![]() |
Pixabay.com |
Anggara Kasih Prangbakat merupakan pertemuan antara saptawara Anggara atau Selasa, pancawara Kliwon dan wuku Prangbakat.
Anggara Kasih atau biasa disebut dengan Anggar Kasih dirayakan setiap sapta wara atau hari Selasa (Anggara) dengan panca wara Kliwon.
Selama enam bulan atau 210 hari, umat Hindu merayakan enam kali hari raya ini yakni Anggara Kasih Kulantir, Anggara Kasih Julungwangi, Anggara Kasih Medangsia, Anggara Kasih Tambir, Anggara Kasih Prangbakat, dan Anggara Kasih Dukut.
Dalam artikel Anggara Kasih Wujud Misi Perdamaian dan Kasih Sayang yang dimuat di Majalah Warta Hindu Dharma Nomor 429 November 2002 disebutkan Anggara memiliki terjemahan bebas mengulurkan atau memberikan, dan kasih berarti damai atau cinta tak bersyarat.
“Anggara kasih berarti mengulurkan persahabatan atau perdamaian. Anggara kasih secara umum bisa juga disebut dengan ‘hari kasih sayanag’,” tulisnya.
Dituliskan pula, untuk yang sedang menjalin kasih atau pertunangan, oleh orang tuanya akan dibuatkan Sesayut Jati Smara, Sesayut Pengipuk Smara, dan Sesayut Tulus Dadi.
Tujuannya agar pertunangan mereka bisa sampai kejenjang perkawinan.
Dahulu, upacara ini sangat sering dilaksanakan di Bali Utara dan Bali Barat, namun saat ini upacara ini dijadikan satu saat pelaksanaan perkawinan.
Sementara itu, dalam Lontar Sundarigama disebutkan, nahanta waneh, rengen denta, Anggara Keliyon ngarania Anggara Kasih, pekenania pengasianing raga sarira.
Sadekala samana yogia wang amugpug angelakat sealaning sarira, wigenaning awak, dena ayoga wang apan ika yoganira, Betara Ludra, merelina alaning jagat teraya, pakertinia aturakna wangi-wangi, puspa wangi, asep astanggi muang tirta gocara.
Petikan ini memiliki arti, ketika Anggara bertemu Kliwon disebut sebagai Anggara Kasih.
Anggara Kasih ini merupakan hari untuk mewujudkan cinta kasih terhadap dirinya dan menunjukkan rasa kasih pada semua makhluk.
Saat Anggara Kasih ini sepatutnya umat melakukan peleburan dosa, dan merawat dari diri segala kecemaran, utamanya kecemaran pikiran yang melekat pada diri.
Untuk melakukan peleburan dosa ini dilaksanakan dengan jalan melakukan renungan suci.
Karena dalam keadaan yang demikian, Sang Hyang Ludra melakukan yoga, yang bertujuan memusnahkan kecemaran dunia.
Sarana upakara yang dipersembahkan yakni wangi-wangi, dupa astangi, dan dilanjutkan dengan matirtha pembersihan.
Sejalan dengan itu, dalam website Babad Bali juga disebutkan, Anggara Kasih merupakan payogan Ida Sang Hyang Ludra, untuk membasmi segala kekotoran (leteh-letuh) di bumi, termasuk kekotoran tubuh, lahir dan batin.
Sarana upakara yang dipersembahkan yaitu canang reresik, canang puspa wangi-wangian, menyan astanggi dan asap harum dihaturkan ke hadapan Dewa Sang Hyang Ludra, untuk mohon belas kasihnya melebur dan membersihkan segala kekotoran dan kenistaan.
Usai melakukan persembahyangan dilanjutkan dengan memercikkan tirta gocara ke diri kita. (TB)