Ada
sosok seorang Jero Mangku bule. Jero mangku ini berasal dari Australia dan
tinggal di Bali. Jero Mangku ini bernama Jero Mangku Budhi Dharma. Ia tinggal
di di Banjar Bone Kelod, Desa Bone, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali dan
rumahnya berada di dekat tebing Sungai Pakerisan.
Adapun
nama asli dari Jero Mangku Budhi Dharma adalah Ian Fiddes. Dirinya pun sudah
merantau ke Bali puluhan tahun. Dilansir dari media Tribun Bali, dirinya datang
ke Bali untuk bertemu dengan gurunya dan belajar Siwa Buddha-Buddha Tantrayana.
Dirinya mulai mempelajari ajaran ini sejak tahun 1994 dengan seorang guru yang
bernama Sri Acarya Ratu Kumara Panji Pandita di Buleleng.
Setelah
menjalani proses pembelajaran tersebut, dirinya pun merasa cocok dengan ajaran
itu dan mulai menganut paham Siwa-Budha Hindu Dharma Bali. Sebelum mantap
memilih ke jalan dharma, dirinya mengaku sudah mempelajari semua agama. Namun
dirinya mengaku sedikit bingung. Kemudian ia membaca cerita Buddha tentang Siwa
Buddha-Buddha Tantrayana sehingga menjadi Buddhist sejak umur 34 tahun.
Sejak
kecil dan semasih di Australia dirinya mengaku suka duduk menyendiri sambil
menatap langit dan melihat awan dan selalu menghayalkan bentuk awan tersebut.
Dirinya juga sering melakukan meditasi untuk mencapai kenyaman bathin.
Setelah
resmi menganut Hindu, ia pun rajin sembahyang ke pura. Namun anehnya, setiap
dirinya bertemu dengan orang yang memiliki ilmu kebathinan selalu
menyarankannya untuk melangsungkan pawintenan.
Selanjutnya,
pada tahun 2002 dirinya tangkil ke Pura Tirta Ketipat, Buleleng. Jero mangku di
sana pun mengatakan kalau dirinya tak cocok menggunakan pakaian adat biasa.
Pemangku tersebut mengatakan jika dirinya lebih cocok menggunakan pakaian serba
putih. Dirinya pun mengaku jika saat itu orang-orang melihat dirinya sebagai
seorang spiritual.
Akhirnya,
pada tahun 2004, dirinya memutuskan untuk mewinten atas saran dari guru dan
pemangku. Pertama kalinya ia melakukan pawintenan Saraswati di rumahnya di
Banjar Bone Kelod, Desa Bone, Blahbatuh, Gianyar. Selanjutnya ia pun mawinten
untuk yang kedua tahun 2005. Pawintenan kedua ini dilakukan di Grya Budha
Batuan, Gianyar dan diwinten oleh Ida Pedanda Buda Jelantik.
Saat
itu dirinya mengaku hanya mengantar rombongan untuk melukat ke sana, akan
tetapi setelah upacara melukatnya selesai dilakukan, tiba-tiba dirinya diminta
untuk membuka bajunya. Saat itulah dirinya resmi menjadi Jero Mangku Budhi
Dharma.
Pewintenan
kedua ini sebenarnya sudah direncanakan oleh Ida Pedanda Buda
Jelantik dan masyarakat Bone tanpa sepengetahuan Jero Budhi sendiri. Waktu itu
juga dihadirkan saksi dari Parisada Hindu Dharma Indonesia Bali.
Dirinya
juga mengaku mendapat dorongan dari masyarakat Desa Bone sehingga bersedia diwinten. Lalu
pada bulan November 2008, dirinya kembali menjalani pawintenan yang ketiga.
Prosesi pawintenan ini digelar di Pura Panji, Desa Panji, Buleleng. Saat itu
Jero Budhi juga diminta untuk mekemit di Pura Panji.
Ian
Fiddes atau Jero Mangku Budhi Dharma ini lahir di Melbourne pada 21 Februari
1957. Dulu dirinya juga dikenal sebagai seorang ahli teknologi informasi.
Mempermak laptop dan barang elektronik yang rusak lainnya tak sulit baginya. Ia
juga sudah pernah bekerja di Amerika dan Eropa dan memiliki keahlian juga dalam
bidang bisnis.
Di Bali ia tinggal bersama istrinya Lyme lliddes dan dikenal dengan nama Jero
Mangku Istri Wulandari. Saat pertamakali menginjakkan kakinya di Bali dirinya
langsung diantar gurunya bersembahyang ke sejumlah pura dl Bali. Kedatangannya
ke Bali pun baginya seperti pulang ke rumahnya sendiri.
Pada
awalnya dirinya mengaku memang selalu berusaha menghindar saat diminta menjadi
pemangku. Selain hanya ingin lebih memahami Hindu Dharma,sekaligus belajar
lebih dalam lagi. Perbedaan dari sisi fisik dengan masyarakat Bali, seperti
statusnya yang bule dan berkulit putih, juga menjadi hal yang tak mungkin
baginya. Selain itu, kala itu dia pun tak bisa menghafalkan mantra-mantra.
Namun, upayanya untuk terus menghindar malah membuatnya sakit dan sudah divonis
dokter tinggal menunggu waktu untuk meninggal dunia. Mulai dari sakit
pnunmonia, jantung, hingga orangtuanya yang berada di Australia juga meninggal
dunia. Baginya, menjadi pemangku tugasnya melayani Tuhan, dan juga masyarakat. Ia juga
kerap melaksanakan Dharma Wacana, termasuk kepada para wisatawan yang
berkunjung ke Bali. (TB)