Mengenal Pura Kahyangan Jagat, 9 Pura Penjaga Bali

Author:
Pura Lempuyang Luhur. Ist.

Sembilan
pura ini dipercaya sebagai penjaga Bali. Di pura ini juga berstana 9 dewata
yang menguasai sembilan penjuru mata angin atau Dewata Nawa Sanga. Kesembilan
pura ini dikenal dengan Pura Kahyangan Jagat. Selain itu, juga dikenal dengan
nama Padma Bhuwana.

Pura
yang masuk ke dalam kategori Sad Kahyangan Jagat ini berada di sembilan arah
mata angin dan terbentang dari ujung timur hingga barat Pulau Bali, dan juga
dari ujung utara hingga selatan Pulau Bali. Pura Kahyangan Jagat ini tergolong
sebagai pura umum.

Berikut
adalah sembilan pura yang menjadi penjaga Pulau Bali atau Pura Kahyangan Jagat.

1. Pura Lempuyang Luhur

Pura
Lempuyang berada di ujung timur pulau Bali tepatnya di Kabupaten Karangasem dan
berada di Bukit Lempuyang. Beramalat di Banjar Purwa Ayu, Desa Tribuana,
Kecamatan Abang, Karangasem. Pura ini merupakan sthana dari Dewa Iswara yang
menguasai arah Timur atau Purwa.

Jika
mengacu pada Lontar Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul, yang menyatakan bahwa
Sang Hyang Parameswara atau Sang Hyang Pasupati membawa gunung-gunung yang ada
di Bali dari Jambudwipa yaitu India (Gunung Mahameru).

Dalam
Lontar tersebut disebutkan pula bahwa Sang Hyang Parameswara atau Hyang
Pasupati menugaskan putra beliau yang bernama Sang Hyang Agni Jaya Sakti untuk
turun ke Bali dengan tujuan menjaga kesejahteraan Pulau Bali.

Sang
Hyang Agni Jaya Sakti kemudian beristana di Pura Luhur Lempuyang beserta
beberapa dewa lainnya ikut turun ke Bali. Maka tak heran jika Pura Lempuyang
menjadi begitu penting di kalangan umat Hindu.

Sedangkan
berdasarkan Lontar Markandeya Purana, Pura Lempuyang didirikan oleh Rsi
Markandeya sekitar abad ke-8 M sebagai tempat persembahyangan sekaligus
menyebarkan ajaran agama Hindu.

2. Pura Andakasa

Pura
Andakasa merupakan sthana Dewa Brahma yang menguasai arah Selatan (Daksina). Pura
ini terletak di Kabupaten Karangasem, tepatnya di Desa Angantelu, Kecamatan
Manggis, Karangasem. Pura ini diperkirakan didirikan oleh Mpu Kuturan pada
sekitar abad kesebelas dan kemudian dikembangkan dan direnovasi pada abad
ketujuhbelas Masehi.

Piodalan di Pura Andakasa pada setiap Anggara Kliwon Mediangsia menurut
penanggalan Bali. Disamping itu dilaksanakan upacara pecaruan (bhuta yadnya)
pada setiap Anggara Kliwon Kulantir, Prangbakat, dan Dukut.

3. Pura Batukaru

Pura
Batukaru merupakan sthana Dewa Mahadewa penguasa arah Barat (Pascima). Karena
fungsinya untuk memuja Tuhan sebagai Dewa yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
dengan mempergunakan air secara benar, maka di Pura Luhur Batukaru ini disebut
sebagai pemujaan Tuhan sebagai Ratu Hyang Tumuwuh. Pura Luhur Batukaru terletak
di Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Lokasi pura ini
terletak di bagian barat Pulau Bali di lereng selatan Gunung Batukaru.

Di
dalam Lontar Kusuma Dewa. Pura Luhur Batukaru sudah ada pada abad ke-11 Masehi,
sezaman dengan Pura Besakih, Pura Lempuyang Luhur, Pura Goa Lawah, Pura Luhur
Uluwatu, dan Pura Pusering Jagat. Penggagas pembentukan dari Sad Kahyangan
adalah Mpu Kuturan.

4. Pura Batur

Pura
Batur merupakan sthana Dewa Wisnu sebagai penguasa arah Utara (Uttara). Pura
ini berlokasi di Kintamani, Bangli. Pura Batur atau Pura Ulun Danu pertama kali
didirikan pada abad ke-17.

Pura
ini didedikasikan untuk dewa Wisnu dan untuk dewi danau Dewi Danu. Sebelum
meletusnya Gunung Batur pada tahun 1917, Pura Batur dan desa aslinya terletak
di barat daya lereng Gunung Batur itu sendiri. Aliran lahar letusan
1917 menyebabkan ribuan korban. Meskipun hancur, aliran lava hitam berhenti di
gerbang Pura Ulun Danu Batur. Karena lava berhenti sebelum mencapai candi,
masyarakat melihat ini sebagai pertanda baik dan memutuskan untuk tinggal di
daerah tersebut.

Pada
21 April 1926, Gunung Batur meletus lagi, kali ini menghancurkan seluruh desa
Karang Anyar. Lava juga melaju ke arah pura, menutupi hampir seluruh kompleks.
Terlepas dari kehancuran desa dan juga hilangnya 1.500 penduduk desa, meru
tingkat 11 pura ini bertahan.

Setelah
daerah di sekitar Gunung Batur dinyatakan aman, dan program pembangunan kembali
desa dapat segera dimulai. Lokasi baru untuk desa dipilih, kali ini menanjak di
tepi luar kaldera Danau Batur. Tanah dibagikan sesuai dengan jumlah keluarga
asli. Seluruh proses diawasi oleh petugas polisi setempat (mantri polisi) untuk
menjaga ketertiban. Dengan selesainya rumah-rumah dan infrastruktur dasar,
pemerintah daerah Bangli mengumpulkan dana lain untuk membangun sebuah pura
baru, Pura Ulun Danu Batur yang sekarang. Dengan selesainya pura pada tahun
1926, upacara dilakukan pura baru.

5. Pura Goa Lawah

Pura
Goa Lawah merupakan sthana Dewa Maheswara, penguasa dari arah Tenggara
(Agneya). Pura Goa Lawah merupakan sebuah pura yang terletak di Desa
Pasinggahan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali, yang berjarak sekitar
40 km dari ibu kota Bali, Denpasar. Pura Goa Lawah dikenal masyarakat karena
adanya sebuah gua pada bagian utama pura ini, yang didalamnya terdapat
sekumpulan kelelawar.

Kata
Goa berarti Goa/Gua (lubang) dan Lawah di Bali memiliki arti kelelawar, jadi
Goa Lawah memiliki arti “gua yang dihuni oleh kelelawar”. Dari ribuan
jumlah pura di Bali, beberapa di antaranya berstatus Pura Khayangan Jagat,
salah satunya Pura Goa Lawah. Pura ini berdiri di wilayah pertemuan antara
pantai dan perbukitan dengan sebuah gua yang dihuni beribu-ribu kelelawar.
Lontar Padma Bhuwana menyebutkan Pura Goa Lawah merupakan salah satu kayangan
jagat/sad kahyangan sebagai sthana Dewa Maheswara dan Sanghyang Basukih, dengan
fungsi sebagai pusat nyegara-gunung.

6. Pura Luhur Uluwatu

Pura
Luhur Uluwatu merupakan sthana Dewa Rudra sebagai penguasa arah Barat Daya
(Neriti). Pura Luhur Uluwatu atau Pura Uluwatu merupakan pura yang berada di
wilayah Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Badung. Pura yang terletak di ujung barat
daya pulau Bali di atas anjungan batu karang yang terjal dan tinggi serta
menjorok ke laut ini merupakan Pura Sad Kayangan yang dipercaya oleh orang
Hindu sebagai penyangga dari 9 mata angin.

Pura
ini pada mulanya digunakan sebagai tempat pemujaan oleh seorang pendeta suci
dari abad ke-11 bernama Empu Kuturan. Pura ini juga tempat Ngeluhur atau
moksahnya Dang Hyang Nirartha, yang datang ke Bali pada akhir tahun 1550. Kata
inilah yang menjadi asal nama Pura Luhur Uluwatu. Piodalan di Pura Uluwatu
jatuh pada Selasa Kliwon Wuku Medangsia setiap 210 hari. 

7. Pura Pucak Mangu

ist.

Pura
Pucak Mangu ini juga disebut dengan Pura Bukit Pengelengan. Lokasinya yakni di
Banjar Tinggan, Pelaga, Petang, Kabupaten Badung, Bali. Pura ini merupakan sthana
Dewa Sangkara yang merupakan penjaga arah Barat Laut (Wayabya).

Keberadaan
pura Pucak Mangu juga dihubungkan dengan salah seorang pendiri kerajaan Mengwi
yaitu I Gusti Agung Putu yang memiliki kebiasaan untuk melakukan tapa yoga
untuk mengheningkan pikiran setelah kalah berperang di masa lalu. Pada saat
perjalanan menuju puncak gunung, beliau mengalami kesulitan melalui hutan lebat
yang dilaluinya, dan secara tidak sengaja menemukan reruntuhan bangunan
pelinggih lengkap dengan lingga.

Di
sinilah akhirnya beliau melakukan tapa samadi dan berhasil menemukan jati
dirinya lalu berusaha untuk bangkit lagi dari kekalahan guna meraih kemenangan
hingga akhirnya beliau mampu mendirikan Kerajaan Mengwi.

8. Pura Agung Besakih

Pura
Agung Besakih merupakan sthana Dewa Sambhu yang berada di Timur Laut atau Airsanya.
Pura Besakih terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem,
Bali, Indonesia. Kompleks Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat yakni Pura
Penataran Agung Besakih dan 18 Pura Pendamping yakni 1 Pura Basukian dan 17
Pura Lainnya termasuk pura kawitan. 

Pura
Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara
semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung
adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak
jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di komplek Pura
Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 pelinggih utama yang disebut Padma
Tiga simbol stana dari Tri Purusha yaitu Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa. 

9. Pura Pusering Jagat (Pura
Pusering Tasik) 

Pura
Pusering Jagat terletak di Desa Pejeng, Kecamatan Tampak Siring, Gianyar.  Pura ini termasuk pura kahyangan jagat yang
berposisi di tengah-tengah. Dalam kosmologi Hindu, tengah adalah sthana (tempat
bersemayam) Dewa Siwa. Dalam lontar-lontar kuna, Pura Pusering Jagat juga
dikenal sebagai Pura Pusering Tasik atau pusatnya lautan.

Di
pura ini terdapat arca-arca yang menunjukkan bahwa pura ini adalah tempat
pemujaan Siwa seperti arca Ganesha (putra Siwa), Durga (sakti Siwa), juga
arca-arca Bhairawa. Ada juga arca berbentuk kelamin laki-laki (purusa) dan
perempuan (pradana).  Di pura ini juga
terdapat peninggalan kuno berbentuk bejana yang disebut sangku sudamala yang
melambangkan limpahan air suci untuk kehidupan. Di dalam sangku sudamala ini
terdapat gambar yang menandakan angka tahun Saka 1251. (TB)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!