![]() |
net. |
Sebelum
benar-benar meninggal dalam perjalanan menuju ke Gunung Himalaya, ternyata
Arjuna sempat mati terbunuh di tangan anaknya sendiri. Namun, beruntung Arjuna
dihidupkan kembali oleh istrinya dari bangsa naga.
Bagaimana
kisah kematian Arjuna dan dihidupkan kembali?
Tak lama
setelah perang besar di Kurukshetra atau yang biasa disebut Bharatayuddha
berakhir, Yudistira diangkat menjadi Raja Kuru dengan pusat pemerintahan di
Hastinapura. Untuk menengakkan dharma di seluruh Bharatawarsha, sekaligus
menaklukkan para raja kejam dengan pemerintahan yang sewenang-wenang, maka
Yudistira menyelenggarakan Aswamedha-yadnya.
Upacara
tersebut dilakukan dengan melepaskan seekor kuda. Di belakang kuda itu kemudian
diikuti oleh Arjuna beserta para prajurit. Adapun aturan dari upacara ini yakni
daerah yang dilalui oleh kuda tersebut akan menjadi wilayah Kerajaan Kuru.
Kuda itu pun
berlari hingga sampai di wilayah Manipura. Ketika Arjuna sampai di Manipura, ia
bertemu dengan Babruwahana. Babruwahana adalah salah satu putra Arjuna, buah
hatinya dengan Chitrāngadā, putri dari Manipur.
Dalam
wiracarita Mahabharata dikisahkan jika Citrānggadā adalah anak perempuan Raja
Citrasena (Citrabahana) dari Manipur, dan merupakan salah satu istri Arjuna.
Mereka pertama kali bertemu pada saat Arjuna singgah di Manipur, dalam rangka
menjelajah Bharatawarsha.
Manipur merupakan
sebuah negara bagian di wilayah timur laut India. Manipur dikelilingi oleh
negara bagian Nagaland di Utara, Mizoram di Selatan dan Assam di Barat.
Sedangkan di bagian Timur, Manipur memiliki perbatasan internasional dengan
negara Myanmar.
Kisah
tentang pertemuan Citrānggadā dan Arjuna tercatat dalam kitab Adiparwa.
Dikisahkan bahwa saat Citrānggadā dan Arjuna bertemu, mereka saling jatuh
cinta. Pada waktu itu, Arjuna berstatus sebagai pria beristri dua dengan
istrinya yakni Drupadi dan Subadra. Meskipun sudah memiliki dua istri, Arjuna
tetap melamar Citrānggadā.
Karena
Citrasena, ayah Citrānggadā tidak memiliki keturunan lelaki, sedangkan
Citrānggadā adalah anak satu-satunya, maka Citrasena merasa berat hati untuk
menyerahkan putrinya. Ia mengizinkan Citrānggadā menikah dengan Arjuna dengan
syarat apabila anak mereka berjenis kelamin laki-laki, maka Arjuna harus
menyerahkan anak tersebut sebagai pewaris takhta Manipur, sehingga tidak boleh
mengikuti ayahnya ke Hastinapura. Arjuna mengikuti persyaratan tersebut.
Dengan restu
dari ayahnya, Citrānggadā pun menikah dengan Arjuna. Dari pernikahan tersebut,
Citrāggadā memiliki seorang putra yang diberi nama Babruwahana. Sesuai dengan
janji Arjuna, anak tersebut diserahkan kepada Citrasena sebagai calon Raja
Manipur. Citrānggada berpisah dengan Arjuna setelah Arjuna tinggal di Manipur
dalam waktu yang tidak lama.
Babruwahana yang
diadopsi oleh kakeknya kemudian diangkat menjadi raja di Manipur. Pada masa
pemerintahannya, negaranya makmur dan kehidupannya dikelilingi oleh kejayaan.
Saat
rombongan Arjuna yang juga merupakan ayah dari Babruwahana sampai di negeri
Manipur terjadi penolakan untuk menyerahkan wilayahnya kepada Hastina. Babruwahana
pun kemudian bertarung dengan Arjuna. Dalam pertempuran tersebut, ternyata
Arjuna kalah dan berhasil dibunuh oleh anaknya sendiri.
Mengetahui
bahwa yang dibunuh adalah ayahnya sendiri, seketika dirinya pun merasa
bersalah. Ia merasa telah melakukan dosa besar dan ia berusaha untuk bunuh
diri. Namun Ibu tirinya, Ulupi, mencegahnya.
Oleh Ulupi,
Arjuna pun menghidupkan kembali Arjuna dengan sebuah pusaka. Kejadian
terbunuhnya Arjuna ini disebabkan oleh kutukan para Wasu karena Arjuna membunuh
Bhisma yang merupakan reinkarnasi salah satu Wasu pada saat perang di
Kurukshetra. (TB)