Sejarah Desa Sarimekar Buleleng, Dulu Bernama Desa Runuh

Author:
Share

Desa Sarimekar merupakan salah satu dari 12 desa yang terletak di Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.

Sejarah desa ini bermula pada masa kerajaan-kerajaan kecil yang pernah ada di Buleleng, seperti Kerajaan Buleleng, Puri Kanginan, Jagaraga, Bondalem, Sukasada, Padang Bulia, dan beberapa kerajaan lainnya.

Pada masa tersebut, banyak terjadi konflik antar kerajaan yang berusaha untuk merebutkan kekuasaan.

Salah satu peristiwa penting dalam sejarah desa ini terjadi antara Kerajaan Sukasada yang dipimpin oleh Ki Barak Panji dan Kerajaan Bondalem.

Kedua kerajaan sepakat untuk bertarung dalam sebuah perang tanding, dan Kerajaan Sukasada membentuk pasukan bernama “GOAK” yang dipimpin oleh Senopati Ki Pasung Grigis.

Pasukan ini membawa senjata seperti keris dan tombak, dan berangkat dari Sukasada menuju Bondalem untuk menggempur kerajaan tersebut.

BACA JUGA  Ida Bagus Mahendra Sada Prabhawa Pimpin DPP Peradah Indonesia Bali Periode 2025-2028

Dalam perjalanan mereka, pasukan Goak berhenti sejenak di sebuah wilayah. Saat beristirahat, salah satu anggota pasukan kehilangan kerisnya yang tertancap ke tanah.

Pada saat itu, tanaman-tanaman di sekitar wilayah tersebut langsung layu, dan bunga-bunga serta buah-buahan berjatuhan seolah terkena pengaruh kekuatan magis dari keris tersebut.

Menyaksikan peristiwa aneh ini, Ki Pasung Grigis memberi nama wilayah tersebut “Gunung Sari Runtuh” sebelum melanjutkan perjalanan menuju Bondalem.

Di wilayah lain, terdapat Kerajaan Padang Bulia yang dipimpin oleh seorang raja yang memiliki dua patih sakti, Kumpi Basong dan Kumpi Runuh.

Karena kekhawatiran akan kekalahan jika kedua patih ini berperang, Raja Padang Bulia memutuskan untuk mengusir mereka dari kerajaan.

BACA JUGA  Sejarah Desa Trunyan Bangli, Keharuman Pohon Tercium hingga ke Jawa

Setelah dipaksa pergi, Kumpi Basong dan Kumpi Runuh bersama pengikutnya tiba di wilayah Gunung Sari Runtuh.

Di sana, mereka mendirikan tempat tinggal, tempat suci, dan membentuk sebuah desa. Berdasarkan kesepakatan mereka, desa tersebut diberi nama “Desa Runuh.”

Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1986, Universitas Udayana Denpasar menugaskan mahasiswanya untuk melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Runuh.

Sebelum melakukan KKN, mahasiswa tersebut mendengar berbagai kabar yang kurang baik tentang desa ini, seperti perilaku primitif, merampok, dan bahkan ada kabar bahwa jika seseorang ingin merampok cincin, mereka juga akan memotong tangan pemilik cincin tersebut.

Namun, setelah bergaul dengan masyarakat selama kurang lebih dua bulan, mahasiswa tersebut menemukan kenyataan yang berbeda, dan mereka merasa sangat senang.

BACA JUGA  Menikmati Pesona dan Petualangan di Air Terjun Aling-Aling Buleleng

Ketua rombongan mahasiswa mengusulkan kepada para pejabat desa untuk mengganti nama Desa Runuh, karena nama tersebut dianggap kurang baik di mata masyarakat.

Setelah beberapa kali pertemuan, para pejabat desa setuju untuk mengubah nama desa menjadi “Desa Sari Mekar.”

Nama ini kemudian disahkan melalui Surat Keputusan Gubernur Bali No. 1 Tahun 1987 pada tanggal 1 Januari 1987.

Meskipun demikian, untuk mengenang pendiri desa ini, yaitu Ki Basong dan Ki Runuh, nama Desa Adat/Pakraman tetap dipertahankan dengan nama “Desa Adat Runuh” yang kini berada di dalam wilayah Desa Sari Mekar.

Batas-batas Wilayah Desa Sari Mekar:

  • Sebelah Utara: Kelurahan Kendran
  • Sebelah Selatan: Desa Padangbulia
  • Sebelah Barat: Lingkungan Bakung, Bantang Banua, Kel. Liligundi
  • Sebelah Timur: Desa Petandakan.
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!