Filosofi Kembang Rampe, Selalu Digunakan pada Canang

Author:
Share

Sumber Foro: juragan-kembang.blogspot.com
Kembang
rampe atau kembang rampai di beberapa daerah seperti di Klungkung dan
Karangasem disebut dengan samsam. Dalam metanding canang kembang rampe ini
selalu ada dan diletakkan di atas bunga.
Bahan
yang digunakan untuk membuat yakni daun pandan harum maupun pudak yang masih
segar dan berwarna hijau serta diiris kecil-kecil. Niken Tambang Raras dalam
bukunya Mejejahitan dan Metanding edisi I menuliskan dalam canang, kembang rampe
ini berfungsi sebagai bunga.
Sebuah
canang akan kurang lengkap atau tidak berfungsi tanpa diisi kembang rampe. Pada
sebuah canang, kembang rampe disebutkan Niken menduduki peringkat utama atau
paling atas. Alasan terkait hal itu terdapat dalam Siwa Purana yang
mengatakan bahwa pandan harum merupakan jelmaan dari rambut Dewa Siwa.
“Di
dalam Siwa Purana ada dikisahkan Syah dan para Brahmana menghadap Dewa Siwa ke
Gunung Himalaya. Di gunung itu mereka bertapa dan bermeditasi mohon petunjuk
dan anugerah-Nya. Karena pada waktu itu penduduk bumi sedang menderita
kekeringan. Sungai-sungai kering, sumber-sumber mata air kering. Danau, telaga,
bulakan, sendang, sumur, semuanya pada kering,” tulis Niken.
Setelah
mengetahui kekhusyukan tapanya, Dewa Siwa pun muncul dan berdialog dengan para
brahmana. Oleh para brahama, diceritakanlah penderitaan penduduk bumi kepada
Dewa Siwa. Dewa Siwa menyanggupi hendak menolong umat manusia yang ada di bumi
dari bencana kekeringan. 
Untuk
mengatasi kekeringan ini, Dewa Siwa meminta Dewi Gangga turun ke bumi. Sungai
Gangga yang ada di surga diturunkan ke bumi dengan syarat harus ada suatu
kekuatan yang mampu menampung kedasyatan dan kederasan air sungai ini di bumi.
Apabila syarat tersebut tak terpenuhi, bumi akan terbelah.
Dewa
Siwa kemudian menggunakan rambutnya sebagai jembatan penghubung antara
sorga dan bumi untuk menampung derasnya arus sungai Gangga. Sumber air
kembali muncul dan penduduk tertolong dari kekeringan. “Maka sungai Gangga
di India sampai sekarang tetap disakralkan dan disucikan oleh penduduk bumi,”
tulisnya. 
Di
pinggir sungai Gangga tumbuh banyak pandan harum, baik yang berduri maupun yang
tidak berduri. “Para orang-orang suci, para yogi, para sanyasin yang
berdomisili dipinggir-pinggir aliran sungai Gangga menyadari bahwa pohon-pohon pandan
harum tersebut adalah jelmaan rambut Dewa Siwa,” paparnya.
Dengan
demikian pohon pandan sejak saat itupun selalu dihormati. Dan di Bali sendiri pandan
harum digunakan sebagai kembang rampe dan diletakkan paling atas pada sebuah
canang karena sesuai posisi rambut dalam tubuh berada paling atas. (TB)



Berikut video tentang Kembang Rampe


BACA JUGA:

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!