Jembatan Titi Gantung/ Tangkapan Layar Google Street |
Beberapa
kali, jembatan Titi Gantung yang membelah Tukad Yeh Penet ini menjadi lokasi
untuk melakukan ulah pati atau bunuh diri.
Diketahui
jembatan ini berada di perbatasan Desa Cau Belayu, Kecamatan Marga Tabanan
dengan Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali dan merupakan
penghubung untuk kedua kabupaten tersebut.
Terakhir
kejadian ulah pati di jembatan ini terjadi pada Jumat, 29 Juli 2022. Diketahui
seorang perempuan tengah umur berinisial GAP (59) mengakhiri hidupnya di
jembatan ini.
GAP
merupakan seorang perempuan asal Banjar Pemijian Desa Carangsari, Kecamatan
Petang, Kabupaten Badung.
Diduga
korban meloncat dari jembatan sehingga tubuh korban pun jatuh di Tukad Yeh
Penet.
Mendapat
laporan kejadian bunuh diri tersebut, petugas kepolisian lalu menghubungi
Basarnas dan Tim Sar Polda Bali.
Korban
pun berhasil dievakuasi sekitar pukul 14.10 Wita.
Korban
dievakuasi dalam kondisi meninggal dunia dan ditemukan dalam kondisi telungkup
di tengah sungai.
Korban
ditemukan di dasar Tukad Yeh Penet Desa Cau Belayu, Marga, Tabanan.
Terkait
kejadian tersebut, Kapolsek Marga, AKP I Gede Budiarta kepada awak media
mengatakan pihaknya mendapat laporan kejadian tersebut pukul 11.00 Wita.
Ia
mengatakan pada Kamis 28 Juli 2022 malam sekitar pukul 20.00 Wita korban sempat
ngobrol dengan anaknya.
Dalam
obrolan tersebut, korban berpesan kepada anaknya agar merawat sang ayah atau
suaminya.
Selain
itu, kepada anaknya juga berpesan agar giat bekerja.
“Setelah
berpesan seperti itu, korban beristirahat,” katanya.
Jumat,
29 Juli 2022 sekitar pukul 04.00 Wita korban sudah tak ada di kamarnya. Anaknya
bersama kerabat mencari korban.
Pencarian
pun sampai ke Jembatan Titi Gantung sekitar pukul 11.00 Wita.
Di
sana ditemukan sandal, dan tongkat korban tergeletak di pinggir jembatan.
Terkejutlah
mereka berdua melihat korban telungkup di dasar sungai.
“Dari
keterangan saksi (anak korban) memang korban memiliki riwayat penyakit struk,
kanker payudara, dan kencing manis,” katanya.
Diduga
penyakit yang dideritanya sejak lama membuat korban nekat melakukan bunuh diri.
Lalu
bagaimanakah misteri jembatan yang sering digunakan sebagai tempat melakukan
ulah pati ini?
Dilansir
dari Radar Bali, Perbekel Desa Cau Belayu I Putu Eka Jayantara mengatakan jika
jembatan Titi Gantung ini dibangun pada tahun 2012 lalu.
Menurutnya,
sebelum adanya jembatan beton yang permanen ini, di sebelah utara lokasi
jembatan ada jembatan gantung yang terbuat dari bambu.
Jembatan
ini dipakai sarana oleh warga Desa Cau Belayu maupun Desa Blahkiuh untuk sarana
penyeberangan.
“Karena
dianggap sebagai vital, Pemerintah Desa Cau Belayu dengan pemerintah Desa
Sangeh memohon dibuatkan jembatan, sehingga biaya pembebasan lahan dibiayai
Pemerintah Provinsi Bali,” katanya dilansir dari Radar Bali.
Jayantara
pun mengatakan jika Jembatan Titi Gantung ini kerap dijadikan sebagai tempat untuk
melakukan ulah pati.
Bahkan
pernah ada aksi percobaan ulah pati yang berhasil digagalkan.
Percobaan
bunuh diri ini dilakukan oleh seorang perempuan bermobil asal Kecamatan Petang,
Badung.
Awalnya
perempuan ini dilihat linglung dan sempat berbelanja di warung bakso terdekat.
Kemudian
baksonya ini tidak dimakan. “Karena mondar mandir tak jelas, warga sekitar curiga
wanita ini sudah dipinggir jembatan. Kemudian niatnya itu digagalkan warga,”
terangnya.
Sementara
itu, dilansir dari akun youtube Raditya Pramana Official disebutkan jika nama
jembatan Titi Gantung ini berkaitan dengan nama jembatan bambu di sebelah
utaranya.
Dari
hasil penerawangannya, ia mengatakan jika jembatan ini memiliki aura mistis.
Ada
aura kesedihan, kemarahan, maupun kebencian.
Ia
pun mengatakan ada vibrasi yang berbeda jika sungai disambung dengan sebuah
jembatan.
Dimana
makhluk halus atau orang-orang yang meninggal di jalan-jalan belum mendapat
tempat mereka akan berdiam di bawah jembatan ini.
“Sebab
jembatan ini sebagai tempat bernaung paling nyaman,” paparnya.
Ia
juga mengatakan jika di jembatan tersebut ada seorang wanita yang bercokol di
tiang beton dan menarik vibrasi orang untuk melakukan bunuh diri.
Tempat
tersebut juga menurutnya dihuni banyak wong samar dan tiang jembatan itu
merupakan tempat mereka bermain panjat-panjatan.
Namun
dikarenakan ada upacara pamarisudha atau pembersihan, penghuni ini tak bisa
langsung naik ke atas jembatan sehingga akhirnya tinggal di bawah jembatan.
“Memang
jembatan ini tempat tongkrongan makhluk halus yang bernaung di bawah jembatan.
Mereka berkolarborasi dengan penghuni aslinya yaitu gamang dan samar,” katanya.
Ia
pun mengatakan mereka yang sedih, memiliki masalah, ataupun putus asa akan
mudah ditarik untuk melakukan ulah pati di jembatan ini.
Dalam
penerawangannya juga, ia melihat ada seorang perempuan yang menyesal telah
melakukan bunuh diri.
“Perempuan
itu minta ampun kepada orang-orang terdekatnya. Ia pikir bunuh diri bisa
menyelesaikan masalah, ternyata tidak. Ia pun menyesal,” katanya. (TB)