Apa Itu Upacara Menek Kelih? Berikut Penjelasan, Makna dan Banten dalam Tradisi Hindu Bali

Author:
Share

Upacara Menek Kelih merupakan salah satu tradisi penting dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali.

Upacara ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur orang tua kepada Tuhan atas pertumbuhan anak mereka yang telah memasuki masa remaja.

Selain itu, upacara ini menjadi simbol peralihan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan, baik secara fisik maupun mental.

Pelaksanaan upacara ini bertujuan untuk memberi pesan kepada anak bahwa mereka harus mulai belajar bertanggung jawab, menjaga diri, dan bersikap lebih dewasa dalam menghadapi kehidupan.

BACA JUGA  Pertamina Turunkan Harga Pertamax hingga Pertamina Dex, Berlaku di Bali, Ini Daftar Harga Terbarunya

Dalam upacara ini, yang dipuja adalah Sang Hyang Semara Ratih, dewa dan dewi cinta kasih dalam kepercayaan Hindu.

Anak laki-laki yang mengikuti upacara disebut Raja Singa, sedangkan anak perempuan disebut Raja Sewala.

Upacara Menek Kelih biasanya dilaksanakan ketika anak telah berusia sekitar 14 tahun, atau ketika seorang anak perempuan mengalami menstruasi pertama.

Tanda-tanda ini menunjukkan bahwa anak telah siap memasuki fase kehidupan yang baru.

Pelaksanaannya dapat dilakukan di rumah, di pura keluarga, atau secara massal bersama keluarga besar, banjar, bahkan satu desa.

BACA JUGA  Jatakarma Samskara, Upacara Penyambutan Bayi Baru Lahir di Bali, Ini Makna, Prosesi dan Fungsinya

Pemimpin upacara bisa berasal dari kalangan pendeta atau orang tua yang dituakan dalam keluarga.

Ketika dilakukan secara bersama-sama atau massal, upacara ini memiliki manfaat sosial yang sangat besar.

Selain menghemat biaya, kegiatan ini juga mampu mempererat hubungan antar keluarga, memperkuat rasa persaudaraan, dan menumbuhkan semangat gotong royong antar warga.

Sarana upacara atau sesajen yang digunakan pun berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Untuk anak perempuan biasanya disiapkan banten pabyakala, banten prayascita, banten dapetan, dan banten sesayut tabuh rah.

BACA JUGA  Sejarah dan Keunikan Pura Andakasa, Tempat Suci Penuh Aura Spiritual

Sedangkan untuk anak laki-laki, digunakan banten sesayut ngraja singa dan banten padedarian.

Tradisi Menek Kelih adalah salah satu contoh kekayaan budaya Bali yang perlu dijaga dan dilestarikan.

Warisan budaya seperti ini tidak hanya memiliki makna spiritual, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas masyarakat Bali.

Menjaga tradisi ini berarti ikut merawat keunikan Bali yang telah menjadi daya tarik utama bagi wisatawan dari seluruh dunia, selain keindahan alamnya. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!