Mengenal Cetik, Racun Tradisional Bali yang Membahayakan Nyawa

Author:
Share
Ilustrasi

Cetik
merupakan racun mistik yang dikenal di Bali yang merupakan racun tradisional
yang dibuat dengan ramuan tertentu. Biasanya oleh orang yang berbuat jahat,
cetik digunakan untuk mencelakakan orang yang tak disukai atau musuhnya. Dan
bagi orang Bali, cetik ini amatlah sangat berbahaya karena bisa menjadi
penyebab kematian.
Dalam
Kamus Budaya Bali yang diterbitkan Balai Bahasa Bali (2016), hal. 347 disebutkan
cetik merupakan racun yang dibuat oleh orang yang beraliran ilmu hitam. Orang
yang memanfaatkan cetik untuk mencelakakan orang lain biasanya dikarenakan
beberapa motif seperti dendam, iri hati, ataupun ingin menguasai sesuatu dari
orang yang dicelakakan itu.
Mangku
Alit Pekandelan atau I Wayan Yendra dalam bukunya Leak Ngamah Leak (2013) hal.
141 mengatakan cetik sebagai racun khas Bali yang spesial digunakan untuk
mencelakai orang lain. Tindakan ini disebabkan oleh kegelapan yang disebut wisada.
“Masyarakat menduga cetik bisa sampai mencelakai korbannya karena digerakkan
dengan kekuatan gaib dan masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman,”
tulisnya.
Cetik
ini bisa digunakan secara langsung dengan mencampur pada makanan atau minuman
dan bisa juga secara tak langsung dengan menggunakan kekuatan mantra tertentu.
Lebih lanjut dikatakan bahan pembuatannya berupa bahan tunggal, ada campuran
atau ramuan.
Cetik
berbahan tunggal misalnya cetik buntek, cetik gringsing, cetik jinten, cetik
air keras, sedangkan cetik dengan ramuan yakni cetik krawang, cetik reratusan,
maupun cetik crongcong polo. “Bahan-bahan pembuatannya umumnya memang bersifat
racun (toksik), baik mengandung mikroba patogen, atau menimbulkan iritasi
secara pisik,” papar Yendra. Walaupun demikian ada pula yang menggunakan bahan
yang sifatnya mistik.
Sementara
itu menurut Jiwa Atmaja yang mengutip dalam lontar Usadha Cetik lan Tutug
mengatakan masa inkubasi cetik umumnya mencapai 102 hari. Sementara cetik (kerikan)
gangsa 105 hari, cetik bangkruk (sejenis ikan) mencapai 105 hari. “Sedangkan
yang masa inkubasinya agak cepat adalah cetik babi 35 hari dan cetik bungkruk
rumpe-rumpe (sejenis ikan laut) mencapai 47 hari,” tulis Atmaja dalam bukunya Jejak
Bhairawa di Pulau Bali (2017) hal. 88.
Kepala Seksi Inventarisasi dan Dokumentasi Budaya Bali, Made
Mahesa Yuma Putra yang dikutif dari Bali Express
mengatakan cara pembuatan cetik dan bahan nya cukup
unik, yakni  memadukan bahan (sekala) dan olah batin (niskala). Menurutnya
Bahan cetik bisa di antaranya dari tumbuhan seperti waluh, medang tiing. Juga
dari binatang, seperti ikan tertentu yang hidup di laut,ikan buntek, binatang
berbisa, yuyu gringsing. Selain itu, bahannya bisa dari benda atau logam,
seperti kerikan gong atau gangsa, juga ada yang memakai organ manusia,
seperti  tulang manusia dan banyeh (air mayat).
Mahesa juga mengatakan semua informasi dan cara penanganan cetik
telah ada di dalam Lontar Usada Cetik yang berangka 300 Sebelum Masehi (SM).
“Dalam Lontar Usada Cetik dijelaskan berbagai jenis cetik, di antaranya cetik
ceroncong polo, Cetik Medang Arungan, Cetik Upas Marebong Api, Cetik Maratus.
Lontar yang berasal dari Padangkerta, Karangasem ini, kini telah disadur dengan
huruf alphabet agar memudahkan masyarakat yang ingin mempelajarinya,” papar
Mahesa sebagaimana yang telusur Bali kutif dari Bali Express.
Oleh
karena berbahayanya cetik tersebut, dahulu seseorang yang memiliki masalah
dengan orang lain tak akan mau memakan makanan orang yang diajaknya bermasalah
tersebut. Mereka takut jika di dalam makanannya diisi dengan cetik. Bahkan
untuk makan bersamaan dalam jarak yang berdekatan pun mereka tak mau. (TB)
Catatan: Tulisan ini tak bermaksud untuk menggurui,
ataupun mendukung sebuah perbuatan yang tidak baik (baca: menggunakan cetik),
ini hanya untuk pembelajaran dan menambah wawasan
.

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!