Foto Ilustrasi Bali Tempo Dulu, Sumber: www.balimediainfo.com |
Perkumpulan
Surya Kanta merupakan sebuah organisasi modern yang ada di Bali yang lahir pada masa penjajahan Belanda. Perkumpulan ini lahir tanggal 1 November 1925 di
Singaraja. Pendirian ini dipelopori oleh kaum intelektual dari golongan jaba
(tidak berkasta). Organisasi ini menerbitkan sebuah media (ada sumber menyebut
koran adapula majalah) yang juga bernama Surya Kanta.
Surya Kanta merupakan sebuah organisasi modern yang ada di Bali yang lahir pada masa penjajahan Belanda. Perkumpulan ini lahir tanggal 1 November 1925 di
Singaraja. Pendirian ini dipelopori oleh kaum intelektual dari golongan jaba
(tidak berkasta). Organisasi ini menerbitkan sebuah media (ada sumber menyebut
koran adapula majalah) yang juga bernama Surya Kanta.
Dalam
Sejarah Kebangkitan Nasional (+ 1900 – 1942) Daerah Bali yang diterbitkan Departemen
Pendidlkan dan Kebudayaan menuliskan faktor-faktor yang mendorong lahirnya
organisasi ini dikarenakan pengaruh pendidikan sosial dan kondisi sosial saat
itu, dimana emakin banyaknya pelajar-pelajar Bali yang menamatkan pendidikan di
tanah Jawa terutama pada sekolah pendidikan guru di Probolinggo.
Sejarah Kebangkitan Nasional (+ 1900 – 1942) Daerah Bali yang diterbitkan Departemen
Pendidlkan dan Kebudayaan menuliskan faktor-faktor yang mendorong lahirnya
organisasi ini dikarenakan pengaruh pendidikan sosial dan kondisi sosial saat
itu, dimana emakin banyaknya pelajar-pelajar Bali yang menamatkan pendidikan di
tanah Jawa terutama pada sekolah pendidikan guru di Probolinggo.
Setelah
tamat mereka pulang menjadi guru di Singaraja pada sekolah-sekolah belanda seperti
Tweede Klasse School dan HIS. Mereka diantaranya yakni Wayan Ruma, Ketut
Sukarata, Nengah Metra dan Ketut Kaler.
tamat mereka pulang menjadi guru di Singaraja pada sekolah-sekolah belanda seperti
Tweede Klasse School dan HIS. Mereka diantaranya yakni Wayan Ruma, Ketut
Sukarata, Nengah Metra dan Ketut Kaler.
Nengah
Bawa Atmaja dalam Surya Kanta Sebagai Kumpulan Sempalan dan Gagasannya dalam
Mewujudkan Kemajuan dan Kesempurnaan Masyarakat Bali 1925-1927 menuliskan
organisasi ini merupakan sempalan dari Perkumpulan Santi. Perpecahan ini timbul
karena polarisasi dalam mencapai tujuan antara kaum jaba dengan kaum berkasta
atau tri wangsa.
Bawa Atmaja dalam Surya Kanta Sebagai Kumpulan Sempalan dan Gagasannya dalam
Mewujudkan Kemajuan dan Kesempurnaan Masyarakat Bali 1925-1927 menuliskan
organisasi ini merupakan sempalan dari Perkumpulan Santi. Perpecahan ini timbul
karena polarisasi dalam mencapai tujuan antara kaum jaba dengan kaum berkasta
atau tri wangsa.
Nyoman
Darma Putra dalam blog pribadinya Dasar Bali menuliskan Santi pecah karena tokoh-tokohnya berbeda pendapat dalam berbagai
hal termasuk status kasta (jaba vs triwangsa). “Ktut Nasa,
seorang jaba, keluar lalu menerbitkan koran Surya Kanta di bawah
organisasi bernama sama Surya Kanta, dominan anggotanya kaum jaba. Sementara
itu, I Gusti Cakra Tenaya menerbitkan koran Bali Adnyana, seolah
sorong triwangsa,” tulis guru besar Unud ini.
Darma Putra dalam blog pribadinya Dasar Bali menuliskan Santi pecah karena tokoh-tokohnya berbeda pendapat dalam berbagai
hal termasuk status kasta (jaba vs triwangsa). “Ktut Nasa,
seorang jaba, keluar lalu menerbitkan koran Surya Kanta di bawah
organisasi bernama sama Surya Kanta, dominan anggotanya kaum jaba. Sementara
itu, I Gusti Cakra Tenaya menerbitkan koran Bali Adnyana, seolah
sorong triwangsa,” tulis guru besar Unud ini.
Kedua
koran ini pun membuat polemik soal agama dan kasta yang berlangsung seru. Darma
Putra menambahkan, kedua koran ini bertahan tahun 1924 – 1929. Akan tetapi menurut Darma Putra yang
menonjol selama lima tahun ini bukan organisasinya, melainkan korannya karena
ada perselisihan yang tajam antara Surya Kanta dan Bali Adnyana.
koran ini pun membuat polemik soal agama dan kasta yang berlangsung seru. Darma
Putra menambahkan, kedua koran ini bertahan tahun 1924 – 1929. Akan tetapi menurut Darma Putra yang
menonjol selama lima tahun ini bukan organisasinya, melainkan korannya karena
ada perselisihan yang tajam antara Surya Kanta dan Bali Adnyana.
Lebih
lanjut dalam Sejarah Kebangkitan Nasional (+ 1900 – 1942) Daerah Bali dituliskan keanggotaan perkumpulan ini disebutkan dalam anggaran dasar perkumpulan pada
pasal 5 yang berbunyi, yang boleh menjadi anggota perkumpulan ini ialah: Bangsa
Bali kaum Jaba, yang berumur 18 tahun dan dapat membaca dan menulis serta yang
baik kelakuannya.
lanjut dalam Sejarah Kebangkitan Nasional (+ 1900 – 1942) Daerah Bali dituliskan keanggotaan perkumpulan ini disebutkan dalam anggaran dasar perkumpulan pada
pasal 5 yang berbunyi, yang boleh menjadi anggota perkumpulan ini ialah: Bangsa
Bali kaum Jaba, yang berumur 18 tahun dan dapat membaca dan menulis serta yang
baik kelakuannya.
Pergerakan
organisasi ini dimulai di Singaraja dan pada 21 Maret 1926 bisa membentuk
pengurus cabang Singaraja yang terdiri dari Presiden yakni Nyoman Geigel, Wakil
Presiden Nyoman Mas Wiryasuta, Sekretaris Wayan Mudrakarsa, Bendahara Putu
Rama, dan Komisaris Ketut Katon.
organisasi ini dimulai di Singaraja dan pada 21 Maret 1926 bisa membentuk
pengurus cabang Singaraja yang terdiri dari Presiden yakni Nyoman Geigel, Wakil
Presiden Nyoman Mas Wiryasuta, Sekretaris Wayan Mudrakarsa, Bendahara Putu
Rama, dan Komisaris Ketut Katon.
Dan
pada tanggal itu pula, pada pertemuan umum bertempat di gedung bioskop di
Pabean, Singaraja, perkumpulan Surya Kanta telah berhasil memilih pengurus
baru, yakni Presiden Nengah Metra, Wakil Presiden Ketut Sandi, Sekretaris I
Ketut Kaler, Sekretaris II Wayan Ruma, Bendahara Ketut Puma, Komisaris Ketut
Nasa, Nengah Rembu, Ketut Mudasara, dan Wayan Kamirana. Rapat itu juga dihadiri
utusan dari cabang Lombok yang diwakili oleh Nengah Merta, Wayan Alit, Nyoman
Dama, dan Wayan Gema.
pada tanggal itu pula, pada pertemuan umum bertempat di gedung bioskop di
Pabean, Singaraja, perkumpulan Surya Kanta telah berhasil memilih pengurus
baru, yakni Presiden Nengah Metra, Wakil Presiden Ketut Sandi, Sekretaris I
Ketut Kaler, Sekretaris II Wayan Ruma, Bendahara Ketut Puma, Komisaris Ketut
Nasa, Nengah Rembu, Ketut Mudasara, dan Wayan Kamirana. Rapat itu juga dihadiri
utusan dari cabang Lombok yang diwakili oleh Nengah Merta, Wayan Alit, Nyoman
Dama, dan Wayan Gema.
Tahun
yang sama perkumpulan ini juga membuka cabangnya di Bubunan yang dipimpin oleh
Nengah Dangin juga berkembang ke Tabanan yang bertempat di Bajra. Dan agar
memudahkan anggotanya berlangganan majalah Surya Kanta, pada setiap kabupaten
ditunjuk para agen yakni Kabupaten Badung I Ketut Luntja bertempat tinggal di
Denpasar, Tabanan Nyoman Rai, Bangli Made Lunga, Gianyar Made Oka, Karangasem Komang
Layang, Jembrana Ketut Djuwena tinggal di Tegalcangkring.
yang sama perkumpulan ini juga membuka cabangnya di Bubunan yang dipimpin oleh
Nengah Dangin juga berkembang ke Tabanan yang bertempat di Bajra. Dan agar
memudahkan anggotanya berlangganan majalah Surya Kanta, pada setiap kabupaten
ditunjuk para agen yakni Kabupaten Badung I Ketut Luntja bertempat tinggal di
Denpasar, Tabanan Nyoman Rai, Bangli Made Lunga, Gianyar Made Oka, Karangasem Komang
Layang, Jembrana Ketut Djuwena tinggal di Tegalcangkring.
Selain
memilih pemimpin, dalam rapat ini juga menghasilkan tiga keputusan yakni
membebaskan para anggotanya untuk aktif dalam politik, bebas memberikan
pertimbangan serta mencampuri perkumpulan-perkumpulan lain dalam bidang
politik, serta menurut Recht Persoon.
memilih pemimpin, dalam rapat ini juga menghasilkan tiga keputusan yakni
membebaskan para anggotanya untuk aktif dalam politik, bebas memberikan
pertimbangan serta mencampuri perkumpulan-perkumpulan lain dalam bidang
politik, serta menurut Recht Persoon.
Nengah
Bawa Atmaja dalam Genealogi Kekerasan Dan Pergolakan Subaltern: Bara Di Bali
Utara yang ditulis I Ngurah Suryawan mengatakan, Surya Kanta membawa pembaruan
untuk memajukan dan menyempurnakan ekonomi masyarakat utamanya dalam bidang
pertanian. Gagasan ini yakni berupa penguasaan tanah oleh petani untuk
pengolahan perswahan. Ada pula gagasan melakukan pertanian dengan teknologi
modern dan terus menerus meningkatkan kerajinan dan kepandaian petani.
Bawa Atmaja dalam Genealogi Kekerasan Dan Pergolakan Subaltern: Bara Di Bali
Utara yang ditulis I Ngurah Suryawan mengatakan, Surya Kanta membawa pembaruan
untuk memajukan dan menyempurnakan ekonomi masyarakat utamanya dalam bidang
pertanian. Gagasan ini yakni berupa penguasaan tanah oleh petani untuk
pengolahan perswahan. Ada pula gagasan melakukan pertanian dengan teknologi
modern dan terus menerus meningkatkan kerajinan dan kepandaian petani.
Selain
itu, ada pula gagasan untuk mencintai produk negeri sendiri dan melakukan
pengiritan biaya untuk upacara ngaben yang banyak menelan biaya. Juga ada ide
untuk membentuk koperasi guna memajukan perekonomian secara umum yang menjadi
gagasan pembaruan dari perkumpulan ini. Organisasi ini mengangap masyarakat
Bali atau kaum bumiputra pada umumnya kekurangan model sehingga harus memakai
modal asing.
itu, ada pula gagasan untuk mencintai produk negeri sendiri dan melakukan
pengiritan biaya untuk upacara ngaben yang banyak menelan biaya. Juga ada ide
untuk membentuk koperasi guna memajukan perekonomian secara umum yang menjadi
gagasan pembaruan dari perkumpulan ini. Organisasi ini mengangap masyarakat
Bali atau kaum bumiputra pada umumnya kekurangan model sehingga harus memakai
modal asing.
I
Made Purana, Dosen Universitas Dwijendra dalam artikelnya Polemik Adat Dalam
Bali Adnyana Dan Surya Kanta: Perspektif Kajian Budaya yang dimuat dalam Jurnal
Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra, Maret 2018 juga
menuliskan organisasi ini menginginkan perubahan sosial yang berdimensi
struktural dan kultural. Perubahan struktural mengarah pada sama rata,
sedangkan perubahan kultural berkaitan dengan perubahan sistem nilai, baik
nilai teori, nilai sosial, nilai ekonomi, nilai kuasa maupun nilai agama dan
adat istiadat.
Made Purana, Dosen Universitas Dwijendra dalam artikelnya Polemik Adat Dalam
Bali Adnyana Dan Surya Kanta: Perspektif Kajian Budaya yang dimuat dalam Jurnal
Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra, Maret 2018 juga
menuliskan organisasi ini menginginkan perubahan sosial yang berdimensi
struktural dan kultural. Perubahan struktural mengarah pada sama rata,
sedangkan perubahan kultural berkaitan dengan perubahan sistem nilai, baik
nilai teori, nilai sosial, nilai ekonomi, nilai kuasa maupun nilai agama dan
adat istiadat.
Dengan
cara itu, pihaknya menganggap golongan jaba akan dapat mensejajarkan diri
dengan kaum tri wangsa dan bisa merangsang perubahan sosial ke arah kemajuan. Namun
tuntutan sama rata menjadi bumerang yang mengakibatkan perkumpulan Surya Kanta
dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). “PKI dilarang oleh pemerintah
kolonial pada tahun 1927, maka perkumpulan Surya Kanta pun akhirnya mengalami
tekanan, baik dari pemerintah kolonial maupun kelompok Bali Adnyana,” tulis
Purana.
cara itu, pihaknya menganggap golongan jaba akan dapat mensejajarkan diri
dengan kaum tri wangsa dan bisa merangsang perubahan sosial ke arah kemajuan. Namun
tuntutan sama rata menjadi bumerang yang mengakibatkan perkumpulan Surya Kanta
dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). “PKI dilarang oleh pemerintah
kolonial pada tahun 1927, maka perkumpulan Surya Kanta pun akhirnya mengalami
tekanan, baik dari pemerintah kolonial maupun kelompok Bali Adnyana,” tulis
Purana.
Purana
melanjutkan, dengan berbagai tekanan dan kendala, akhirnya secara diam-diam
perkumpulan Surya Kanta menghentikan kegiatannya pada tahun 1927. Reformasi
yang mereka cita-citakan pun berhenti di tengah jalan. (TB)
melanjutkan, dengan berbagai tekanan dan kendala, akhirnya secara diam-diam
perkumpulan Surya Kanta menghentikan kegiatannya pada tahun 1927. Reformasi
yang mereka cita-citakan pun berhenti di tengah jalan. (TB)