Dalam kehidupan spiritual umat Hindu di Bali, daksina menjadi salah satu sarana upacara yang sangat penting.
Wujudnya tampak sederhana—sebuah wadah silinder yang dibuat dari daun kelapa tua—namun maknanya sangat dalam.
Daksina bukan hanya sesajen, melainkan lambang spiritual yang merepresentasikan hubungan manusia dengan kekuatan Tuhan.
Daksina kerap hadir dalam berbagai jenis upacara besar dan menjadi bagian penting dari rangkaian banten.
Wadah yang digunakan, yang disebut wakul atau srobong atau bedogan, diisi dengan berbagai elemen simbolik yang masing-masing melambangkan aspek kehidupan, kesucian, dan keberadaan spiritual.
Makna dan Fungsi Daksina
Daksina diyakini sebagai perwujudan dari Hyang Guru atau Hyang Tunggal, salah satu manifestasi dari Tuhan.
Oleh karena itu, daksina dianggap sebagai saksi spiritual dalam setiap pelaksanaan yadnya.
Tidak hanya berfungsi sebagai simbol kehadiran Hyang Widhi, daksina juga merupakan bentuk penghormatan dan rasa terima kasih yang tulus kepada pemimpin upacara atau pendeta, serta sebagai bagian dari persembahan dalam upacara yadnya.
Dalam bahasa Sanskerta, kata “daksina” berarti hadiah, penghargaan, atau persembahan. Dalam praktiknya, daksina menjadi bentuk konkret dari nilai spiritual yang disampaikan dalam upacara keagamaan.
Isi dan Simbolisme Daksina
Setiap unsur yang terdapat dalam daksina memiliki makna tersendiri, yang mencerminkan prinsip-prinsip kehidupan dan filsafat Hindu:
- Wakul atau bedogan melambangkan alam semesta, tempat berlangsungnya segala kehidupan.
- Beras merupakan simbol kehidupan dan sumber penghidupan manusia.
- Sirih atau porosan menggambarkan konsep Tri Murthi—Brahma, Wisnu, dan Siwa.
- Kelapa melambangkan lapisan-lapisan kosmos serta air suci. Dari luar hingga ke dalam, setiap bagian kelapa menyimbolkan tujuh loka, atau tingkatan alam spiritual.
- Telur itik menyiratkan simbol tiga lapisan tubuh manusia: antah karana sarira (roh murni), suksma sarira (tubuh halus), dan sthula sarira (tubuh fisik).
- Pisang, tebu, dan kojong merepresentasikan pentingnya rasa saling menghormati dalam kehidupan.
- Buah kemiri dan buah pangi menggambarkan prinsip Purusa (maskulin) dan Predana (feminin), kekuatan penciptaan dalam ajaran Hindu.
- Benang tukelan menjadi pengikat seluruh isi daksina, melambangkan kekuatan tiga naga penjaga kosmos: Anantabhoga, Basuki, dan Taksaka.
- Uang kepeng dan sesari mencerminkan wujud persembahan material sebagai bentuk niat tulus umat dalam yadnya.
- Sampyan payasan melambangkan tiga fase kehidupan: penciptaan (utpeti), pemeliharaan (sthiti), dan pelepasan (pralina).
- Sampyan pusung merupakan simbol dari tujuan akhir spiritual manusia.
Daksina dalam Praktik Kehidupan
Daksina tidak hanya menjadi pelengkap banten, tetapi juga menjadi jembatan spiritual antara manusia dan kekuatan adikodrati.
Dalam lontar-lontar suci seperti Yadnya Prakerti, daksina disebut sebagai yajña patni atau “istri dari yadnya”, yang menandakan bahwa setiap persembahan spiritual harus memiliki pasangan agar menjadi sempurna.
Sebagai simbol rasa syukur dan ketulusan, daksina menanamkan kesadaran bahwa setiap tindakan yadnya bukan semata ritual, melainkan juga bentuk pengabdian yang mencerminkan keharmonisan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. (TB)