Hari Raya Buda Cemeng Merakih, Ini Maknanya Menurut Lontar

Author:
Share
Ilustrasi/ wikipedia.org
Setiap enam bulan sekali atau 210 hari sekali umat Hindu di Bali akan merayakan Buda Wage Merakih atau Buda Cemeng Merakih.
Saat hari raya ini, umat Hindu akan melakukan persembahyangan ke pura dan di merajan.
Umat akan menghaturkan canang maupun banten.
Untuk diketahui, Buda Wage Merakih ini merupakan pertemuan antara Saptawara Buda atau Rabu, pancawara Wage, dan wuku Merakih.
Untuk mengetahui makna dan persembahan ketika Buda Wage, termuat dalam lontar Sundarigama.
Berikut adalah kutipan lontar tersebut beserta artinya.
Buda Waga, ngaraning Buda Cemeng, kalingania adnyana suksema pegating indria, Betari Manik Galih sira mayoga, nurunaken Sang Hyang Ongkara Mertha ring sanggar, muang ring luwuring aturu, astawakna ring seri nini kunang duluring diana semadi ring latri kala.
Adapun arti dari kutipan tersebut yakni sebagai berikut.
Disebutkan jika Buda Waga, juga bisa disebut dengan Buda Cemeng.
Hari raya ini memiliki makna untuk mewujudkan inti hakekat kesucian pikiran.
Adapun caranya yakni dengan memutuskan atau mengendalikan sifat-sifat kenafsuan atau indria.
Hari raya ini merupakan payogan dari Bhatari Manik Galih, dengan jalan menurunkan Sang Hyang Omkara Amrta (inti hakekat kehidupan), di luar ruang lingkup dunia skala. 
Sehingga persembahan yang dihaturkan saat hari raya ini adalah canang wangi-wangi.
Sementara untuk pemujaan dilakukan di sanggar dan di atas tempat tidur serta menghaturkan persembahan kepada Sang Hyang Sri.
Selain itu, saat malam hari juga melakukan renungan suci. 
Tujuannya adalah untuk menenangkan pikiran, dan memperoleh kedamaian serta kebahagiaan. 
Demikianlah makna dari Buda Wage Merakih beserta persembahan yang dihaturkan. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!