Kisah Parasurama, Awatara Wisnu yang Hidup Abadi, Keliling Dunia 3 Kali Untuk Menumpas Ksatria Lalim

Author:
Share
net.

Parasurama atau
biasa disebut Rama Parasu atau Bhargawa merupakan awatara dari Dewa Wisnu yang
keenam. Parasurama juga merupakan, tokoh Ciranjiwin atau hidup abadi
dalam ajaran agama Hindu. Secara harfiah, nama Parashurama bermakna
Rama yang bersenjata kapak. Sementara nama Bhargawa bermakna keturunan
Maharesi Bregu dan ia hidup pada zaman Tretayuga.

Dikisahkan
bahwa pada zaman ini banyak kaum kesatria yang berperang satu sama
lain sehingga menyebabkan kekacauan di dunia. Ksatria ini juga menyeleng dari
kewajiban seorang ksatria. Oleh karena itu Dewa Wisnu sebagai dewa pemelihara
alam semesta lahir ke dunia sebagai seorang brahmana berwujud
angker. Ia lahir dari ayah yang bernama Jamadagni, untuk menumpas para kesatria
tersebut.

Sewaktu
lahir Jamadagni memberi nama putranya itu Rama. Setelah dewasa, Rama pun
terkenal dengan julukan Parasurama karena selalu membawa kapak sebagai
senjatanya. Selain itu, Parasurama juga memiliki senjata lain berupa busur
panah yang besar luar biasa.

Sewaktu
muda Parasurama pernah membunuh ibunya sendiri, yang bernama Renuka. Hal itu
disebabkan karena kesalahan Renuka dalam melayani kebutuhan Jamadagni sehingga
menyebabkan suaminya itu marah. Jamadagni kemudian memerintahkan putra-putranya
supaya membunuh ibu mereka. Ia menjanjikan akan mengabulkan apa pun permintaan
mereka. Meskipun demikian, sebagai seorang anak, putra-putra Jamadagni, kecuali
Parasurama, tidak ada yang bersedia melakukannya. Jamadagni semakin marah dan
mengutuk mereka menjadi batu.

Parasurama
sebagai putra termuda dan paling cerdas ternyata bersedia membunuh ibunya
sendiri. Setelah kematian Renuka, ia pun mengajukan permintaan sesuai janji
Jamadagni. Permintaan tersebut antara lain, Jamadagni harus menghidupkan dan
menerima Renuka kembali, serta mengembalikan keempat kakaknya ke wujud manusia.
Jamadagni pun merasa bangga dan memenuhi semua permintaan Parasurama.

Pada
zaman kehidupan Parasurama, ketenteraman dunia dikacaukan oleh ulah kaum ksatria yang
gemar berperang satu sama lain. Parasurama pun tampil menumpas mereka yang
seharusnya berperan sebagai pelindung kaum lemah. Tidak terhitung banyaknya
kesatria, baik itu raja ataupun pangeran, yang tewas terkena kapak dan panah
milik Rama putra Jamadagni.

Konon
Parasurama bertekad untuk menumpas habis seluruh kesatria dari muka bumi. Ia
bahkan dikisahkan telah mengelilingi dunia sampai tiga kali. Setelah merasa
cukup, Parasurama pun mengadakan upacara pengorbanan suci di suatu tempat
bernama Samantapancaka. Kelak pada zaman berikutnya, tempat tersebut terkenal
dengan nama Kurukshetra dan dianggap sebagai tanah suci yang menjadi
ajang perang saudara besar-besaran antara keluarga Pandawa dan Korawa.

Penyebab
khusus mengapa Parasurama bertekad menumpas habis kaum kesatria adalah karena
perbuatan raja Kerajaan Hehaya bernama Kartawirya Arjuna yang
telah merampas sapi milik Jamadagni. Parasurama marah dan membunuh raja
tersebut. Namun pada kesempatan berikutnya, anak-anak Kartawirya Arjuna
membalas dendam dengan cara membunuh Jamadagni. Kematian Jamadagni inilah yang
menambah besar rasa benci Parasurama kepada seluruh golongan kesatria.

Meskipun
jumlah kesatria yang mati dibunuh Parasurama tidak terhitung banyaknya, tetapi
tetap saja masih ada yang tersisa dan hidup. Antara lain dari Wangsa Surya yang
berkuasa di Ayodhya, Kerajaan Kosala. Salah seorang keturunan wangsa
tersebut adalah Sri Rama putra Dasarata.

Pada
suatu hari ia berhasil memenangkan sayembara di Kerajaan Mithila untuk
memperebutkan Sita putri negeri tersebut. Sayembara yang digelar
ialah yaitu membentangkan busur pusaka pemberian Siwa. Dari sekian banyak
pelamar hanya Sri Rama yang mampu mengangkat, bahkan mematahkan busur tersebut.

Suara
gemuruh akibat patahnya busur Siwa sampai terdengar oleh Parasurama di
pertapaannya. Ia pun mendatangi istana Mithila untuk menantang Rama yang
dianggapnya telah berbuat lancang. Sri Rama dengan lembut hati berhasil
meredakan kemarahan Parasurama yang kemudian kembali pulang ke pertapaannya. 

Ini
merupakan peristiwa bertemunya sesama awatara Wisnu, karena saat itu
Wisnu telah menjelma kembali sebagai Rama sedangkan Parasurama
sendiri masih hidup. Peran Parasurama sebagai awatara Wisnu saat itu telah
berakhir namun sebagai seorang Ciranjiwin, ia hidup abadi.

Pada
zaman Dwaparayuga Wisnu terlahir kembali sebagai Kresna putra Basudewa.
Pada zaman tersebut Parasurama menjadi guru sepupu Kresna yang bernama Karna yang
menyamar sebagai anak seorang brahmana. Setelah mengajarkan berbagai ilmu
kesaktian, barulah Parasurama mengetahui kalau Karna berasal dari kaum
kesatria.

Ia pun
mengutuk Karna akan lupa terhadap semua ilmu kesaktian yang pernah
dipelajarinya pada saat pertempuran terakhirnya. Kutukan tersebut menjadi
kenyataan ketika Karna berhadapan dengan adiknya sendiri, yang bernama Arjuna,
dalam perang di Kurukshetra.

Parasurama
diyakini masih hidup pada zaman sekarang. Konon saat ini ia sedang bertapa
mengasingkan diri di puncak gunung, atau di dalam hutan belantara. (TB)

 

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!