Mengapa Umat Hindu Menggunakan Bija? Ini Penjelasan Makna, Fungsi hingga Mantra

Author:
Share

Dalam setiap pelaksanaan persembahyangan umat Hindu di Bali, penggunaan bija atau wija menjadi bagian tak terpisahkan. Setelah menghaturkan persembahyangan dan menerima tirta sebagai simbol penyucian diri, umat Hindu umumnya akan nunas bija sebagai bentuk penguatan spiritual.

Bija ini biasanya berupa butiran beras utuh yang telah direndam dalam air cendana (asabeh) atau diberi kunyit sehingga berwarna kuning dan disebut bija kuning.

Secara spiritual, bija memiliki makna yang sangat dalam. Kata bija berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti benih. Dalam ajaran Hindu, bija melambangkan Kumara, yaitu putra Dewa Siwa.

Namun secara esensial, Kumara merepresentasikan benih ke-Siwa-an atau potensi ketuhanan yang bersemayam dalam setiap manusia. Maka dari itu, tradisi mawija mengandung makna menumbuhkembangkan sifat-sifat ilahi atau ketuhanan dalam diri.

Bahan dan Proses Pembuatan Bija

Bija yang digunakan dalam persembahyangan seharusnya berasal dari beras yang utuh, dikenal sebagai beras galih di Bali. Beras yang pecah dianggap tidak layak karena tidak bisa tumbuh.

BACA JUGA  I Ketut Y Ditusuk dan Dikeroyok di Denpasar Usai Cekcok dengan Cewek Michat

Proses pembuatannya cukup sederhana namun tetap bersifat sakral. Beras dicuci hingga bersih lalu direndam dalam air cendana atau air bunga harum. Dalam upacara tertentu, beras ini bisa dicampur dengan parutan kunyit agar berwarna kuning.

Setelah disiapkan, bija akan didoakan oleh pemangku atau sulinggih dan kemudian dibagikan kepada umat. Bija yang telah diberikan doa suci ini menjadi simbol anugerah dari Hyang Widhi.

Doa-Doa Saat Menggunakan Bija

Pengucapan doa saat menerima dan mengenakan bija merupakan bentuk permohonan dan penguatan batin. Berikut beberapa doa yang umum diucapkan oleh umat:

  1. Saat diletakkan di antara dua alis (Anja Cakra):
    Om Criyam Bhawantu
    (Semoga kebahagiaan meliputi hamba)
  2. Saat diletakkan di bawah tenggorokan (Wisuda Cakra):
    Om Sukham Bhawantu
    (Semoga kesenangan datang pada hamba)
  3. Saat menelan satu biji (masuk melalui mulut):
    Om Purnam Bhawantu, Om Ksama Sampurnaya Namah Swaha
    (Semoga segala kesempurnaan menjadi sempurna)
BACA JUGA  Bali Luncurkan Gerakan Bali Bersih Sampah, Menteri LH: Jadi Contoh Nasional

Sementara itu, bagi pemangku dan sulinggih, doa-doanya lebih lengkap dan kompleks karena mereka menggunakan bija tiga hingga bija jangkep, yaitu meletakkan bija pada lebih banyak titik tubuh disertai mantram-mantram khusus.

Tata Cara Penempatan Bija dalam Tubuh

Secara spiritual, tubuh manusia memiliki titik-titik energi atau cakra yang menjadi pusat kesadaran. Dalam konteks penggunaan bija, titik-titik ini dikenal sebagai Panca Adisesa, yaitu:

  1. Manipura Cakra (pusar)
  2. Padma Hrdaya (hulu hati)
  3. Wisuda Cakra (leher atau tenggorokan)
  4. Langit-langit mulut
  5. Anja Cakra (antara dua alis mata)

Namun dalam praktik sehari-hari, umat Hindu cukup menempatkan bija pada tiga titik utama yang paling mudah dijangkau:

  1. Di antara dua alis mata (Anja Cakra)
    Melambangkan kebijaksanaan dan pencerahan batin
  2. Di bawah tenggorokan (Wisuda Cakra)
    Simbol penyucian ucapan dan harapan akan kebahagiaan
  3. Ditelan melalui mulut
    Sebagai simbol penyatuan dengan unsur ketuhanan dan harapan akan kesempurnaan spiritual
BACA JUGA  Waspadai Cuaca Ekstrem, Bali Masuki Masa Peralihan Musim Hujan ke Kemarau

Penggunaan bija pada titik-titik tersebut diharapkan mampu menumbuhkan benih ke-Siwa-an dalam diri seseorang agar tumbuh menjadi pribadi yang suci, bijaksana, dan penuh cinta kasih.

Penutup: Makna Filosofis Bija dalam Kehidupan

Lebih dari sekadar ritual simbolik, bija adalah lambang benih ilahi dalam tubuh manusia. Ia mengingatkan umat bahwa sifat-sifat Tuhan bukan hanya berada di langit, tetapi juga dalam diri sendiri. Dengan menempatkan dan mendoakan bija secara tulus, umat Hindu diajak untuk menumbuhkan nilai-nilai ketuhanan seperti kesucian, kedamaian, dan kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari. (TB)

Sumber gambar: Facebook Ubud Good Travel

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!