Belakangan ini, sebuah tren baru tengah menguasai TikTok, yakni tren velocity.
Fenomena ini membuat banyak pengguna terinspirasi untuk mengikuti arus viral, salah satunya dengan menggunakan musik latar khas Bali yang semakin populer di platform tersebut.
Salah satu komposisi yang mendadak melejit berkat tren ini adalah “Margadarshakah,” sebuah karya musik baleganjur garapan para pemuda Banjar Pitik, Pedungan, Denpasar, Bali.
Dengan ritme yang menghentak dan enerjik, musik ini sukses menarik perhatian warganet dan banyak digunakan sebagai backsound dalam berbagai video.
Menurut Putu Gede Bramasta Yoga, S.Sn., seorang komposer yang turut menciptakan karya ini, “Margadarshakah” merupakan hasil kolaborasi antara dirinya dengan dua rekannya, Mangnik dan Wi Saras.
Ia mengungkapkan bahwa bagian pembuka dari komposisi ini, yang menjadi daya tarik utama dalam tren velocity, merupakan hasil kreasinya sendiri.
Bramasta menjelaskan bahwa ide musik ini muncul secara spontan dan terinspirasi dari unsur musik DJ yang dipadukan dengan konsep baleganjur ngarap.
Selain itu, ritme dasar komposisi ini pernah digunakan oleh kakaknya, I Made Subawa, dalam sebuah acara adat di Banjar sekitar tahun 2016.
Dari sana, Bramasta dan timnya menyempurnakan aransemen untuk memberikan nuansa baru yang lebih dinamis.
Tak sekadar komposisi musik, “Margadarshakah” memiliki makna yang dalam. Nama “Margadarshakah” sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “penuntun” atau “pengantar.”
Karya ini terinspirasi dari kepercayaan masyarakat Hindu Bali terkait upacara palebon atau prosesi kremasi.
Baleganjur ini menggambarkan penggunaan beras kuning (sekar ura) yang ditaburkan serta simbol Manuk Dewata (burung cendrawasih) dalam ritual palebon.
Dalam budaya Bali, burung ini dipercaya sebagai penuntun arwah menuju Nirwana.
Filosofi ini juga selaras dengan semangat gotong-royong masyarakat adat dalam prosesi palebon, di mana mereka bahu-membahu mengiringi perjalanan terakhir sang mendiang menuju tempat perabuan.
“Margadarshakah” pertama kali digarap pada akhir Juli 2024 untuk ajang Masikianfest, sebuah festival yang diselenggarakan oleh Yowana Kota Denpasar.
Dengan melibatkan sekitar 25 hingga 30 penabuh, karya ini berhasil diselesaikan hanya dalam waktu dua minggu.
Hasilnya pun memuaskan, karena “Margadarshakah” berhasil meraih juara pertama dalam kompetisi baleganjur ngarap tingkat Bali pada 4 Agustus 2024.
Namun, kejutan tak berhenti di sana. Tanpa disangka, karya ini tiba-tiba viral di TikTok setelah digunakan sebagai backsound dalam tren velocity.
Bramasta sendiri awalnya tidak mengetahui bahwa musiknya digunakan dalam tren tersebut, hingga banyak teman-temannya menandainya di berbagai unggahan TikTok.
“Saya sangat senang melihat apresiasi besar dari masyarakat terhadap karya ini. Terima kasih kepada siapa pun yang pertama kali menggunakan gending ini sebagai backsound di TikTok. Saya tidak menyangka bisa viral sebesar ini,” ujarnya. (TB)