Di balik hijaunya sawah-sawah Tegallalang yang menyejukkan mata, berdirilah sebuah warung sederhana yang menyajikan pengalaman kuliner khas Bali yang otentik.
Namanya Kedai Bubuh Ubud. Terletak di Jalan Tirta Tawar No. 888, sekitar 15 menit perjalanan dari pusat Ubud, tempat ini bukan sekadar tempat makan—melainkan ruang untuk menikmati kedamaian alam dan kearifan lokal dalam setiap suapan.
Begitu tiba, pengunjung akan disambut dengan nuansa hangat ala warung tradisional Bali. Bangunannya terbuat dari bambu dan kayu, terbuka langsung ke arah bentangan sawah yang luas dan hijau.
Tak ada AC atau dekorasi mewah, hanya angin sepoi-sepoi, cahaya alami, dan suara alam pedesaan yang menemani, menciptakan suasana yang damai dan bersahaja.
Menu di Kedai Bubuh memang tak banyak, namun setiap hidangannya sarat akan rasa dan tradisi. Bubuh Bali menjadi sajian andalan—bubur nasi gurih yang disajikan dengan kuah ayam, sayuran kukus, kacang goreng, dan telur rebus.
Hidangan ini menyatukan kelezatan dan kenyamanan dalam satu mangkuk. Pilihan lain yang tak kalah menggoda antara lain Tipat Santok, sejenis lontong dengan siraman sambal kacang pedas, serta jajanan manis khas Bali seperti Bubur Ketan Hitam dan Lak-Lak, yaitu panekuk tradisional dari tepung beras dengan taburan kelapa parut dan sirup gula aren.
Untuk pelepas dahaga, tersedia minuman tradisional seperti Daluman—es cincau khas Bali dengan campuran santan dan gula merah cair yang segar dan menyegarkan, sangat pas dinikmati di tengah hangatnya udara Ubud. Harga yang ditawarkan pun sangat ramah di kantong, mulai dari Rp6.000 hingga Rp15.000 per porsi, menjadikannya salah satu destinasi kuliner paling terjangkau di kawasan ini.
Kedai Bubuh buka setiap hari mulai pukul 10 pagi hingga 6 sore. Meski kecil, tempat ini cukup ramai, terutama menjelang siang. Jika ingin menikmati suasana yang lebih tenang dan pilihan menu yang lengkap, sebaiknya datang sebelum jam 12 siang.
Lebih dari sekadar tempat makan, Kedai Bubuh Ubud adalah tempat untuk merasakan kembali nilai-nilai sederhana yang sering terlupakan. Di tengah riuhnya wisata modern Ubud, warung ini menjadi pengingat bahwa keaslian dan kesederhanaan tetap menjadi bagian penting dalam perjalanan siapa pun yang ingin mengenal Bali lebih dalam. (TB)