal
sebagai seratus Korawa yang sejak kecil diasuh oleh Sangkuni. Di bawah
asuhan Sangkuni, para Korawa tumbuh menjadi anak-anak yang selalu diliputi rasa
kebencian terhadap para Pandawa, yaitu putra-putra Pandu. Setiap hari
Sangkuni selalu mengobarkan rasa permusuhan di hati para Korawa, terutama
Korawa sulung yang bernama Duryodana. (TB)

 

 

       

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!