Kenapa Umat Hindu Menggunakan Tirta? Ini Makna dan Fungsi Tirta

Author:
Share

Dalam ajaran Hindu, tirta memegang peranan penting sebagai simbol kesucian. Istilah ini berasal dari bahasa Sanskerta tirtha, yang memiliki berbagai makna, seperti setetes air, air suci, pemandian suci, hingga tempat untuk penyucian diri.

Air dalam praktik keagamaan Hindu tidak hanya sebagai elemen fisik, tetapi juga sarana spiritual untuk mencapai kesucian lahir dan batin.

Dalam setiap rangkaian persembahyangan, umat Hindu senantiasa menggunakan tirta. Penyiramannya dilakukan dalam beberapa tahap, biasanya sebelum dan sesudah persembahyangan.

Pada awalnya, tirta digunakan untuk membersihkan diri dari gangguan kasat mata maupun yang tidak terlihat, seperti rasa gelisah, pikiran buruk, atau energi negatif. Air ini dikenal sebagai tirta pembersihan, yang juga dipercikkan ke banten atau sesaji, sebagai tanda penyucian.

Setelah doa selesai, tirta kembali dipercikkan ke umat. Kali ini, tirta disebut tirta wangsuhpada, yang diberikan dengan tata cara khusus: dipercikkan ke kepala, diminum, lalu diusapkan ke wajah atau bagian tubuh lainnya. Tirta ini melambangkan berkah atau anugerah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai penutup dari ritual persembahyangan.

BACA JUGA  Mengenal Upacara Gigi Tanggal atau Makupak dalam Tradisi Hindu Bali, Ini Makna, Banten, Tata Caranya

Dalam upacara yadnya, air digunakan dalam dua bentuk: air biasa untuk kebersihan fisik seperti mencuci tangan dan mulut, serta air suci atau tirta yang berfungsi untuk pembersihan spiritual.

Tirta sendiri ada yang didapat melalui permohonan kepada Tuhan dan dewa-dewi, serta ada yang dibuat melalui upacara khusus oleh pendeta suci (sulinggih). Air ini, setelah melalui prosesi tertentu, dipercaya memiliki kekuatan spiritual untuk menyucikan pikiran dan jiwa.

Keyakinan menjadi unsur utama dalam menghargai keberadaan tirta. Meskipun secara ilmiah tirta hanyalah air (H₂O), dalam kepercayaan Hindu ia memiliki makna sakral yang tidak bisa diukur secara rasional semata.

Rasio hanya digunakan sebagai alat bantu untuk mempersiapkan segala perlengkapan tirta dengan cara yang higienis dan benar. Misalnya, menggunakan air yang bersih, bunga segar, dan tempat yang suci agar layak digunakan dalam prosesi sakral.

BACA JUGA  Apa Itu Upacara Megedong-Gedongan? Ini Makna, Fungsi dan Rangkaian Tradisi untuk Ibu Hamil dalam Hindu Bali

Dalam lontar-lontar suci Bali, tirta sering disebut sebagai amerta — air kehidupan. Dalam Lontar Pariti Agama Tirta disebutkan bahwa “Tirta ngaran amrta,” artinya tirta adalah sumber hidup, bukan kematian.

Demikian pula dalam Lontar Agama Tirta dan Kusuma Dewa Gong Wesi, disebutkan pentingnya keberadaan tirta sebagai penyuci semua upacara. Bahkan persembahan pun tidak dianggap sah jika belum disucikan dengan tirta yang dibuat oleh pendeta.

Ada dua jenis tirta utama dalam kegiatan keagamaan, yaitu tirta panglukatan dan tirta pabersihan. Tirta panglukatan berfungsi untuk membebaskan segala unsur negatif secara spiritual, sementara tirta pabersihan digunakan sebagai tahap penyucian lanjutan, dengan tujuan membersihkan upakara dan diri secara menyeluruh. Setelah semua proses penyucian dilakukan, barulah persembahyangan dilaksanakan.

BACA JUGA  Apa Itu Catur Asrama? Ini Penjelasan, Bagian-bagian dan Contohnya Menurut Hindu

Pembuatan tirta oleh sulinggih dilakukan dengan tata cara tertentu yang sangat sakral. Air diritualkan dengan menggunakan dupa, mantra, dan aksara suci, lalu disatukan melalui putaran yang melambangkan penyatuan unsur spiritual.

Selain dibuat oleh pendeta, tirta juga bisa dimohon melalui pamangku atau pinandita dalam prosesi yang disebut nuur tirta. Jenis ini biasanya disebut tirta wangsuhpada, kekuluh, atau banyun cokor, tergantung tempat dan tradisi yang berlaku.

Dalam permohonan pembuatan tirta, umat Hindu memanjatkan puja kepada Tuhan dalam berbagai manifestasinya, seperti Dewi Gangga, Dewa Siwa, Pancadewata, hingga sungai-sungai suci di India yang melambangkan sumber pembersihan spiritual. Tirta bukan sekadar air, melainkan karunia dari Tuhan sebagai sarana menuju hidup yang suci dan sejahtera. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!