![]() |
drg. Ida Ayu Wirastuti |
Idealnya perawatan gigi dilakukan berkala enam bulan
sekali untuk kalangan dewasa atau tiga bulan sekali untuk anak-anak. Namun di tengah fenomena
kembali meningkatnya pandemi Covid-19, sebagian orang mungkin cemas untuk
diperiksa. Apalagi dalam tindakan kedokteran gigi turut menggunakan aerosol yang
rentan penularan Covid-19.
Dokter gigi dan juga magister of public health, drg. Ida
ayu Wirastuti, MARS menilai kecemasan masyarakat itu hal yang wajar. Namun ada
sejumlah tips darinya untuk menghindari penularan Covid-19 dari perawatan gigi
dan mulut.
Ditemui di tempat praktiknya di Denpasar, Selasa 19 Juli
2022, dia menyebut bahwa praktik dokter gigi saat pandemi diatur Petunjuk
teknis (Juknis) yang diterbitkan Kementerian Kesehatan bersama Persatuan Dokter
Gigi Indonesia (PDGI).
“Apapun kondisinya, kita harus tetap waspada dan selalu
hadir sebagai pemberi pelayanan kesehatan, yang pertama kita harus menjaga dan
mempersiapkan diri kita dan lingkungan kerja agar aman dalam memberi
pelayanan,” ungkapnya.
Hal itu, kata dia, metode layanan kesehatan gigi dan
mulut yang aman dari penularan Covid-19 terus dilakukan dari awal pandemi
hingga sekarang. Menurutnya itu prinsip yang harus dipegang teguh dokter gigi.
”itu semua tetap jalan, meskipun kasus sudah melandai dan
dikatakan situasi endemi yang merupakan
kondisi dimana virus ada tetapi lebih rendah, musiman dan tidak bisa hilang
untuk itu kita harus selalu waspada dan siap untuk menghadapi tantangan
kedepannya sehingga masyarakat merasa aman untuk datang ke dokter gigi,” katanya.
Tips pertama, drg. Wiras mengatakan pasien harus memilih
dokter gigi yang menerapkan prokes dengan baik. Hal sepele ini menurutnya
sangat penting.
Dirinya berupaya taat menerapkan prokes saat melayani
pasien, dengan menggunakan alat pelindung diri seperti masker, kacamata dan
juga alas kaki. Beberapa dokter gigi menurutnya juga tetap melakukan screening
singkat seperti cek suhu dan cuci tangan.
Tips kedua, buat janji atau appointment terlebih dahulu
sebelum datang ke dokter gigi, hal ini akan mempermudah dokter gigi untuk
mengatur alur datang perginya pasien serta mengatur waktu yang diperlukan untuk
mendesinfeksi ruangan setiap selesai melakukan tindakan pasien jadi ruangan
sudah dalam keadaan bersih dan steril sehingga bisa digunakan dengan aman untuk
tindakan pasien lainnya
Tips ketiga, berkomunikasi dengan dokter gigi. drg. Wiras
mengatakan, sebelum memeriksakan gigi ada baiknya pasien berkonsultasi dengan
dokter. Hal ini untuk memastikan tingkat masalah terhadap gigi.
Saat ini telah tersedia pula
layanan teledental medicine atau teledentistry yakni konsultasi online masalah
kesehatan gigi dan mulut yang disediakan masing masing fasilitas layanan
kesehatan jadi masyarakat juga dapat berkonsultasi kapan saja dengan adanya
layanan teledentistry ini.
Sebab menurutnya, jangan sampai ada penyakit gigi dan
mulut yang harus ditangani segera namun tertunda dan berakibat fatal
dikarenakan takut ke dokter gigi ataupun fasilitas layanan kesehatan. (TB)