![]() |
Pixabay.com |
Lahir Jumat Paing Ugu merupakan pertemuan antara Saptawara Sukra atau Jumat dan Pancawara Paing serta wuku Ugu. Jumat memiliki urip atau neptu 6, sedangkan Paing uripnya 9.
Jika kedua urip tersebut dijumlahkan hasilnya 15, dan menurut perhitungan Wariga hasil penjumlahan tersebut dikalikan 6. Hasilnya adalah 90 sehingga jatah umurnya adalah 90 tahun.
Lalu bagaimana peruntungannya? Menurut tabel pal Sri Sedana atau periode kelahirannya adalah sebagai berikut.
Umur 0 – 6 tahun mendapat nilai 2 yang artinya penghasilannya sedang. Saat menginjak umur 7 – 12 tahun mendapat nilai 0 yang artinya kesakitan.
Penghasilannya sedikit saat berumur 13 – 24 tahun. Umur 25 – 30 tahun memperoleh nilai 5 yang berarti hidup senang.
Namun harus selalu bisa mengendalikan diri, karena hidup senang tidak harus selalu bersenang-senang. 31 – 36 tahun turun menjadi 2 atau penghasilan sedang.
Saat umur 37 – 42 tahun mendapat nilai 0 atau kesakitan. 43 – 48 tahun penghasilan sedikit atau mendapat angka 1.
Masuk umur 49 – 54 tahun nilainya 2 atau penghasilannya naik menjadi sedang. Saat umur 55 – 66 tahun sama seperti saat umur 25 – 30 tahun yaitu hidup senang.
Memasuki umur 67 – 72 tahun penghasilannya sedikit. Jika sudah berumur 73 – 78 tahun mengalami kesakitan (0).
79 – 90 tahun memperoleh nilai 4 yang berarti baik sekali. Demikianlah peruntungan mereka yang lahir Jumat Paing.
Khusus untuk kelahiran hari Jumat atau Sukra, dewanya adalah Bhatari Sri.
Sementara kalanya adalah Kala Jerang, dan bhutanya adalah Wulu asu.
Pohon atau tarunya ancak, burungnya titiran.
Memiliki wayang Sangut, dan mayanya adalah yeh, serta lintangnya karebutan.
Kelahiran Jumat akan memiliko penyakit yakni sakit badan, kesemutan, ancuk-ancuk, polor, kepek.
Juga sakit prana atau pernapasan, gerah merapah, ebuk, digalaki oleh binatang, ngreges.
Bahayanya disengkot oleh sapi.
Untuk upakara atau carunya yakni dengan sarana berupa beras 6 catu, telur 6 butir, kelapa 6 biji, pisang 6 ijas, benang 6 tukel.
Sesayutnya liwet raja kiru, adulang.
Nasinya aru candana, mapucak teleng biru, dagingnya ayam kelawu panggang, bunga cempaka kuning 6 kuncup.
Dilengkapi juga dengan suci 1 unit dengan daging itik yang telah bertelur, dipersembahkan ke surya.
Tebasan prayascita dan durmanggala, panglukatan air klebutan dengan periuk 6 biji.
Pelaksanaannya yakni di Kamulan.
Sedangkan seseorang yang lahir pada Pancawara Paing dewanya adalah Bhatara Yama, Bhatari Yami dan Bhatara Brahma.
Untuk widyadarinya yakni Dewi Nilotama.
Widyadaranya adalah Wangbang Wenaja.
Renanya adalah Babunoro-babuadi.
Bapanya adalah Citrarahmi.
Masa kambuh penyakitnya yakni bisa lumangkang, bisa jongkok, bisa bercelana, bisa bekerja, maupun masa kawin.
Caru atau upakara dari kelahiran Pancawara Paing adalah penek agung 1 daging ayam bihing dipanggang, balung gegending, di bawah penek uang 99, buah-buahan, godoh tumpi, tetebus sedah 9.
Juga dilengkapi dengan sega liwet mewadah pinggan, dagingnya babi harga 99, sayuran: kekarahin asem, pupuknya janggitan.
Untuk perilaku seseorang yang lahir Pancawara Pahing adalah memiliki ketertatikan kepada milik orang lain, selain itu juga suka kepada barang apa saja yang dilihat.
Untuk wuku Ugu, dewanya Singajalma artinya banyak akal, gampang mengertinya, luas pemandangannya.
Pohon uni sedang berbuah artinya barang siapa melihat terbit seleranya, tetapi kalau sudah makan lalu mencela dan tidak suka lagi, banyak rezeki.
Burung podang bermakna cemburuan, tidak suka bergaul dengan orang banyak.
Di belakang ada gedung tertutup artinya hemat dan kikir.
Akan mengalami kecelakaan karena digigit ular dan dianiaya.
Untuk penolaknya adalah bersedekah nasi pulen dari beras sepitrah, ketan uli bermacam-macam, jajan pasar, opor bebek putih sejodoh bulat-bulat selawat 10 keteng, dengan doanya selamat kabula.
Gambarannya awang-uwung, lebar pemandangannya.
Kala wuku ada di selatan, dalam 7 hari tidak boleh bepergian menuju tempat kala.
Hari yang baik ialah Minggu, Selasa, Rabu, Jumat dan Sabtu. (TB)