Bima Mengamuk Hari Kedelapan Perang Bharatayudha, Delapan Saudara Duryodana Gugur Seketika

Author:
Share
net.

Perang
Bharatayudha merupakan puncak dari konflik perebutan kekuasaan yang terjadi di
Hastinapura oleh para Dinasti Kuru. Perebutan kekuasaan yang merupakan penyebab
perang ini, terjadi karena para putra Dretarastra tidak mau
menyerahkan tahta kerajaan Kuru kepada saudara mereka yang lebih tua,
yaitu Yudistira, salah satu lima putra Pandu alias Pandawa.

Pada
hari kedelapan Perang Bharatayudha, Bima membunuh delapan
putera Dretarastra atau saudara dari Duryodana. Kedelapannya, yaitu
Sunaba, Adityaketu, Wahwasin, Kundadara, Mahodara, Aparajita, Panditaka
dan Wisalaksa. Sunaba, Adityaketu, Aparajita dan Wisalaksa gugur
dengan kepala terpenggal, sedangkan yang lainnya gugur karena senjata panah
yang diluncurkan Bima.

Salah
satu yang meninggal yakni Wisalaksa dikisahkan dalam parwa keenam yakni Bhismaparwa.
Dikisahkan bahwa ia enggan dibunuh oleh Bima, selain Wikarna.
Dalam perang Kurukshetra, ia memihak Duryodana. Saat peperangan
menginjak hari kedelapan, ia dan saudara-saudaranya mencoba mengalahkan Bima
dengan serangan panah bertubi-tubi.

Hal
itu membuat Bima sangat marah sehingga ia membalas serangan para Korawa dengan
garang. Saat menghadapi Wisalaksa, Bima tidak marah. Ia berpikir sejenak.
Setelah mengenang berbagai kejadian yang dialaminya pada masa lalu, maka Bima
tidak segan untuk membunuh Wisalaksa. Dengan tiga batang anak panah, ia
memenggal kepala Wisalaksa.

Setelah
menyaksikan kematian mereka, Duryodana memerintahkan para saudaranya yang masih
hidup untuk membunuh Bima. Namun tak satu pun putra Dretarastra yang
berani maju menghadapi Bima setelah mereka menyaksikan kematian delapan
saudaranya.

Sementara
itu, Sangkuni, dengan didampingi oleh putra Hredika dari kerajaan Satwata,
menyerbu pasukan Pandawa. Pasukan penyerbu tersebut merupakan kavaleri gabungan
dari berbagai kerajaan di India, seperti Kamboja, Sindhu, Mahi,
Aratta, dan lain-lain.

Untuk
menandinginya, Irawan yang merupakan putra Arjuna maju ke medan laga
sambil membawa pasukan berkuda dalam jumlah besar. Dengan pedang dan
panah, Irawan berhasil membunuh para saudara Sangkuni, kecuali Wresaba.

Setelah
pasukan Sangkuni kacau balau, Duryodana mengirim raksasa Alambusa untuk
membunuh Irawan. Kemudian, terjadilah pertempuran sengit antara Irawan melawan
Alambusa. Keduanya sama-sama menggunakan kekuatan sihir, sama-sama sakti dan
saling menghancurkan.

Saat
Irawan memunculkan seekor naga raksasa, Alambusa menanggapinya dengan menjelma
menjadi seekor burung garuda raksasa. Burung siluman tersebut
berhasil membunuh naga siluman yang dipanggil Irawan. Hal itu membuat Irawan
terpaku menyaksikan kekalahannya. Pada saat itu juga, Alambusa memanfaatkan
kesempatan tersebut untuk memenggal leher Irawan.

Untuk
diketahui, bahwa ibu dari Irawan bernama Ulupi, putri Korawya dari
bangsa Naga. Perkawinan Arjuna dengan Ulupi dikisahkan lebih dulu daripada
dengan Subadra, ibu Abimanyu. Usia Irawan pun lebih tua daripada usia
Abimanyu menurut versi ini.

Irawan
dalam versi Mahabharata muncul pertama kali ketika para Pandawa menjalani
masa pembuangan di hutan selama 12 tahun, yang tercatat dalam parwa ketiga
berjudul Wanaparwa. Dalam kitab tersebut, diceritakan bahwa Arjuna diutus Yudistira,
kakak sulungnya, untuk bertapa mencari pusaka sebagai bekal untuk menghadapi
para Korawa.

Ia
akhirnya mendapatkan pusaka bernama Pasupati pemberian Dewa Siwa.
Arjuna kemudian diundang oleh Dewa Indra untuk tinggal di kahyangan untuk
beberapa waktu karena jasa-jasanya menumpas para asura musuh dewata. Pada saat
itulah Irawan datang menyusul. Ia naik ke kahyangan dan mengaku sebagai putra
Arjuna. Setelah mendapatkan bukti-bukti yang jelas, Arjuna pun mengakui Irawan
sebagai putranya. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!