Bali Pernah Diperintah Oleh Perempuan, Ini Sosok Pemimpin Bali Perempuan Pertama

Author:
Share
Istimewa

Dewasa
ini kita mengenal bahwa pemimpin Bali kebanyakan adalah laki-laki. Bahkan sejak
terjadinya peralihan pemerintahan dari sistem kerajaan ke sistem saat ini pasca
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia belum ada Gubernur perempuan yang
memerintah Bali. Semua Gubernur Bali adalah seorang laki-laki.

Namun
saat zaman Bali kuno, Bali ternyata pernah dipimpin oleh seorang perempuan.
Pemimpin atau raja perempuan Bali pertama muncul saat berkuasanya Dinasti
Warmadewa di Bali. Raja perempuan pertama tersebut bernama Sri Maharaja Sri
Wijaya Mahadewi.

Diketahui
jika Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi memerintah pada tahun 905 saka atau tahun
938 Masehi. Beliau merupakan pengganti dari raja yang berkuasa sebelumnya yakni
Janasadhu Warmadewa yang memerintah tahun 897 Saka.

Dikutip
dari artikel Pemerintahan Keluarga Warmadewa di Bali Serta Hubungannya Dengan
Jawa Timur yang disusun oleh Ida Bagus Sapta Jaya, S.S.M.Si. disebutkan jika
raja perempuan atau ratu ini tak mempergunakan abhiseka raja Kula Warmadewa
sehingga 
menimbulkan
banyak interpretasi mengenai raja ini.

Prasasti
nomor 210 Gobleg, Pura Desa II D 18 yang bertahun Saka 905, adalah satu-satunya
prasasti yang telah diketemukan atas nama ratu ini. Prasastinya menyebutkan
desa air Tabar, yaitu sebuah desa di Buleleng. Tersebut juga nama Bukit Tunggal
yang mungkin dengan bukit Sinunggal, yang kini terdapat di Buleleng bagian
Timur. Ratu ini memberi izin kepada penduduk desa Air Tabar, yang merupakan
pamong kuil Indrapura di Bukittunggal di wilayah desa Air Tabar, untuk
memperbaharui prasastinya.

Selain
itu dijumpai pula nama-nama jabatan yang lazim diketemukan dalam prasasti di
Jawa, tetapi nama-nama ini tidak dikenal di Bali seperti Makudur, Wadihati dan
Pangkaja.

Namun
karena sangat sedikitnya data-data mengenai ratu ini maka banyak interpretasi
di antara para sarjana. Ada yang mengatakan ratu ini merupakan seorang putri
dari kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan ada juga yang berpendapat bahwa ratu ini
adalah putri Empu Sindok yang bernama Sri Isanatunggawijaya.

Seorang
sejarawan bernama Van Stein Callenfels berpendapat bahwa ratu ini adalah
seorang putri dari kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Hal ini berarti bahwa raja
Sriwijaya memperluas kekuasaannya sampai ke Bali. Pendapat ini mula-mula
didukung oleh Goris yang menjelaskan bahwa ratu ini juga berasal dari kerajaan Sriwijaya.
Pada tahun 1950, dalam artikelnya yang berjudul “De Stamboom van Erlangga”,
J.L. Moens menghubungkan ratu itu dengan kerajaan Jawa Timur.

Pendapat
yang berbeda diungkapkan oleh Damais, yang berpendapat bahwa ratu ini adalah
putri Empu Sindok yang bernama Sri Isanatunggawijaya. Pendapat ini juga
didukung 
oleh
Ida Ayu Putu Adri dalam karangannya yang berjudul Sedikit Tentang Cri Maharaja
Wijaya Mahadewi yang juga menyimpulkan bahwa Sri Maharaja Wijaya Mahadewi
adalah putri Empu Sindok.

Ratu
Sri Wijaya Mahadewi diduga mangkat pada tahun 911 Saka (989 Masehi).
Pemerintahannya kemudian dilanjutkan oleh Dharma Udayana Warmadewa muncul di
atas panggung sejarah Bali setelah berakhirnya 
pemerintahan
Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Dan nama gelarnya jelaslah bahwa Udayana adalah
seorang keturunan dinasti Warmadewa yang sedarah dengan Sri Kesari Warmadewa yang
dianggap cakal bakal dinasti Warmadewa.

Udayana
Warmadewa memerintah bersama sama dengan permaisurinya yang bernama Sri
Gunapriya Dharmapatni yakni putri yang berasal dari Jawa Timur. Putri ini
adalah anak dari Makutawangsawardana, sedangkan Makutawangsawardana adalah cucu
raja Sendok yang bertahta di Jawa Timur dari 992-943 Masehi (851-865 Caka)
sedangkan di Bali pada waktu itu bertahta Cri Ugrasena.

Sementara
itu, sebelum pemerintahan Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi, Bali juga pernah
dipegang oleh raja perempuan. Namun ia memerintah bersama sang suami. 
Diketahui
bahwa tahun 877 Saka Sang Ratu Sri Aji Tabanendra Warmadewa memerintah bersama
dengan permaisurinya yang bernama Sang Ratu Luhur Sri Subhadrika Dharmadewi.
Raja ini juga mengeluarkan beberapa prasasti atas nama beliau serta menyebutkan
angka tahun pemerintahannya yaitu 877 saka. Menurut beberapa referensi
disebutkan jika raja Tabanendra adalah salah seorang keturunan dari raja
Ugrasena. (
TB)

       

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!