Penyajaan Galungan adalah salah satu rangkaian penting dalam tradisi umat Hindu Bali, yang diperingati dua hari sebelum Hari Raya Galungan.
Penyajaan Galungan jatuh pada hari Senin atau Soma Pon wuku Dunggulan atau dua hari sebelum Galungan.
Hari ini memiliki makna mendalam, tidak hanya sebagai persiapan fisik untuk Galungan, tetapi juga sebagai waktu untuk memperkuat batin dan mengendalikan hawa nafsu.
Apa Itu Penyajaan Galungan?
Secara etimologis, kata “Penyajaan” berasal dari kata “saja”, yang berarti sungguh-sungguh.
Dalam konteks spiritual, Penyajaan Galungan dimaknai sebagai momen untuk memperkuat tekad dalam menyambut kemenangan dharma (kebenaran) atas adharma (kejahatan).
Umat Hindu dianjurkan untuk lebih fokus, meningkatkan kesadaran, serta mengendalikan pikiran dan keinginan duniawi.
Tradisi dan Persiapan di Hari Penyajaan
Pada hari ini, umat Hindu mulai menyiapkan berbagai sarana upakara sebagai bagian dari persiapan Galungan.
Di antaranya adalah membuat jajan tradisional seperti jaje uli berbahan dasar ketan yang menjadi simbol kesederhanaan dan ketulusan hati.
Selain itu, berbagai perlengkapan seperti janur, slepan, dan ron mulai dirangkai untuk menghias penjor dan pelengkap upakara lainnya.
Nilai Spiritual Penyajaan Galungan
Mengacu pada lontar Sundarigama, disebutkan bahwa hari Soma Pon Dunggulan adalah waktu yang tepat bagi umat untuk melakukan yoga semadi—sebuah praktik pemusatan pikiran dan batin kepada para Dewa.
Inilah sebabnya hari ini dinamakan Penyajaan, karena umat dituntut untuk bersungguh-sungguh dalam mengolah rohani dan menjauhi sifat negatif.
Menghadapi Turunnya Bhuta Dungulan
Dalam kepercayaan Hindu Bali, hari Penyajaan juga menandai turunnya Bhuta Dungulan, kekuatan adharma yang lebih kuat dibanding Bhuta Galungan yang hadir saat Penyekeban.
Oleh karena itu, umat harus lebih mawas diri dan teguh dalam menahan hawa nafsu.
Pengendalian diri menjadi kunci utama agar saat Galungan tiba, kemenangan dharma dapat diraih dengan sepenuh hati.
Kesimpulan
Penyajaan Galungan bukan hanya tentang membuat jajan dan menghias rumah, tapi lebih dari itu, ia adalah ajakan untuk memperkuat rohani, mengendalikan diri, dan menyucikan pikiran.
Dengan pemahaman ini, umat Hindu diharapkan bisa menyambut Hari Raya Galungan dengan jiwa yang bersih dan penuh kemenangan. (TB)