![]() |
Foto TelusurBali.com |
Rahina Tilem
dilaksanakan oleh umat Hindu khususnya di Bali setiap 30 haris sekali. Tilem
ini terjadi silih berganti dengan purnama setiap 15 hari sekali. Tilem ini dirayakan
pada panglong ke-15. Panglong ini juga disebut dengan kresnapaksa. Saat
terjadinya tilem juga akan terjadi air pasang laut.
dilaksanakan oleh umat Hindu khususnya di Bali setiap 30 haris sekali. Tilem
ini terjadi silih berganti dengan purnama setiap 15 hari sekali. Tilem ini dirayakan
pada panglong ke-15. Panglong ini juga disebut dengan kresnapaksa. Saat
terjadinya tilem juga akan terjadi air pasang laut.
Dalam
lontar Sundarigama disebutkan; mwang tka ning tilem, wenang mupuga lara
roga wighna ring sarira, turakna wangi-wangi ring sanggar parhyangan, mwang
ring luhur ing aturu, pujakna ring sanggar parhyangan, mwang ring luhur ing
aturu, pujakna ring widyadari widyadara, sabhagyan pwa yanana wehana sasayut
widyadari 1, minta nugraha ri kawyajnana ning saraja karya, ngastriyana ring
pantaraning ratri, yoga meneng, phalanya lukat papa pataka letuh ning sarira.
lontar Sundarigama disebutkan; mwang tka ning tilem, wenang mupuga lara
roga wighna ring sarira, turakna wangi-wangi ring sanggar parhyangan, mwang
ring luhur ing aturu, pujakna ring sanggar parhyangan, mwang ring luhur ing
aturu, pujakna ring widyadari widyadara, sabhagyan pwa yanana wehana sasayut
widyadari 1, minta nugraha ri kawyajnana ning saraja karya, ngastriyana ring
pantaraning ratri, yoga meneng, phalanya lukat papa pataka letuh ning sarira.
Petikan
ini memiliki arti ketika tilem, umat Hindu wajib untuk menghilangkan segala
bentuk dosa, noda, dan kekotoran dalam diri. Adapun sarananya yakni
mempersembahkan wangi-wangian di sanggah atau di parahyangan, dan di atas
tempat tidur, yang dipersembahkan kepada bidadari dan bidadara. Akan lebih baik
jika mempersembahkan 1 buah sesayut widyadari untuk memohon anugerah agar
terampil dalam melaksanakan segala aktivitas. Pemujaan dilakukan tengah malam
dengan melakukan yoga, atau hening. Pahalanya adalah segala noda dan dosa yang
ada dalam diri teruwat.
ini memiliki arti ketika tilem, umat Hindu wajib untuk menghilangkan segala
bentuk dosa, noda, dan kekotoran dalam diri. Adapun sarananya yakni
mempersembahkan wangi-wangian di sanggah atau di parahyangan, dan di atas
tempat tidur, yang dipersembahkan kepada bidadari dan bidadara. Akan lebih baik
jika mempersembahkan 1 buah sesayut widyadari untuk memohon anugerah agar
terampil dalam melaksanakan segala aktivitas. Pemujaan dilakukan tengah malam
dengan melakukan yoga, atau hening. Pahalanya adalah segala noda dan dosa yang
ada dalam diri teruwat.
Ida
Bagus Rai, dalam artikelnya berjudul Hari Purnama-Tilem: Tinjauan dari Segi
Filsafat, Etika dan Upacara yang dimuat dalam Majalah Widyasrama (Majalah
Ilmiah Universitas Dwijendra Denpasar, Agustus 2013) mengatakan apabila ingin
melakukan suatu upacara-upacara yang sifatnya penyucian kembali alam semesta
dilakukan saat tilem. Upacara tersebut bersifat Bhuta Yadnya seperti tawur
agung.
Bagus Rai, dalam artikelnya berjudul Hari Purnama-Tilem: Tinjauan dari Segi
Filsafat, Etika dan Upacara yang dimuat dalam Majalah Widyasrama (Majalah
Ilmiah Universitas Dwijendra Denpasar, Agustus 2013) mengatakan apabila ingin
melakukan suatu upacara-upacara yang sifatnya penyucian kembali alam semesta
dilakukan saat tilem. Upacara tersebut bersifat Bhuta Yadnya seperti tawur
agung.
Ia
menambahkan tilem merupakan saat yang tepat untuk melakukan yoga dan samadi. “Tilem
kapitu atau tilem kesanga memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
pandangan filosofis agama Hindu,” tulisnya. Saat tilem kepitu dipandang sebagai
tilem yang paling gelap dan merupakan payogan Bhatara Siwa dan hal ini erat
kaitannya dengan kisah Lubdaka dalam Siwaratrikalpa. Sedangkan saat tilem
kesanga dilaksanakan tawur kesanga sebelum pelaksanaan Nyepi pada keesokan
harinya.
menambahkan tilem merupakan saat yang tepat untuk melakukan yoga dan samadi. “Tilem
kapitu atau tilem kesanga memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
pandangan filosofis agama Hindu,” tulisnya. Saat tilem kepitu dipandang sebagai
tilem yang paling gelap dan merupakan payogan Bhatara Siwa dan hal ini erat
kaitannya dengan kisah Lubdaka dalam Siwaratrikalpa. Sedangkan saat tilem
kesanga dilaksanakan tawur kesanga sebelum pelaksanaan Nyepi pada keesokan
harinya.
Seseorang
yang melakukan perbuatan baik pada saat tilem, maka perbuatannya akan
mendapatkan pahala yang berlipat-lipat. Saat tilem umat Hindu juga dilarang
melakukan yang dilarang agama seperti melakukan hubungan suami istri atau
sanggama. “Bila ketentuan tersebut dilanggar maka akan dapat berkibat buruk
pada watak dan tabiat anak yang akan lahir dan hubungan badan tersebut,” papar
Rai dalam artikelnya tersebut.
yang melakukan perbuatan baik pada saat tilem, maka perbuatannya akan
mendapatkan pahala yang berlipat-lipat. Saat tilem umat Hindu juga dilarang
melakukan yang dilarang agama seperti melakukan hubungan suami istri atau
sanggama. “Bila ketentuan tersebut dilanggar maka akan dapat berkibat buruk
pada watak dan tabiat anak yang akan lahir dan hubungan badan tersebut,” papar
Rai dalam artikelnya tersebut.
IBM
Dharma Palguna dalam bukunya Sekarura menuliskan, “kepada kita para Guru
Kehidupan (dan Guru Kematian) mengajarkan agar menghormati gelap, tidak kurang
dari hormat pada terang. Hormat pada gelapnya bulan mati (tilem) tidak kurang
dari hormat kita pada terang bulan purnama.”
Dharma Palguna dalam bukunya Sekarura menuliskan, “kepada kita para Guru
Kehidupan (dan Guru Kematian) mengajarkan agar menghormati gelap, tidak kurang
dari hormat pada terang. Hormat pada gelapnya bulan mati (tilem) tidak kurang
dari hormat kita pada terang bulan purnama.”
Selain
itu dituliskan pula pembelaan Mpu Tan Akung kepada gelap yaitu gelap tidak
harus dihindari atau diusir dengan mengadakan terang buatan, namun dengan
memasukinya, menyusupinya, meleburkan diri di dalamnya, atau memasukkannya ke
dalam diri.
itu dituliskan pula pembelaan Mpu Tan Akung kepada gelap yaitu gelap tidak
harus dihindari atau diusir dengan mengadakan terang buatan, namun dengan
memasukinya, menyusupinya, meleburkan diri di dalamnya, atau memasukkannya ke
dalam diri.
Pegiat
Lontar dan Dosen Prodi Bahasa Bali Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana,
Putu Eka Guna Yasa menyebutkan pemujaan kepada gelap atau Tilem itu
jelas sekali ditujukan kepada Siwa. Dalam Jnyana Sidantha disebutkan di dalam
matahari ada suci, di dalam suci ada siwa, di dalam siwa ada gelap yang paling
gelap. Hal itulah yang menyebabkan tilem mendapatkan pemuliaan.
Lontar dan Dosen Prodi Bahasa Bali Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana,
Putu Eka Guna Yasa menyebutkan pemujaan kepada gelap atau Tilem itu
jelas sekali ditujukan kepada Siwa. Dalam Jnyana Sidantha disebutkan di dalam
matahari ada suci, di dalam suci ada siwa, di dalam siwa ada gelap yang paling
gelap. Hal itulah yang menyebabkan tilem mendapatkan pemuliaan.
Selain
itu, di daerah Bangli ada Pura Penileman, dimana setiap Tilem dilakukan
pemujaan di sana. “Di Pura Penileman dilakukan pemujaan kepada Siwa, karena ada
warga masyarakat yang nunas pengidep pati atau sarining taksu. Sehingga jelas
sudah (pemujaan) Siwa. Bukti arkeologisnya juga ada arca Dewa Gana yang
merupakan putra Siwa,” katanya.
itu, di daerah Bangli ada Pura Penileman, dimana setiap Tilem dilakukan
pemujaan di sana. “Di Pura Penileman dilakukan pemujaan kepada Siwa, karena ada
warga masyarakat yang nunas pengidep pati atau sarining taksu. Sehingga jelas
sudah (pemujaan) Siwa. Bukti arkeologisnya juga ada arca Dewa Gana yang
merupakan putra Siwa,” katanya.
Sehingga
saat tilem sudah sepatutnya umat Hindu melakukan yoga samadi untuk meleburkan
segala dosa dan kekotoran. (TB)
Berikut Videonya
saat tilem sudah sepatutnya umat Hindu melakukan yoga samadi untuk meleburkan
segala dosa dan kekotoran. (TB)
Berikut Videonya