Sempat Viral Karena Tulisannya, Ini Sosok Tri Handoko Seto, Dirjen Bimas Hindu Pertama dari Luar Bali

Author:
Share
Sumber: www.bppt.go.id

Beberapa
waktu lalu, muncul sebuah foto majalah Media Hindu yang memuat tulisan Dirjen
Bimas Hindu Tri Handoko Seto. Judul tulisan tersebut yakni Kebangkitan Kedua
Hindu Nusantara di Tanah Jawa dengan sub judul berbunyi Hindu dengan Label Bali
tidak Laku Dijual. Tulisan ini dimuat tahun 2012.

Tulisan
tersebut pun menuai kontroversi dikalangan masyarakat Hindu Bali. Banyak yang
tidak terima dengan keberadaan tulisan tersebut.

Tri
Handoko pun angkat bicara lewat akun facebooknya terkait viralnya tulisan
tersebut. Secara umum dirinya mengaku bahwa sub judul yang berbunyi Label
Bali tidak Laku Dijual bukan berasal dari tulisannya. Namun hal itu ditambahi
oleh pihak redaksi Media Hindu.

Lalu
siapakah sosok Tri Handoko Seto ini? 

Tri
Handoko Seto lahir di Banyuwangi Jawa Timur pada 12 Desember 1971. Setelah
menyelesaikan pendidikan sarjana di Jurusan Fisika Universitas Brawijaya tahun
1995 dengan predikat cumalude, ia kemudian bekerja di Badan UPT Hujan Buatan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). 

Tahun
2002-2008 ia menyelesaikan pendidikan master dan doktor di Meteorology
Department of Kyoto University, Kyoto, JEPANG. Riset yang dilakukan adalah
Convective activities in Indonesia associated with large-scale disturbances –
sebuah mekanisme pembentukan awan dan proses hujan yang dominan terjadi di
Benua Meritim Indonesia menggunakan Equatorial Atmospheric Radar (EAR) yang
dipasang di Kototabang Sumatera Barat. Berbagai kolaborasi riset dengan
komunitas internasional bidang meteorologi dan teknologi modifikasi cuaca telah
dilakukan. 

Beberapa
tahun terakhir aktif memimpin perekayasaan teknologi modifikasi cuaca (TMC)
untuk pengurangan resiko bencana hidrometeorologi.  Meminpin beberapa
proyek TMC untuk peningkatan curah hujan,  pengurangan curah hujan, dan
rekayasa atmosfir lainnya untuk berbagai keperluan terutama untuk pengurangan
resiko bencana hidrometeorologi. 

Atas
prestasinya, memperoleh penghargaan sebagai BPPT’s Engineer of The Year
2012-2013. Juga menjadi salah satu dari 43 peneliti Indonesia dengan karya
Inovasi Untuk Negeri versi Harian Media Indonesia, sekaligus Tokoh Inovator
2012.  

Tri
Handoko kemudian menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pusat
Teknologi Pengembangan Sumberdaya Wilayah Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (TPSW-BPPT) merangkap Kepala Balai Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC-BPPT).

Cita-citanya
untuk bisa bekerja di BPPT karena mengagumi BJ Habibie. Sebagai ahli cuaca, ada
yang secara berseloroh menyebutnya sebagai ‘Pawang Hujan’.

Sebelumnya,
Tri Handoko juga memegang jabatan penting di organisasi masyarakat Hindu. Ia
tercatat sebagai Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Hindu Indonesia (ICHI).

Pria
bernama lengkap dengan gelar yakni Dr. Tri Handoko Seto SSi MSc terpilih
sebagai Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Hindu
Kementerian Agama RI periode 2020-2025 menggantikan Prof I Ketut Widnya MA
MPhil PhD. Ia merupakan Dirjen Bimas Hindu pertama yang berasal dari luar Bali.

Karena,
sejak berdiri Tahun 1966 silam, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu
selalu dijabat dari etnis Bali. Selain itu, jabatan ini pun lebih dipercayakan
dari kalangan akademisi.

Sebelumnya
tiga besar nama calon Dirjen Bimas Hindu diajukan ke Presiden Rim Joko Widodo
(Jokowi) setelah melalui sejumlah tahapan test. Ketiganya, yakni Guru Besar
IHDN Denpasar Prof Dr Drs I Nengah Duija MSi, Guru Besar Ilmu Manajemen
Undiknas Prof Dr Ida Bagus Raka Suardana SE MM dan Kepala Balai Besar Teknologi
Modifikasi Cuaca BPPT Dr. Tri Handoko Seto SSi MSc.

Tri
Handoko mengatakan, jika terpilih sebagai Dirjen Bimas Hindu, dirinya telah memiliki
sejumlah program. Antara lain, dia ingin posisi Dirjen Bimas Hindu dipegang
secara profesional dalam melayani umat Hindu di Nusantara. Langkah yang akan
dia lakukan adalah meningkatkan profesionalisme pegawai dengan cara tidak biasa
dan cepat. Pegawai yang kurang kompeten akan diberi Diklat.

Selanjutnya
dia akan melakukan perubahan dalam pola kerja dengan membenahi pemberian reward
dan punishment. Kemudian membangun dan melayani umat dari pinggiran, karena
umat Hindu tidak hanya berada di Bali saja. Melainkan ada di daerah-daerah
lain, seperti di Toraja dan Bugis di Sulawesi Selatan, Maluku, Sumatera dan
Jawa.

“Di
sana kita tingkatkan SDM mereka dan bantu perekonomian mereka agar ke depan
lebih maju dan sejajar dengan umat lainnya,” katanya.

Tak
ketinggalan, Dirjen Bimas Hindu tidak hanya berpatokan pada kantornya saja.
Tapi, harus sharing sumber daya yang ada dengan cara kerjasama dengan PHDI yang
tersebar di kecamatan-kecamatan, aktivis maupun unsur lembaga keumatan lainnya.
Program pendidikan juga menjadi perhatian Tri Handoko. Menurutnya, ke depan
harus ada perbaikan kurikulum mata pelajaran Agama Hindu untuk SD sampai SMA.

Kurikulum
yang lebih menekankan pada pemahaman siswa terhadap agama Hindu baik dari sisi
tatwa, etika maupun susila secara berimbang. Lalu dilakukan perbaikan
pendidikan di perguruan tinggi Hindu. Di mana kualitas SDM perguruan tinggi
Hindu harus diupgrade secara signifikan. Standar kualitas mahasiswa dan dosen
harus ditingkatkan pula.

Sebelumnya,
pengisian tiga jabatan terakhir menunjukkan kuatnya etnis Bali dan kalangan
akademisi untuk jabatan Dirjen Bimas Hindu ini. Dirjen Bimas Hindu dan Budha
(masih bergabung dengan Agama Budha), Periode Tahun 2000-2006, dijabat Prof Dr.
I Wayan Suarjaya MSi merupakan Guru Besar

Institut
Hindu Dharma Negeri (IHDN). Wayan Suarjaya tercatat sebagai Dirjen keenam sejak
lembaga ini didirikan tahun 1966 silam.

Lalu
Dirjen Bimas Hindu ketujuh, Prof. Dr. IBG Yudha Triguna, MS periode 2006-2014,
merupakan mantan Rektor dan Guru Besar Uiversitas Hindu (Unhi) Denpasar. Lalu
Dirjen Bimas Hindu kedelapan, Prof. I Ketut Widnya MA MPhil PhD periode
2014-2020 juga Guru Besar Unhi Denpasar. (TB)

Berikut video lengkapnya

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!