Foto Istimewa |
Seorang
lelaki yang berasal dari Banjar Sangiangan, Desa Cemagi, Kabupaten Badung sangat
tekun menggeluti dunia seni sastra. Nama lelaki ini Dewa Putu Gingsir yang
tahun 2019 ini memasuki usia 71 tahun.
lelaki yang berasal dari Banjar Sangiangan, Desa Cemagi, Kabupaten Badung sangat
tekun menggeluti dunia seni sastra. Nama lelaki ini Dewa Putu Gingsir yang
tahun 2019 ini memasuki usia 71 tahun.
Dikutif
dari buku profil penerima Penghargaan Pengabdi Seni pada Pesta Kesenian Bali
ke-XLI tahun 2019, Gingsir telah bergelut dengan seni sejak tahun 1980-an
dengan aktif menekuni bidang seni dharmagita khususnya kekawin atau palawakya. Berbagai
prestasi pun ditorehkan atas keuletannya.
dari buku profil penerima Penghargaan Pengabdi Seni pada Pesta Kesenian Bali
ke-XLI tahun 2019, Gingsir telah bergelut dengan seni sejak tahun 1980-an
dengan aktif menekuni bidang seni dharmagita khususnya kekawin atau palawakya. Berbagai
prestasi pun ditorehkan atas keuletannya.
Sering
ia ikut lomba-lomba dibidang palawakya. Gingsir meraih juara juara 3 Palawakya
tingkat Kabupaten Badung tahun 1989, dan juara 1 kekawin tingkat Kabupaten Badung
tahun 1990.
ia ikut lomba-lomba dibidang palawakya. Gingsir meraih juara juara 3 Palawakya
tingkat Kabupaten Badung tahun 1989, dan juara 1 kekawin tingkat Kabupaten Badung
tahun 1990.
Di
tingkat Provinsi Bali, Gingsir meraih juara 2 lomba kekawin tahun 1991, dan
juara 1 lomba palawakya tahun 1993 dan ditunjuk untuk mewakili Bali dikancah
nasional pada perhelatan Utsawa Dharma Gita Nasional tahun 1993 di Surakarta
dan meraih juara 2 dalam lomba pembaca palawakya. Tahun 2007, Pemerintah
Kabupaten Badung memberikan suami dari Dewa Ayu Nyoman Abdani ini penghargaan
seni ‘Kerti Budaya’.
tingkat Provinsi Bali, Gingsir meraih juara 2 lomba kekawin tahun 1991, dan
juara 1 lomba palawakya tahun 1993 dan ditunjuk untuk mewakili Bali dikancah
nasional pada perhelatan Utsawa Dharma Gita Nasional tahun 1993 di Surakarta
dan meraih juara 2 dalam lomba pembaca palawakya. Tahun 2007, Pemerintah
Kabupaten Badung memberikan suami dari Dewa Ayu Nyoman Abdani ini penghargaan
seni ‘Kerti Budaya’.
Ia
juga kerap ditunjuk sebagai pembina kontingen Bali pada ajang Utsawa Dharma
Gita dibeberapa daerah seperti di Jakarta (2003) dan (2012), Lampung (2005),
Kendari (2007), Bali (2009), dan Palembang (2014).
juga kerap ditunjuk sebagai pembina kontingen Bali pada ajang Utsawa Dharma
Gita dibeberapa daerah seperti di Jakarta (2003) dan (2012), Lampung (2005),
Kendari (2007), Bali (2009), dan Palembang (2014).
Tak
hanya bergelut di bidang dharmagita, sejak tahun 1995 hingga kini, ia aktif menulis
prasasti dan melakukan pendataan lontar-lontar di lingkup Kabupaten Badung.
Ayah dari Dewa Putu Astini dan Dewa Made Astina ini juga dipercaya untuk
menulis awig-awig di beberapa desa adat di Bali.
hanya bergelut di bidang dharmagita, sejak tahun 1995 hingga kini, ia aktif menulis
prasasti dan melakukan pendataan lontar-lontar di lingkup Kabupaten Badung.
Ayah dari Dewa Putu Astini dan Dewa Made Astina ini juga dipercaya untuk
menulis awig-awig di beberapa desa adat di Bali.
Sebagai
seorang seniman yang sudah usur, tak ada yang lebih membanggakan selain melihat
generasi muda tetap mau belajar dan melestarikan seni sastra yang menjadi
identitas masarakat Bali. Dan tahun 2019 ini, dirinya memperoleh Penghargaan
Pengabdi Seni pada pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019. (TB)
seorang seniman yang sudah usur, tak ada yang lebih membanggakan selain melihat
generasi muda tetap mau belajar dan melestarikan seni sastra yang menjadi
identitas masarakat Bali. Dan tahun 2019 ini, dirinya memperoleh Penghargaan
Pengabdi Seni pada pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019. (TB)